MANAJEMEN
KEUANGAN SEKOLAH
Agus
Yanto
Program
Sarjana Administrasi Pendidikan
Universitas
Negeri Malang
E-mail:
agusyantoumfipap16@gmail.com
Abstrak: Manajemen dapat diartikan sebagai proses kegiatan tertentu
dengan memanfaatkan atau menggerakkan tenaga orang lain. Manajemen
keuangan berarti proses kegiatan mengatur keuangan dengan memanfaatkan atau
menggerakkan orang lain. Fungsi
manajemen keuangan
adalah menggunakan dan mendapatkan dana, dalam
konteks mengelola keuangan di sekolah, Kepala Sekolah berfungsi sebagai
“otorisator” dan “ordonator”. Sebagai otorisator, kepala sekolah diberi
wewenang untuk mengambil tindakan berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran
anggaran. Sedangkan sebagai ordonator, kepala sekolah melakukan pengujian dan
memerintahkan pembayaran atas segala tindakan berdasarkan otorisasi yang telah
ditentukan.
Kata
Kunci: Manajemen, Keuangan, sekolah, dan Kepala Sekolah
Abstract:
Management can be interpreted as a process of certain activities by utilizing
or moving the power of others. Financial management means the process of
organizing finance by utilizing or moving other people. The function of
financial management is to use and obtain funds, in the context of managing
finances in schools, the Principal functions as an "authorizer" and
"ordonator". As an authorizer, the principal is authorized to take
action relating to budget receipts or expenditures. Whereas as the ordonator,
the principal conducts testing and orders payment for all actions based on a
predetermined authorization.
Keywords:
Management,
Finance, school, and Principal
PENDAHULUAN
Menurut Maisyaroh,
dkk (2003:97) manajemen dapat
diartikan sebagai proses kegiatan tertentu dengan memanfaatkan atau
menggerakkan tenaga orang lain. Manajemen keuangan berarti
proses kegiatan mengatur keuangan dengan memanfaatkan atau menggerakkan orang
lain. Menurut Suad Husnan
(1992:4) dalam Tim Dosen AP UM
(2011:256) manajemen keuangan adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah proses kegiatan mengatur
fungsi-fungsi keuangan dengan menggerakkan tenaga orang lain. Fungsi keuangan merupakan kegiatan utama yang harus
dilakukan oleh mereka yang bertanggungjawab dalam bidang tertentu. Fungsi
manajemen keuangan
adalah menggunakan dan mendapatkan dana, (Suad Husnan, 1992:4) dalam Tim Dosen AP UM
(2011:256).
Direktur
Diknas (1995/1996) dalam Maisyaroh, dkk (2003:98) dalam konteks mengelola
keuangan di sekolah, Kepala Sekolah berfungsi sebagai “otorisator” dan
“ordonator”. Sebagai otorisator, kepala sekolah diberi wewenang untuk mengambil
tindakan berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran anggaran. Sedangkan
sebagai ordonator, kepala sekolah melakukan pengujian dan memerintahkan
pembayaran atas segala tindakan berdasarkan otorisasi yang telah ditentukan. Dalam
pengelolaan keuangan, selain fungsi otorisator dan ordonator terdapat fungsi
lain yaitu bendaharawan.
Menurut Direktur Diknas (1995/1996) dalam
Maisyaroh, dkk (2003:98) dalam konteks mengelola keuangan di sekolah, Kepala
Sekolah berfungsi sebagai “otorisator” dan “ordonator”. Sebagai otorisator,
kepala sekolah diberi wewenang untuk mengambil tindakan berkaitan dengan
penerimaan atau pengeluaran anggaran. Sedangkan sebagai ordonator, kepala
sekolah melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan
berdasarkan otorisasi yang telah ditentukan. Dalam pengelolaan keuangan, selain
fungsi otorisator dan ordonator terdapat fungsi lain yaitu bendaharawan.
Konsep manajemen dapat digambarkan dalam kalimat seperti “membuat keputusan, memberi perintah, menetapkan kebijakan,
menyediakan pekerjaan dan system reward
(imbalan), dan mempekerjakan orang untuk melaksanakan kebijakan”.
Manajemen menetapkan tujuan yang akan dicapai dengan mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan dengan kecakapan dan pengalaman personil. Supaya berhasil, manajemen harus melaksanakan secara efektif fungsi-fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Perencanaan dan pengorganisasian
fungsi utama manajemen eksekutif, sedangkan pengawasan merupakan fungsi manajemen operasional (lower management). Pelaksanaan ketiga fungsi utama tadi perlu keterlibatan (partisipasi) dari tiap tingkatan manajemen, (Usry, Hammer, 1991:2) dalam Tim Dosen AP
UM (2011:257).
Manajemen memiliki
tiga tahapan penting yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap
penilaian (evaluasi), ketiga tahapan tadi apabila diterapkan dalam manajemen
keuangan adalah menjadi tahap perencanaan keuangan (budgeting) dan tahap pelaksanaan (akunting) dan tahap penilaian
atau auditing (Thomas. H. Jones, 1985:22) dalam Tim Dosen AP UM (2011:257).
Dalam Maisyaroh, dkk (2003:97) kegiatan manajemen keuangan di sekolah dimulai
dari perencanaan anggaran sampai dengan pengawasan dan pertanggungjawaban
keuangan.
METODE
Metode
penelitian ini menggunakan metode literature review dengan cara menelaah teori
atau hasil-hasil penelitian yang telah lalu untuk memperolah pemahaman terhadap
Manajemen Keuangan Sekolah. Menurut (2016;27) literature review adalah suatu
penelitian dengan membaca buku, jurna atau sumber – sumber lainnya yang
berkaitan dengan penelitian untuk
menghasilkan tulisan terbaru sesuai dengan topik yang dipilih.Dari tulisan
tersebut menghasilkan artiker yang memaparkan tentang Manajemen Keuangan Sekolah
dan menghasilkan analisi terhadap Manajemen Keuangan Sekolah.
HASIL
Manajemen keuangan dapat disimpulkan proses kegiatan mengatur
fungsi-fungsi keuangan dengan menggerakkan tenaga orang lain. Fungsi keuangan merupakan kegiatan utama yang harus
dilakukan oleh mereka yang bertanggungjawab dalam bidang tertentu. Fungsi
manajemen keuangan
adalah menggunakan dan mendapatkan dana.
Adapun tujuan dari manajemen keuangan
sebagai berikut:
1. Meningkatkan efektifitas dan
efisiensi penggunaan keuangan sekolah.
2. Meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi keuangan sekolah.
3. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran
sekolah.
4.
Menjamin
agar dana yang tersedia dipergunakan untuk kegiatan harian sekolah dan
menggunakan kelebihan dana untuk diinvestasikan kembali.
5.
Memelihara
barang-barang (aset) sekolah.
6.
Menjaga
agar peraturan-peraturan serta praktik penerimaan, pencatatan dan pengeluaran
uang diketahui dan dilaksanakan.
Manajemen keuangan memiliki beberapa prinsip, yaitu:
1. Transparansi
2. Akuntabilitas
3. Efektivitas
4. Efisiensi
Langkah-langkah dalam mengangarakan keuangan sekolah
1. Perencanaan anggaran sekolah
2. Pelaksanaan anggaran belanja sekolah
3. Penyelenggaraan pembukuan dan
penyampaian laporan
4. Pengawasan pelaksanaan anggaran
sekolah
Bentuk-bentuk anggaran sekolah,yaitu:
1. Anggaran butir-per butir(line item budget)
2. Anggaran program (program budget
system)
3. Anggaran berdasarkan
kinerja(performance-based budget)
4. PPBS/SP4 (Planning Program Budgeting
system/sistem
5. Anggaran berbasisi nol
PEMBAHASAN
Konsep Manajemen Keuangan
Menurut Maisyaroh,
dkk (2003:97) manajemen dapat
diartikan sebagai proses kegiatan tertentu dengan memanfaatkan atau
menggerakkan tenaga orang lain. Manajemen keuangan berarti
proses kegiatan mengatur keuangan dengan memanfaatkan atau menggerakkan orang
lain. Menurut Suad Husnan
(1992:4) dalam Tim Dosen AP UM
(2011:256) manajemen keuangan adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah proses kegiatan mengatur
fungsi-fungsi keuangan dengan menggerakkan tenaga orang lain. Fungsi keuangan merupakan kegiatan utama yang harus
dilakukan oleh mereka yang bertanggungjawab dalam bidang tertentu. Fungsi
manajemen keuangan
adalah menggunakan dan mendapatkan dana, (Suad Husnan, 1992:4) dalam Tim Dosen AP UM
(2011:256).
Manajemen dalam
perusahaan bisnis terdiri dari beberapa individu yang dikelompokan menjadi tiga kelompok: (1) kelompok manajemen tingkat pelaksana (operational
management) meliputi para supervisor, (2) kelompok manajemen menengah (middle
management), meliputi kepala department, manajer divisi, dan manajer cabang, dan
(3) manajemen eksekutif (executive
management) atau disebut juga manajemen puncak (top
management) yang meliputi presiden, wakil presiden dan beberapa eksekutif sebagai penanggungjawab dari fungsi-fungsi: pemasaran, pembelajaran,
produksi (manufacturing),
pembiayaan (finance) dan akuntansi. Manajemen eksekutif secara prinsipil berkenaan dengan pembuatan keputusan jangka panjang, manajemen operasional dengan keputusan jangka menengah, dan manajemen operasional berkaitan dengan pembuatan keputusan jangka pendek, (Usry, Hammer, 1991:2) dalam Tim Dosen AP UM (2011:256).
Menurut Direktur Diknas (1995/1996) dalam
Maisyaroh, dkk (2003:98) dalam konteks mengelola keuangan di sekolah, Kepala
Sekolah berfungsi sebagai “otorisator” dan “ordonator”. Sebagai otorisator,
kepala sekolah diberi wewenang untuk mengambil tindakan berkaitan dengan
penerimaan atau pengeluaran anggaran. Sedangkan sebagai ordonator, kepala
sekolah melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan
berdasarkan otorisasi yang telah ditentukan. Dalam pengelolaan keuangan, selain
fungsi otorisator dan ordonator terdapat fungsi lain yaitu bendaharawan.
Konsep manajemen dapat digambarkan dalam kalimat seperti “membuat keputusan, memberi perintah, menetapkan kebijakan,
menyediakan pekerjaan dan system reward
(imbalan), dan mempekerjakan orang untuk melaksanakan kebijakan”.
Manajemen menetapkan tujuan yang akan dicapai dengan mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan dengan kecakapan dan pengalaman personil. Supaya berhasil, manajemen harus melaksanakan secara efektif fungsi-fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Perencanaan dan pengorganisasian
fungsi utama manajemen eksekutif, sedangkan pengawasan merupakan fungsi manajemen operasional (lower management). Pelaksanaan ketiga fungsi utama tadi perlu keterlibatan (partisipasi) dari tiap tingkatan manajemen, (Usry, Hammer, 1991:2) dalam Tim Dosen AP
UM (2011:257).
Manajemen memiliki
tiga tahapan penting yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap
penilaian (evaluasi), ketiga tahapan tadi apabila diterapkan dalam manajemen
keuangan adalah menjadi tahap perencanaan keuangan (budgeting) dan tahap pelaksanaan (akunting) dan tahap penilaian
atau auditing (Thomas. H. Jones, 1985:22) dalam Tim Dosen AP UM (2011:257).
Dalam Maisyaroh, dkk (2003:97) kegiatan manajemen keuangan di sekolah dimulai
dari perencanaan anggaran sampai dengan pengawasan dan pertanggungjawaban
keuangan.
Tujuan Manajemen Keuangan Sekolah
Adapun tujuan dari manajemen keuangan
menurut Suarnaya (2010:27) sebagai berikut:
6. Meningkatkan efektifitas dan
efisiensi penggunaan keuangan sekolah.
7. Meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi keuangan sekolah.
8. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran
sekolah.
9.
Menjamin
agar dana yang tersedia dipergunakan untuk kegiatan harian sekolah dan
menggunakan kelebihan dana untuk diinvestasikan kembali.
10. Memelihara barang-barang
(aset) sekolah.
11. Menjaga agar
peraturan-peraturan serta praktik penerimaan, pencatatan dan pengeluaran uang
diketahui dan dilaksanakan.
Kreativitas kepala sekolah dalam menggali
segala sumber dana, menempatkan bendaharawan/wati yang menguasai pembukuan dan
pertanggungjawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan
perundangan yang berlaku diperlukan guna mencapai tujuan yang telah
dikemukakan.
Prinsip Manajemen Keuangan Sekolah
Manajemen keuangan sekolah perlu
memperhatikan sejumlah prinsip, dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal
48, pengelolaan dana pendidikan didasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi,
transparasi, dan akuntabilitas public.
1.
Transparansi
Transparansi diartikan sebagai keterbukaan.
Transparansi dalam bidang manajemen berarti keterbukaan dalam mengelola suatu
kegiatan. Pada lembaga pendidikan, bidang manajemen keuangan yang transparan
berarti adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga pendidikan baik
keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya. Transparansi dapat memberikan
kepercayaan timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan
warga sekolah melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam
memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
Beberapa informasi keuangan yang bebas diketahui oleh
semua warga sekolah dan orang tua siswa misalnya Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Sekolah (RAPBS) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
bisa ditempel pada papan pengumuman di ruang guru atau di depan ruang tata
usaha sehingga siapa saja yang membutuhkan informasi dapat mudah untuk
mendapatkannya. Orang tua siswa bisa mengetahui berapa jumlah uang yang
diterima sekolah dari orang tua siswa dan digunakan untuk apa saja uang itu.
Perolehan informasi ini menambah kepercayaan orang tua siswa terhadap sekolah.
2.
Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan kondisi seseorang yang dinilai
oleh orang lain karena kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk
mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam
manajemen keuangan berarti penggunaan uang sekola dapat dipertanggung jawabkan
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. berdasarkan perencanaan yang
telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka pihak sekolah akan
membelanjakan uang secara bertanggung jawab. Pertanggung jawaban dilakukan
kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Terdapat tiga prasayarat
terbangunnya akuntabilitas, yaitu: (a) adanya transparansi para penyelenggara
sekolah dengan menerima masukan dan mengikutsertakan berbagai komponen dalam
mengelola sekolah, (b) adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat
diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, dan (c) adanya
partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam menciptakan
pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah dan pelayanan
yang cepat.
3. Efektivitas
Garner dalam Suarnaya (2010:29) efektivitas tidak
hanya sekedar pencapaian tujuan, tetapi sampai pada kualitatif hasil yang
dikaitkan dengan pencapaian visi lembaga. Efektivitas lebih menekankan pada qualitative outcomes. Manajemen keuangan
dikatakan memenuhi prinsip efektivitas jika kegiatan yang dilakukan dapat
mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan qualitative outcomes-nya sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
4. Efisiensi
Efisiensi
berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Efisiensi merupakan
perbandingan yang terbaik antara masukan (input)
dan keluaran (output) atau antara daya dan hasil. Daya meliputi
tenaga, pikiran, waktu dan biaya.
Langkah-Langkah Penganggaran Keuangan
Sekolah
1. Perencanaan Anggaran Sekolah
Menurut Maisyaroh, dkk (2003:98) Kepala sekolah sebagai
pemimpin diharapkan menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS). Oleh karena itu, kepala sekolah perlu mengetahui dana atau
sumber-sumber dana yang merupakan sumber daya sekolah. Sumber dana sekolah
yaitu antara lain anggaran rutin, dana penunjang pendidikan (DPP), Subsidi
Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan (SBPP), Bantuan Operasional dan Perawatan
(BOP), donatur, sumbangan, dan lain-lain. Pada sekolah swasta dana berasal dari
SPP, subsidi pemerintah, donatur, yayasan, dan masyarakat secara luas.
Setelah sekolah mengetahui sumber dana selanjutnya
sekolah membuat RAPBS. Dalam penyusunan RAPBS, kepala sekolah perlu membentuk
tim dewan guru. Setelah kepala sekolah dan tim menyelesaikan tugas, merinci
segala anggaran pendapatan dan belanja sekolah, kemudian kepala sekolah
menyetujuinya. Dalam menetapkan jumlah anggaran perlu memperhatikan dua hal
yaitu unit cost (satuan biaya) dan
volume kegiatan.
2. Pelaksanaan Anggaran Belanja Sekolah
Dalam penggunaan anggaran terdapat
asas yang digunakan sebagai pedoman yakni asas umum pengeluaran negara. Asas
tersebut berarti bahwa manfaat penggunaan uang negara minimal harus sama atau
sesuai jika uang tersebut digunakan sendiri oleh masyarakat. Setiap pelaksanaan
yang memberatkan pada anggaran belanja, maka terdapat ikatan-ikatan yang
berupa: pembatasan-pembatasan, larangan-larangan, kewajiban-kewajiban, dan
prinsip-prinsip yang harus diperhatikan para petugas yang diberi kewenangan dan
kewajiban mengelola uang negara.
Penggunaan dana di sekolah seperti
DPP, BOP penggunaannya disesuaikan dengan anggaran yang telah ditentukan.
Sedangkan dana BP3 dan dana lainnya digunakan untuk:
a. Kegiatan peningkatan mutu pendidikan
seperti peningkatan kemampuan profesional, supervisi pendidikan, dan evaluasi.
b. Kegiatan ekstrakurikuler.
c. Bahan pengajaran praktik dan
keterampilan.
d. Gaji dan kesejahteraan kepala
sekolah, guru, dan tenaga kependidikan.
e. Pengembangan perpustakaan.
f.
Pembelian
alat-alat kantor dan alat tulis kantor.
g. Pembangunan sarana fisik sekolah, dan
lain-lain.
Dalam upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah, perlu dilakukan pengelolaan sumber daya terpadu antara
sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta keuangan. Kepala sekolah
dituntut untuk mengatur keuangan dengan sebaik-baiknya sehingga kegiatan-kegiatan
tersebut dapat terselenggara sesuai dengan semestinya. Bendaharawan sekolah
dalam mengelola keuangan perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:
a. Hemat dan sesuai dengan kebutuhan.
b. Terarah dan terkontrol sesuai
rencana.
c. Tidak diperkenankan untuk kebutuhan
yang tidak menunjang proses belajar mengajar seperti hadiah, ucapan selamat,
pesta, dan lain-lain.
3. Penyelenggaraan Pembukuan dan
Penyampaian Laporan
Sekolah sebagai penerima uang dari berbagai sumber
perlu mengadakan pembukuan. Pembukuan tersebut mencakup aspek sumber dana dan
besarnya serta distribusi penggunaan dana. Pembukuan anggaran sebaiknya
dilakukan baik penerimaan maupun pengeluaran secara tertib, teratur, dan benar.
Pembukuan yang dilakukan secara tertib, teratur, benar, lengkap, dan “up to date” maka pelaporan yang
disajikan juga akan baik, lengkap, dan bermanfaat. Pembuatan laporan perlu
dilakukan secara teratur dan periodik serta dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
4. Pengawasan Pelaksanaan Anggaran Sekolah
Pemeriksaan kas dan penutupan buku kas umum secara
bulanan merupakan tanggungjawab kepala sekolah. Pemeriksaan kas berdasarkan
pada buku kas umum yang digunakan bendaharawan untuk mencatat transaksi kas
yang merupakan tanggungjawab kepala sekolah.
Bentuk-Bentuk Anggaran Sekolah
1.
Anggaran
Butir-per Butir (Line Item Budget)
Anggaran butir per
butir merupakan bentuk anggaran yang konvensional, namun paling simpel dan
banyak digunakan. Dalam bentuk ini, setiap pengeluaran dikelompokkan
berdasarkan kategori-kategori atau jenis butir, misalnya gaji, upah, honor
menjadi satu kategori atau satu nomor/butir sedangkan perlengkapa, sarana,
material dalam butir tersendiri.
a.
Kelebihan
1) Lebih
simpel
2) Mudah
dalam pengawasan pengeluaran biaya
b. Kelemahan
1) Tidak
membantu dalam pengambilan keputusan seperti mengevaluasi harga (unit cost)
dalam hubungannya dengan pencapaian suatu program.
2) Tidak
akan dapat menunjukkan hubungan antara masukan program dengan keluaran.
3) Tidak
bisa menganalisis untung rugi (cost benefit analisis)
4) Lebih
mengarahkan pada pembukuan dan tidak terhadap tujuan suatu program.
2.
Anggaran
Program (Program Budget System)
Bentuk anggaran ini
dirancang untuk mengidentifikasi biaya setiap program. Anggaran program
dihitung berdasarkan jenis program. Sebagai bahan perbandingan kalau dalam
anggaran butir per butir disebutkan gaji guru (item 01), sedangkan sedangkan
dalam anggaran program disebut gaji untuk perencanaan pengajaran IPA sebagai
salah satu komponen dan komponen lain yang termasuk program percobaan mencakup
alat-alat IPA, bahan-bahan kimia, IPA dan sebagainya menjadi satu paket namanya
Gaji guru Program IPA. Adapun Keuntungan dari bentuk anggaran program sebagai berikut.
a. Mengorganisasikan
sejumlah besar pengeluaran menjadi rencana yang logis dan konkrit.
b. Merangsang
perencanaan tahunan dan reevaluasi periodik dari pelaksanaan rencana.
c. Menghindari
sentralisasi berlebihan, di mana keputusan menumpuk di tingkat atas.
3.
Anggaran
Berdasarkan Kinerja (Performance – Based
Budget)
Bentuk ini sesuai
namanya menekankan pada kinerja (performance)
dan bukan pada keterperincian dari suatu alokasi anggaran. Pekerjaan dalam
suatu program dipecah dalam bentuk beban kerja dan unit hasil yang dapat
diukur. Hasil pengukurannya dipergunakan untuk mencapai tujuan suatu program.
Anggaran berdasarkan
hasil ini merupakan alat manajemen yang dapat mengidentifikasi secara jelas
satuan dari hasil suatu program dan sekaligus merinci butir perbutir dari
kegiatan yang harus dibiayai.
Bentuk ini menuntut akuntansi
yang teliti dan memproses data yang akurat. Hal ini mengakibatkan sistem ini
menjadi mahal terutama bagi lembaga kecil/belum berkembang.
4.
PPBS/SP4
(Planning Programing Budgeting System/Sistem Perencanaan Penyusunan program dan
penganggaran)
Bentuk ini
dipopulerkan oleh Robert McNamara tahun 1960 di AS. PPBS/S4 merupakan kerangka
kerja dalam perencanaan dengan mengorganisasikan informasi dan menganalisisnya
secara sistematis. Dalam PPBS tiap-tiap tujuan suatu program dinyatakan dengan
jelas, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam proses PPBS/SP4
data tentang biaya, keuntungan kelayakan suatu program disajikan secara lengkap
sehingga pengambil keputusan dapat menentukan keuntungan, kelayakan suatu
program yang disajikan secara lengkap sehingga pengambil keputusan dapat
menentukan pilihan program yang dianggap paling menguntungkan.
a.
Ciri dari SP4/PPBS
1)
Perencanaan menggunakan pendekatan
sistem.
2)
Orientasi perencanaan pada pengeluaran.
3)
Penganggaran didasarkan pada program
yang telah ditetapkan.
4)
Keseimbangan antara otonomi dan
pengarahan harus diperhatikan berdasarkan pada prinsip perencanaan atas bawah (botom-up) dan atas bawha (top-down).
5)
Perencanan merupakan kegiatan yang
berkesinambungan dan bergulir (rolling
plan).
b.
Tiga unsur PPBS/S4 yang saling menunjang
1) Siklus
operasi yang mengatur seluruh urutan jadwal kegiatan yang disesuaikan dengan
siklus DUP dan DIP
2) Struktur
program yaitu gambaran hierarki program yang disusun dengan bertitik tolak dari
permasalahan pokok yang dihadapi pada tahun mendatang
3) Sistem
informasi yang meliputi, dokumen pengarahan, sistem perencanaan, memo program
koordinatif, konsep program operasional, usulan program, memo keuangan, Daftar
Usulan Proyek (DUP) dan Daftar Isian Proyek (DIP) serta petunjuk operasional.
c.
Kelebihan Bentuk SP4/PPBS
1) Taksonomik, artinya
penggolongan tujuan berdasarkan tujuan
2) Analitik, ada
perbandingan keuntungan dan kerugian alternatif
3) Proyektif, yaitu memberi
arah perencanaan jangka panjang
4) Konsenstrik, yaitu memberi
perhatian pada pencapaian tujuan akhir, dan
5) Evaluatif¸ yaitu memberi
kemudahan menilai keberhasilan program dan efektifitas penggunaan sumber-sumber
d.
Kelemahannya yaitu
1) Kekeliruan
mengakibatkan pemborosan sumber-sumber.
2) Seringkali
mengabaikan tujuan kualitatif yang sukar diukur.
3) Kekurangan
data/informasi dapat mengakibatkan kesalahan penentuan prioritas, alokasi biaya
dan waktu penyelesaian suatu program.
5.
Anggaran
Berbasis Nol
Bentuk pembuatan
anggaran ini adalah bahwa setiap aktivitas atau program yang telah diadakan di
tahun-tahun sebelumnya tidak secara otomatis dapat dilanjutkan. Setiap
aktivitas harus dievaluasi setiap tahun untuk menentukan apakah aktivitas itu
akan diadakan tahun ini dengan melihat kontribusi yang diberikannya kepda
tujuan organisasi. Proses dari anggaran berbasis nol adalah sebagai berikut:
a. Membagi
semua operasi dari organisasi ke dalam unit-unt keputusan.
b. Dasar
untuk pembagian adalah aktivitas secara spesifik, jasa spesifik yang diberikan,
sub unit organisasi atau aktivitas alternatif yang dilakukan untuk mencapai
tujuan dari program.
c. Memilih
cara yang terbaik untuk menyediakan jasa berdasarkan analisis biaya-manfaat
atau analisis lain (pertimbangan politis).
d. Menentukan
pilihan atas beberapa unit organisasi sehingga didapat keputusan-keputusan
tentang berapa banyak jasa yang akan disediakan (sama dengan tahun yang lalu,
ditambah atau dikurangi).
KESIMPULAN
Manajemen keuangan adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah proses kegiatan mengatur
fungsi-fungsi keuangan dengan menggerakkan tenaga orang lain. Fungsi keuangan merupakan kegiatan utama yang harus
dilakukan oleh mereka yang bertanggungjawab dalam bidang tertentu.
Tujuan dari manajemen keuangan sendiri adalah untuk meningkatkan efektifitas
dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah, meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi keuangan sekolah, meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah, menjamin agar dana yang tersedia dipergunakan untuk
kegiatan harian sekolah danmenggunakan kelebihan dana untuk diinvestasikan
kembali,
memelihara barang-barang (aset)
sekolah,
menjaga agar peraturan-peraturan
serta praktik penerimaan, pencatatan dan pengeluaran uang diketahui dan
dilaksanakan. Adapun prinsip-prinsip dari manajemen keuangan
sekolah meliputi transparansi, akuntabilitas, efektivitas dan efisien.
Langkah-langkah manajemen keuangan sendiri
dimulai dari perencanaan anggaran sekolah, pelaksanaan rencana anggaran belanja
sekolah, penyelenggaraan pembukuan dan penyampaian laporan, pengawasan
pelaksanaan anggaran sekolah.
DAFTAR RUJUKAN
Maisyaroh,
dkk. 2003. Manajemen Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Tim
Dosen AP UPI. 2011. Manajemen Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Suarnaya, I. 2010. Manajemen Pendidikan Suatu Pengantar Praktis. Malang: Gunung
Samudera