MUTU
PENDIDIKAN DI DAERAH 3T ( TERDEPAN,
TERTINGGAL, DAN TERLUAR)
Agus
Yanto
Program
Sarjana Administrasi Pendidikan
Universitas
Negeri Malang
Abstrak:
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu pendidikan di
daerah 3T (terdepan , tertinggal, dan terluar), mencari tahu faktor pendukung
dan penghambat.Sehingga pendidikan di daerah 3T bisa menjadi suplai untuk
pendidikan Nasional. Penelitian ini menggunakan metode literature review.
Penelitian ini akan memaparkan: (1) faktor pendukung dan penghambat pendidikan
di daerah 3T, dan (2) tingkat pendidikan di daerah 3T.
Kata
kunci: Mutu
pendidikan di daerah 3T, faktor
pendukung dan penghambat, tingkat pendidikan di daerah 3T
Abstract: Basically this study aims to determine the quality of
education in the 3T regions (leading, lagging, and outermost), find out the
supporting factors and obstacles. So that education in the 3T area can be a
supply for national education. This study uses the literature review method.
This study will explain: (1) the supporting and inhibiting factors of education
in the 3T area, and (2) the level of education in the 3T area.
Keywords: Quality of education in
area 3T, supporting and inhibiting factors, education level in 3T area
PENDAHULUAN
Pendidikan
mempunyai tugas menyiapkan SDM Untuk pembangunan. Pembangunan selalu berjalan
seirama dengan perkembangan zaman, seiring dengan perkembangan zaman akan
terjadi tantangan dan permasalah-permasalahan yang muncul, senagian
permasalahan itu tidak dapat diramalkan sebelumnya.Masalah yang sering dihadapi
dunia pendidikan yaitu yang pertama sasaran pendidikan adalah manusia yaitu
sebagai makhluk sosial yang namun mempunyai sifat misteri, yang kedua
permasalahan pendidikan yaitu mengenai geografis atau wilayah dimana manusia
tersebut tinggal, yang ketiga masalah pendidikan yaitu masalah ekonomi dimana
segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan pasti memerlukan biaya yang besar,
ke empat malasah pendidikan adalah masalah sarana dan prasarana yang kurang
memadai yang tidak sesuai dengan standarisasi pendidikan.
Pendidikan dasar yang dilaksanakan di
daerah sesuai dengan UU Otonomi daerah tentunya tidak terlepas diri dari peran pemerintah
Daerah untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerahnya dan mengambil acuan
standar nasional. Pendidikan dasar di darah kabupaten mula-mulanya mengambil
acuan standar pendidikan provinsi, Pendidikan di provinsi mengambil acuan
pendidikan nasional, dan pendidikan nasional mengambil pendidikan
Internasional. Pencapaian pendidikan tentunya tidak bisa tercapai dengan
sekaligus dan merata banyak faktor yang menjadi penghambat dalam proses
pengelolaan pendidikan khususnya pendidikan yang berskala nasional.
Dalam Standar Pengelolaan Pendidikan terdapat enam komponen kegiatan
penting yang harus dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dasar dan
menengah, yaitu: 1) Perencanaan Program; 2) Pelaksanaan Rencana Kerja; 3)
Pengawasan dan Evaluasi; 4) Kepemimpinan Sekolah/Madrasah; 5) Sistem Informasi
Manajemen; dan 6) Penilaian Khusus. Apabila setiap jenjang pengelola satuan
pendidikan berupaya memberi jaminan mutu dan dilakukan secara terstandar
berkelanjutan, maka mutu pendidikan Indonesia secara nasional akan meningkat.
Pengelolaan
pendidikan harus bisa mendaya gunakan semua sumberdaya yang ada baik itu
sumberdaya manusia dan sumberdaya lainya, pengelolaan pendidikan harus mepunyai
proses yang sistematis melalui organisasi-organisasi baik di tingkat nasional, provinsi
maupun daerah. Pengelolaan pendidikan harus mengacu pada pendidikan nasional
wapun terkadang dalam pengelolaan pendidikan di berikebebasan berdasarkan UU
Otonomi daerah yang mana agar dalam pengelolaan pendidikan bisa berjalan sesuai
dengan keadaan daerah tersebut dan bisa mencapai apa yang diinginkan atau
menjadi tujuan pendidikan nasional.
METODE
Penelitian
ini mengunakan metode kualitatif dengan
cara menganalisis focus dan makna kejadian di lapangan dan juga menggunakan
mrtode penelitian literature review dengan cara menelaah teori atau hasil-hasil
penelitian yang telah lalu untuk memperolah pemahaman terhadap sitiasi dan
kodisi pendidikan di daerah 3T (terdepan, tertinggal, dan terluar ). Menurut
Marzali (2016;27) literature review adalah suatu penelitian dengan membaca
buku, jurna atau sumber – sumber lainnya yang berkaitan dengan tik penelitian
unuk menghasilkan tulisan terbaru sesuai dengan topik yang dipilih.Dari tulisan
tersebut menghasilkan artiker yang memaparkan tentang mutu pendidikan di
daerath 3T (terdepan, tertinggal, dan terluar) dan menghasilkan analisi
terhadap faktor pendukung dan penghambat pendidikan di daeah 3T (terdepan ,
tertinggal dan terluar).
HASIL
Permasalahan
pendidikan di daerah 3T (terdepan , tertinggal , dan terluar) dikarenakan ada
beberapa faktor antara lain: aksebilitas,Tenaga pendidik yang kurang
berkopenten, kualifikasi diatas standar, insentif yang rendah , distribusi yang
tidak seimbang, kurangnya persediaan
tenaga kependidikan, dan ketidak sesuaian antara bidang yang ditempuh dengan dengan kualifikasi guru. Permaslahan
pendidikan di daerah 3T (terdepan , tertinggal , dan terluar) perludikelola
secara khusus dan sungguh-sungguh supaya pendidiakan di daerah 3T bisa berjalan
sejajar dengan daerah lainya dan bisa mencapai tujuan dari pendidikan nasional.
Negara
Indonesia merupakan negara yang majemuk
baik dari kehidupan, strata sosial
dan kultur, ekonomi, politik, dan kondisi geografis dan tropografi
alamnya. Perbedaan yang dimiliki masyarakat Indonesia disuatu pihak menjadi
kebanggaan dan dipihak lain menjadi hambatan dalam menjalankan roda
pembangunan bangsa, khususnya
pembangunan di dunia pendidikan.
Pendidikan
di Indonesia masih belum begitu merata masih banyak perbedaan mutu dan
kesenjangan pendidikan antara daerah kota dan daerah terpencil.Sekolah –
sekolah kecil di pelosok desa atau daerah terpencil masih banyak yang belum
mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
Sarana dan prasara sekolah masih belum begitu terdistribusi dengan merata yang
menjadi penyebab kesenjangan anatar sekolah yang di kota dengan sekolah di
daerah terpencil atau kata lain daerah 3T. Permasalahan yang sering munculdi
daerah 3T antara lain aksebilitas, sarana dan prasarana, pendidik, dan tenaga
kependidikan yang kurang memadai sehingga menjadi penghambat pendidikan di
daerah 3T di tambah lagi kurangnya motivasi internal mau pun ekternal dari
peserta didik yang menyebabkan banyaknya angka putus sekolah didaerah 3T yang
membuat mutu pendidikan nya kurang begitu baik di bandingkan dengan daerah
perkotaan.
Mutu
pendidikan di daerah 3T (Terdepan, tertinggal, dan terluar) masih tergolong
rendah mengingat kondisi pada daerah 3T yang sangat jauh berbeda dengan daerah
yang sudah maju atau daerah perkotaan yang di sebabkan fakto geografis ,
aksebilitas, ekonomi, politik, kurangnya tenga pendidik yang berkompeten dan
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana yang kurang memadai dan kurangnya
perhatian khusus dari pemrintah daerah maupun pemrintah pusat.
PEMBAHASAN
1.Daerah
3T (tertdepan, tertinggal, dan terluar)
Wilayah yang dapat digolongkan sebagai
daerah 3T (terdepan , tertinggal, dan
terluar), harus memenuhi beberapa aspek bersifat komulatif yaitu : (1) Letak geografisnya atau aksesbilitasnya yang sangat jauh dan sulit untuk ditempuh atau
pembangunan insfrastrukturnya kurang memadai dan perkembangan ekonomi di daerah tersebut masih sangat keterbatasan
dan keadaan transportasi umumnya sangat kurang memadai (2) dari segi fasilitas,
sarana dan prasaranayan sangat belum memadai yang akan menghambat para investor
atau pengusahany dalam menjalankan
usahanya (para penanam modal) dan harus menyediakan fasilitas itu dengan
sendirinya.
Terdapat 122 kabupaten yang ada di
Indonesia di nyatakan sebagi daerah
terdepan, terdalam dan terluar . Kabupaten yang di katagoreikan sebagai daerh
yeng terdepan, terdalam , dan tertinggal yaitu daerah yang masyarakatnya yeng
perkembangannya sngat lambat atau daerah yang perkembangan kurang dibandingkan
dengan daerah yang berskala nasional
(https://news.detik.com/berita/3092196/jokowi-tetapkan-122-kabupaten-ini-daerah-tertinggal-2015-2019
) di akses pada tanggal 30 November 2018
2.
Konsep Pendidikan
Sasaran
pendidikan adalah manusia sebagai makhluk sosial, makhluk yang mempunyai akan
dan pikiran yang bagus dan makhluk yang mengandung berbagai aspek dan bersifatnya
kompleks.Dengan wawasan pendidikan yang tepat , serta dengan menerapkan metode
pendidikan yang tepat pula, akan dapat menjadikan peluang yang lebih besar dalam proses perencanaan dan merancang atau
menyelenggarakan program pendidikan yang tepat dan wawasan itu akan memberikan
persepektif yang lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual
maupun operasional (Tirtarahardja;82)
Pendidikan
adalah perubahan budaya yang positif
dari generasi ke generasi , menekankan pada aspek mental dan rasionalitas,
untuk mempersiapkan pekerjaan di masa depan agar tercapai martabat yang
mulia(Sonhadji; 92) .Konsep dasar pendidikan bertujuan untuk mengembangkan
potensi yang ada pada diri sesorang yaitu: (1).ranah religious-spiritual,
(2).ranah intelektual, (3). Psikologi-emosional, (4).ranah professional, (5).
ranah social, (6). ranah individual, dan (7).ranah politik.
3.Mutu
Pendidikan
Mutu
merupakan suatau kata yang menjadi tujuan atau sesuatu hal yang menjadi harapan
di dalam kehidupan modern.Pendidikan tidak terlepas dari ungkapan berkualitas.Lebih-lebih lagi pada
saat ini mutu pendiikan merupakan cerminan dari suatu Bangsa dan Negara
(Tilaar:66). Kuliatas pendidikan merupakan mutu yang jadi tujuan utama dari
setiap Negara. Pendidikan yang bermutu akan menciptakan sumber daya manusia
yang berkompeten yang mumpunyai mental dan daya saing yang kuat untuk
menghadapi tantangan globalisasi . Pendidikan yang mermutu atau berkualitas
bias di ukur dari berbagai segi.Kualitas pendidikan dapat kita lihat dari segi
ekonomi, dari social politis, dam social budaya.
SIMPULAN
Mutu
pendidikan di daerah 3T (terdepan , tertinggal, dan terluar) masih tergolong
rendah mengingat kondisi pada daerah 3T yang sangat jauh berbeda dengan daerah
yang sudah maju atau daerah perkotaan yang di sebabkan fakto geografis ,
aksebilitas, ekonomi, politik, kurangnya tenga pendidik yang berkompeten dan
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana yang kurang memadai dan kurangnya
perhatian khusus dari pemrintah daerah maupun pemrintah pusat. Mengingat
pendidikan di Indonesia masih belum begitu merata masih banyak perbedaan mutu
dan kesenjangan pendidikan antara daerah kota dan daerah terpencil.Sekolah –
sekolah kecil di pelosok desa atau daerah terpencil masih banyak yang belum
mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat,
dan di tambah lagi Negara Indonesia merupakan negara yang majemuk dalam
berbagai dimensi kehidupan baik dari kehidupan, strata sosial dan kultur, ekonomi, politik, dan kondisi
geografis dan tropografi alamnya. Perbedaan yang dimiliki masyarakat Indonesia
disuatu pihak menjadi kebanggaan dan dipihak lain menjadi hambatan dalam
menjalankan roda pembangunan bangsa,
khususnya pembangunan di dunia pendidikan.
DAFTAR
RUJUKAN
Marzali,
Amri 2016.Menulis Kajian Literatur.
Jurnal Etnosia, (online)
https://www.researchgate.net/publication/327180245 Menulis Kajian
Literatur.
diakses
pada tanggal 30 November 2018.
Sonhadji.
A. 2014. Manusia Teknologi Dan Pendidikan
Menuju Peradaban Baru.UM PRESS. Malang
Tirtarahardja.
U. 2008. Pengantar Pendidikan. PT Asdi
Mahasatya. Jakarta
Tilaar.
H. A. R. 2006. Standarisasi Pendidikan
Nasional. PT Asdi Mahasatya. Jakarta
(https://news.detik.com/berita/3092196/jokowi-tetapkan-122-kabupaten-ini-daerah-tertinggal-2015-2019
) (online) di akses pada tanggal 30 November 2018