Rabu, 01 Mei 2019


KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
MELALUI TEKNIK BERTANYA, MEMBERI PENGUATAN, MENGADAKAN VARIASI, DAN MENJELASKAN


MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Sistem Belajar Mengajar
yang dibina oleh Ibu Dr. Mustiningsih, M.Pd.




oleh
Adinda Dwivana Larasati                    160131600495
Agus Yanto                                          160131601701
Alma’idah Hayuning Sesanti                 160131600424
Ari Mufida Agustiningsih                     160131600438
Nanda Marlufi Mutiara Dewi                160131600423
Nurul Izzah                                          160131600432

 





UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
 Januari 2018

                                              KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Pertama, marilah kita panjatkan rasa puji syukur atas kehadirat Allah SWT, serta Nabi Muhammad SWT. Berkat rahmat, dan hidayah-Nya, penulis mampu menyusun makalah yang berjudul “Keterampilan Dasar Mengajar melalui Teknik Bertanya, Memberi Penguatan, Mengadakan Variasi, dan Menjelaskan“ dalam keadaan sehat walafiat. Pada dasarnya, poros dari suatu proses pembelajaran yang dinamis terletak pada kemampuan guru dalam mengemas suatu materi belajar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mengenal dan memahami sejumlah teknik mengajar, mengingat dalam suatu proses pembelajaran tidak hanya dibutuhkan satu teknik saja−melainkan lebih. Hal ini disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dari masing-masing siswa serta suasana kelas. Dari sejumlah teknik yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan mengajar, penulis mencoba memaparkan empat teknik di antaranya, yakni: (1) bertanya, (2) memberi penguatan, (3) mengadakan variasi, serta (4) menjelaskan. Hal ini penting untuk diinformasikan, mengingat masih banyak guru yang belum mengetahui serta memahami teknik-teknik yang dapat digunakan dalam mengajar, sehingga proses pembelajaran terkesan monoton. Diharapkan setelah membaca makalah ini, para pembaca mampu memperoleh wawasan baru terkait teknik-teknik mengajar yang ideal bagi siswa, serta meningkatkan keterampilan mengajarnya.
Sekian dari kami, maaf jika ada kesalahan kata baik disengaja maupun tidak disengaja. Selamat membaca, terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
      
Malang, 25 Januari 2018


Penulis



DAFTAR ISI
        Halaman                                                         
KATA PENGANTAR...................................................................................           i
DAFTAR ISI...................................................................................................         ii
BAB I       PENDAHULUAN........................................................................           1
A.        Latar Belakang......................................................................           1
B.         Rumusan Masalah..................................................................           2
C.         Tujuan Pembahasan...............................................................           2

BAB II      PEMBAHASAN...........................................................................           4
A.      Teknik Bertanya.....................................................................           4
1.      Dasar Pertanyaan yang Baik............................................           5
2.      Jenis Pertanyaan...............................................................           5
3.      Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
dalam Taknik Bertanya....................................................          7
4.      Komponen-Komponen dalam Keterampilan
Bertanya Tingkat Dasar.................................................... ......... 8
5.      Komponen-Komponen dalam Keterampilan
Bertanya Tingkat Lanjut.................................................. ......... 9
6.      Latihan Penerapan Keterampilan Bertanya
Tingkat Dasar................................................................... ......... 10
B.       Teknik Memberi Penguatan...................................................          11
1.        Jenis-Jenis Penguatan......................................................          11
2.        Prinsip Penggunaan Penguatan.......................................          13
3.        Cara Menggunakan Penguatan........................................          14
4.        Latihan Penerapan dalam Pengajaran Mikro...................          14
5.        Penerapan dalam Praktek Pengalaman Lapangan...........          15
C.       Teknik Mengadakan Variasi...................................................         15  
1.      Prinsip-Prinsip Penggunaan Variasi.................................          17
2.      Komponen-Komponen dalam Keterampilan
Mengadakan Variasi.........................................................          18
D.      Teknik Menjelaskan................................................................          22
1.      Prinsip Menjelaskan..........................................................          23
2.      Komponen Menjelaskan...................................................          24

BAB III    PENUTUP....................................................................................         26
A.        Simpulan................................................................................         26
B.         Saran......................................................................................         26

DAFTAR RUJUKAN....................................................................................         27
LAMPIRAN...................................................................................................         28





















BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan tentang (a) Latar Belakang, (b) Rumusan Masalah, dan (c) Tujuan Pembahasan.
  A.      Latar Belakang
Suatu proses pembelajaran yang ideal pada dasarnya harus mampu menghadirkan antusiasme dari siswa dalam mengikuti proses belajar. Demikian selaras dengan salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, proses pembelajaran yang berlangsung pada masing-masing lembaga pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya mampu meningkatkan kemauan dan antusiasme siswa. Demikian tentu disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya yakni guru yang kurang piawai dalam memilih dan menerapkan teknik-teknik mengajar yang tepat, sehingga pembelajaran terkesan monoton dan siswa kehilangan kemauan untuk terlibat di dalamnya.
Menurut Frasetyana dkk (2015:384), guru yang memiliki keterampilan dasar mengajar yakni melalui kemampuan unruk mengemas proses pembelajaran dengan baik dan menarik, sejatinya dapat menumbuhkan kemauan siswa untuk belajar. Dalam keterampilan mengajar, terdapat sejumlah teknik mengajar yang dapat diterapkan. Teknik mengajar atau teknik menyajikan pelajaran merupakan suatu pengetahuan mengenai cara-cara mengajar yang harus dipahami dan dikuasai oleh guru, terutama saat menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas−agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa dengan baik. Ketika guru hendak menyampaikan informasi kepada siswa tentu teknik mengajar yang digunakan berbeda dengan teknik yang digunakan saat guru hendak memastikan bahwa siswa benar-benar menguasai suatu pengetahuan. Begitu pula dengan teknik mengajar yang digunakan oleh guru agar

siswa mau mengungkapkan pendapatnya terkait suatu hal−tentu berbeda dengan teknik yang digunakan pada dua permasalahan sebelumnya. Oleh karena itu, masing-masing teknik mengajar pun sejatinya hanya sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, ketika guru telah menyiapkan sejumlah tujuan, maka harus disiapkan pula beragam teknik mengajar yang mengarah pada pencapaian tujuan. Antara satu teknik mengajar dengan teknik yang lainnya pada dasarnya juga memiliki sifat-sifat khas yang berbeda. Hal ini lah yang belum sepenuhnya dipahami oleh guru di Indonesia. Sebagian besar masih menganggap bahwa suatu proses pembelajaran hanya memerlukan satu teknik mengajar. Maka dari itu, dalam makalah nantinya akan dibahas secara rinci mengenai teknik–teknik mengajar yang dikhususkan pada empat teknik, yakni (1) bertanya, (2) memberi penguatan, (3) mengadakan variasi, serta (5) menjelaskan.  Diharapkan, pemaparan materi yang diberikan dalam makalah ini mampu memberi pemahaman secara konkrit serta mengasah keterampilan mengajar pada guru, terutama terkait perbedaan dan ciri khas antara teknik mengajar yang satu dengan yang lainnya.
     
  B.     Rumusan Masalah
1.    Bagaimana penerapan teknik bertanya dalam proses pembelajaran?
2.    Bagaimana langkah-langkah yang ideal dalam memberikan penguatan pada siswa?
3.    Bagaimana prosedur penerapan teknik mengadakan variasi dalam proses pembelajaran?
4.    Bagaimana penerapan teknik menjelaskan dalam proses pembelajaran?

C.  Tujuan Pembahasan
1.    Memaparkan penerapan teknik bertanya dalam proses pembelajaran.
2.    Menjelaskan langkah-langkah yang ideal dalam memberikan penguatan pada siswa.
3.    Menguraikan prosedur penerapan teknik mengadakan variasi dalam proses pembelajaran.
4.    Memaparkan penerapan teknik menjelaskan dalam proses pembelajaran.


BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan tentang (a) Teknik Bertanya, (b) Teknik Memberikan Penguatan, (c) Teknik Mengadakan Variasi, dan (d) Teknik Menjelaskan.
A.      Teknik Bertanya
Dalam proses belajar-mengajar, tujuan pertanyaan yang diajukan oleh guru agar siswa belajar. Belajar di sini diartikan sebagai proses memperoleh pengetahuan berupa informasi dan meningkatkan kemampuan berpikir. Hasibuan dkk (1988:20) menyatakan bahwa mengajar bukanlah hanya suatu aktivitas yang sekedar menyampaikan suatu informasi kepada siswa, melainkan merupakan suatu proses yang menuntut perubahan peran seorang guru dari seorang informater menjadi pengelola belajar yang bertujuan untuk membelajarkan siswa.
Dengan mengajukan pertanyaan secara berencana, siswa diantarkan untuk berpikir kritis, kreatif dalam proses dan hasil belajar. Cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berpengaruh positif bagi kegiatan belajar siswa merupakan hal yang tidak mudah. Oleh karena itu, seorang guru maupun calon guru hendaknya menguasai penggunaan keterampilan dasar mengajar.
Hasibuan dkk (1988:14) menyatakan bahwa dalam proses belajar-mengajar, bertanya memegang peranan yang penting. Sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan menghadirkan sejumlah keuntungan, yakni sebagai berikut.
1.    Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.
2.    Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang dibicarakan.
3.    Mengembangkan pola piker dan belajar aktif siswa, sebab berpikir itu sendiri adalah bertanya.
4.    Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.
5.    Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
Hasil penelitian Wright (1965) dan Nuthau (1970) dalam Hasibuan dkk (1988:28) membuktikan bahwa bertanya dengan cara melacak, dapat menggalakkan (membangkitkan) respons siswa dan meningkatkan taraf berpikirnya. Sedangkan Fisher dan Ragosa juga menemukan dalam penelitian mereka bahwa guru hendaknya berhati-hati menggunakan pertanyaan tingkat tinggi terhadap siswa yang berintelegensi rendah (Hasibuan dkk (1988:29)).
1.      Dasar Pertanyaan yang Baik
Usman (1989:67) menyatakan bahwa ada beberapa dasar pertanyaan yang baik, diantaranya:
a.    Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa.
b.    Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan.
c.    Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu.
d.    Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan.
e.    Bagikanlah semua pertanyaan kepada seluruh siswa secara merata.
f.     Berikanlah respon yang ramah dan menyenangkan sehingga muncul keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan.
g.    Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.
2.      Jenis Pertanyaan
Berikut jenis-jenis pertanyaan beserta penjelasannya, jika ditinjau dari berbagai segi pandang.
a.       Jenis Pertanyaan dari Segi Maksud
1)      Pertanyaan permintaan (compliance question) yakni pertanyaan yang mengharapkan agar siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan. Contoh: dapatkah kamu tenang agar suara Bapak dapat terdengar oleh kalian semua?
2)      Pertanyaan retoris (rhetorical question) yakni pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru, hal ini merupakan teknik penyampaian informasi kepada siswa. Contoh: mengapa observasi diperlukan sebelum melaksanakan PPL? Sebab observasi merupakan…dst.
3)      Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) yakni pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalam proses berpikirnya. Apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan atau salah dalam menjawab, guru mengajukan pertanyaan lanjutan yang akan mengarahkan atau menuntun proses berpikir siswa, sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan jawaban bagi pertanyaan pertama tadi.
4)      Pertanyaan menggali (probing question) yaitu pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaannya yang pertama. Dengan pertanyaan menggali ini siswa didorong untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dari jawaban yang diberikan atas pertanyaan sebelmnya.
b.      Pertanyaan dari Segi Taksonomi Bloom
1)   Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question) yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat hafalan atau ingatan dengan menggunakaan kata-kata apa, di mana, kapan, siapa dan sebutkan. Contoh: sebutkan ciri-ciri ikan hiu!
2)   Pertanyaan pemahaman (comperehension question) yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat pemahaman dengan kata-kata sendiri. Biasanya menggunakan kata-kata: (1) jelaskan, (2) uraikan, dan (3) bandingkan. Contoh: jelaskan manfaat bertanya!
3)   Pertanyaan penerapan (application question) yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban untuk menerapkan pengetahuan atau informasi yang diterimanya. Contoh: berdasarkan kriteria tertentu, cobalah anda rumuskan sebuah program komputer!
4)   Pertanyaan analisis (analysis question) yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban dengan cara mengidentifikasi, mencari bukti-bukti dan menarik kesimpulan. Contoh: berdasarkan proses tersebut, kesempatan apa yang dapat anda berikan?
5)   Pertanyaan sintesis (synthesis question) yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban yang benar, tidak tunggal, tetapi lebih dari satu dan menuntut siswa untuk membuat ramalan (prediksi), memecahkan masalah, mencari komunikasi. Contoh: apa yang terjadi bila musim kemarau tiba?
6)   Pertanyaan evaluasi (evaluation question) yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu issue yang ditampilkan. Contoh: apa komentar anda tentang full day school?
3.      Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Teknik Bertanya
Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru saat menerapkan teknik bertanya.
a.    Kehangatan dan Keantusiasan
Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Sikap dan gaya guru termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan menampakkan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasan.
b.    Kebiasaan yang Perlu Dihindari
1)   Jangan mengulang-ulang pertanyaan bila siswa tidak mampu menjawab pertanyaan, karena demikian dapat menurunkan perhatian siswa.
2)   Jangan mengulang-ulang jawaban siswa, karena siswa tidak memperhatikan jawaban temannya dan hanya membuang waktu.
3)   Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum siswa memperoleh kesempatan untuk menjawabnya.
4)   Usahakan agar siswa tidak menjawab pertanyaan secara serempak karena guru tidak mengetahui siapa yang menjawab benar dan yang salah.
5)   Pertanyaan hendaknya ditujukan lebih dahulu kepada seluruh siswa, baru menunjuk seseorang untuk menjawabnya.
6)   Usahakan agar tidak menanyakan pertanyaan ganda. Contoh: apa yang menyebabkan terjadinya turun hujan dan bagaimana akibatkan bila turun hujan .
4.      Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya Tingkat Dasar
Berikut komponen-komponen yang terdapat dalam keterampilan bertanya tingkat dasar.
a.    Penggunaan Pertanyaan Secara Jelas dan Singkat
Pertanyaan harus diungkapkan secara singkat dan jelas dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.
b.    Pemberian Acuan
Sebelum memberi pertanyaan, guru perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan dari siswa. Contoh: kita ketahui bahwa erosi tanah dapat disebabkan oleh air dan angin, coba kamu sebutkan faktor penyebab yang lain yang mengakibatkan terjadinya erosi
c.    Pemindahan Giliran
Terkadang suatu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari seorang siswa karena jawaban siswa belum benar.
d.    Penyebaran
Guru perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak perbedaan dari poin keempat dengan poin ketiga di atas adalah pada poin ketiga beberapa siswa secara bergilir diminta menjawab pertanyaan yang sama, sedangkan pada penyebaran, pertanyaan yang berbeda disebarkan giliran menjawabnya kepada siswa yang berbeda pula.
e.    Pemberian Waktu Berpikir
Guru perlu memberikan beberapa detik kepada siswa untuk berpikir sebelum menunjuk seseorang untuk menjawab pertanyaannya.
f.     Pemberian Tuntunan
Apabila seorang siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan, maka guru hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa itu agar menemukan jawaban yang benar.
5.      Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya Tingkat Lanjut
Usman (1989:70) menyatakan bahwa keterampilan bertanya dibentuk atas dasar penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Oleh karena itu, komponen bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut. Adapun komponennya adalah sebagai berikut:
a.    Pengubahan Tuntutan Tingkat Kognitif dalam Menjawab Pertanyaan
Pertanyaan yang dikemukakan oleh guru dapat mengandung proses mental yang berbeda-beda, dari proses mental yang rendah sampai proses mental yang tinggi. Oleh karena itu, guru dalam mengajukan pertanyaan hendaknya berusaha mengubah tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan dari tingkat mengingat kembali fakta-fakta ke berbagai tingkatan kognitif lainnya yang lebih tinggi.
b.   Pengaturan Urutan Pertanyaan
Dalam mengembangkan tingkat kognitif siswa dari rendah ke yang lebih kompleks, guru hendaknya mampu mengatur urutan pertanyaan dari tingkat mengingat, pertanyaan pemahaman, penerapan analisis, sintesis dan evaluasi. Usahakan jangan mengajukan pertanyaan yang tidak menentu atau berbolak-balik.
c.    Penggunaan Pertanyaan Pelacak
Jika siswa sudah memberikan jawaban yang benar namun masih dapat ditingkatkan menjadi sempurna, maka guru dapat memberikan pertanyaan pelacak kepada siswa tersebut. Berikut wujud-wujud dari penggunaan pertanyaan pelacak.
1)   Klasifikasi, yakni meminta siswa menjelaskan dengan kata-kata lain, sehinggga jawaban siswa menjadi lebih baik.
2)   Meminta siswa memberikan argumentai yang dapat menunjang kebenaran pandangannya dalam menjawab jawaban guru.
3)   Meminta kesempatan pandangan, yakni guru bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan penolakan maupun kesetujuan disertai alasan terhadap jawaban dari rekannya agar diperoleh pandangan yang dapat diterima oleh semua pihak.
4)   Meminta kesempatan jawaban, yakni siswa diminta guru untuk meninjau kembali jawaban siswa yang dianggap kurang benar.
5)   Meminta jawaban yang lebih relevan.
6)   Meminta contoh, yakni siswa diminta untuk memberikan contoh kongkret tentang apa yang dikatakannya.
7)   Meminta jawaban yang lebih kompleks, yakni siswa diminta untuk memberi penjelasan atau ide-ide penting lainnya hingga jawaban yang diberikan siswa menjadi lebih kompleks.
d.   Peningkatan Terjadinya Interaksi
Guru hendaknya mengurangi posisinya sebagai posisi sentral. Jika siswa mengajukan pertanyaan, guru tidak segera menjawab, namun terlebih dahulu melemparkannya kepada siswa lain.
6.      Latihan Penerapan Keterampilan Bertanya Tingkat Dasar
Berikut dua tipe latihan keterampilan bertanya tingkat dasar yang dapat diterapkan.
a.    Dalam Pengajaran Mikro
Penerapan dilakukan dengan menyiapkan satu kegiatan pengajaran yang banyak menggunakan interaksi verbal dengan siswa. Buatlah pertanyaan yang akan diajukan selama pengajaran berlangsung.
b. Dalam Praktek Pengalaman Lapangan
Amatilah pola penyebaran pertanyaan oleh guru pamong anda. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhinya? Bila perhatian guru tidak tersebar bagaimana cara mengatasinya?

B.       Teknik Memberikan Penguatan
Menurut Hasibuan dkk (1998:60), penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, baik bersifat verbal maupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Selanjutnya Hasibuan dkk (1998:61) juga menjelaskan bahwa penguatan dapat juga diartikan sebagai respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk mengganjar atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar mengajar. Contohnya yakni sebagai berikut.
Guru   : “Coba sebutkan salah satu sifat udara! Ya, coba kamu, Irwan!
Siswa  : “Udara mempunyai bentuk seperti wadahnya, Bu!’
Guru  : Bagus, itu jawaban yang tepat. Ibu senang mempunyai murid yang dapat menjawab dengan baik seperti kamu.”
Menurut Winaputra (2004:7.30) dalam Maslichah dan Haryono (2012:2), tujuan dari adanya penguatan, yakni menghadirkan pengaruh akan sikap-sikap yang positif terhadap proses belajar siswa dan hal-hal lainnya, yakni: (1) meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, (2) merancang dan meningkatkan motivasi belajar, serta (3) meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.
1.    Jenis-Jenis Penguatan
Menurut Khoeriyah (2015: 4-5), komponen penguatan dibagi menjadi dua indikator, meliputi penguatan verbal dan penguatan non-verbal.
a.    Penguatan Verbal
Biasanya diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakkan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan, dan sebagainya, misalnya bagus; bagus sekali; betul; pintar; ya, seratus buat kamu!
b.    Penguatan Non-Verbal
Menurut Khoeriyah (2015:5), guru selalu menggunakan penguatan untuk memberikan penghargaan kepada siswa melalui mimik dan gerakan badan.
Tujuan dari penguatan itu adalah untuk merespon tingkah laku peserta didik. Penguatan non verbal terdiri atas sejumlah penguatan sebagai berikut.
1)   Penguatan gerak isyarat, misalnya anggukan atau gelengan kepala, senyuman, kerut kening, acungan jempol, wajah mendung, wajah cerah, sorot mata yang sejuk bersahabat atau tajam menantang.
2)   Penguatan pendekatan yang dilakukan oleh guru dengan mendekati siswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap pelajaran, tingkah laku, atau penampilan siswa. Misalnya, guru berdiri di samping siswa, berjalan menuju siswa, duduk dekat seorang atau sekelompok siswa, atau berjalan di sisi siswa. Penguatan ini berfungsi menambah penguatan verbal.
3)   Penguatan dengan sentuhan (contact), yakni guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap usaha dan penampilan siswa dengan cara menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa, berjabat tangan, mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan. Penggunaanya harus dipertimbangkan dengan saksama agar sesuai dengan usia, jenis kelamin siswa, dan latar belakang kebudayaan setempat.
4)   Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, yakni guru dapat menggunakan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang disenangi oleh siswa sebagai penguatan. Misalnya, seorang siswa yang menunjukkan kemajuan dalam pelajaran musik ditunjuk sebagai pemimpin paduan suara sekolah.
5)   Penguatan berupa simbol atau benda, yang dilakukan dengan cara menggunakkan berbagai simbol berupa benda seperti kartu bergambar, bintang plastik, lencana, ataupun komentar tertulis pada buku siswa. Hal ini jangan terlalu sering digunakan, agar tidak sampai terjadi kebiasaan siswa mengharap sesuatu sebagai imbalan.
6)   Jika siswa memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar, guru hendaknya tidak langsung menyalahkan siswa. Dalam keadaan seperti ini guru sebaiknya menggunakkan atau memberikan penguatan tak penuh (partial). Umpamanya, bila seorang siswa hanya memberikan jawaban sebagian benar, sebaiknya guru menyatakan: “Ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih perlu disempurnakan. Melalui cara seperti itu, siswa tersebut mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya salah, dan ia mendapat dorongan untuk menyempurnakannya.
2.    Prinsip Penggunaan Penguatan
Menurut Hasibuan dkk (1998:62), berikut adalah sejumlah prinsip yang digunakan dalam teknik penguatan.
a.    Kehangatan dan Keantusiasan
Sikap dan gaya guru, termasuk suara, mimik, dan gerak badan, akan menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan. Melalui cara tersebut tidak akan terlahir kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan penguatan.
b.    Kebermaknaan
Penguatan hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa, sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan. Melalui cara tersebut, penguatan lantas bermakna bagi siswa yang bersangkutan.
c.    Menghindari Penggunaan Respons yang Negatif
Walaupun teguran dan hukuman masih bisa digunakan, respons negatif yang diberikan oleh guru berupa komentar, bercanda, menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari karena akan mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan dirinya. Contohnya yakni jika seorang siswa tidak dapat memberikan jawaban yang diharapkan, guru jangan langsung menyalahkannya, tetapi bisa melontarkan pertanyaannya kepada siswa yang lain.
3.    Cara Menggunakan Penguatan
Menurut Khoeriyah (2015:8), berikut cara-cara yang dapat digunakan dalam menerapkan penguatan pada proses pembelajaran.
a.    Penguatan kepada Pribadi Tertentu
Penguatan harus jelas kepada siapa ditujukan, sebab bila tidak maka penguatan yang dilaksanakan akan kurang efektif. Oleh karena itu, sebelum memberikan penguatan, guru terlebih dahulu menyebut nama siswa yang bersangkutan sambil menatap kepadanya.
b.    Penguatan kepada Kelompok Siswa
Penguatan dapat pula diberikan kepada sekelompok siswa. Misalnya, apabila tugas telah diselesaikan dengan baik oleh satu kelas, guru membolehkan kelas itu bermain bola voli yang menjadi kegemarannya.
c.    Pemberian Penguatan dengan Cara Segera
Penguatan seharusnya diberikan segera setelah munculnya tingkah laku atau respons siswa yang diharapkan. Penguatan yang ditunda pemberiaanya, cenderung kurang efektif.
d.    Variasi dalam Penggunaan
Jenis atau macam penguatan yang digunakan hendaknya bervariasi dan tidak terbatas pada satu jenis saja. Demikian sejatinya dapat menimbulkan kebosanan dan lama-kelamaan proses pembelajaran menjadi kurang efektif.
4.    Latihan Penerapan dalam Pengajaran Mikro
Adakan satu pelajaran singkat, yakni antara sepuluh sampai lima belas menit mengenai suatu pokok bahasan tertentu. Kemudian, konsultasikan dengan pembimbing bila ada yang perlu diperbaiki. Sajikanlah pada sekelompok siswa lain yang terdiri atas kira-kira delapan orang. Usahakanlah agar dalam pelajaran itu anda dapat memperoleh urunan pendapat dan pemikiran siswa dan berikanlah penguatan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan atau respons siswa tersebut dengan berbagai jenis penguatan. Perlu anda ketahui bahwa pengajaran yang anda lakukan bukanla simulasi, melainkan pengajaran sebenarnya dalam bentuk kecil.
5.    Penerapan dalam Praktek Pengalaman Lapangan
Pada waktu anda melaksanakan PPL nanti di sekolah latihan, cobalah lakukan hal-hal dibawah ini.
a.       Amati guru pamong waktu mengajar selama satu jam pelajaran dan kerjakan hal-hal berikut.
1)        Catat jenis penguatan verbal yang dipakai oleh guru selama sepuluh menit. Hitunglah frekuensi pemakaian setiap jenis.
2)        Pilih seorang murid untuk diamati. Apakah ada penguatan yang diberikan kepadanya? Jika ada, dengan cara apa dan bagaimana pula reaksi anak tersebut?
3)        Perhatikan secara keseluruhan apakah guru memberikan penguatan segera pada waktu munculnya tingkah laku siswa yang perlu diberi penguatan.
4)        Perhatikan pula cara guru memberi penguatan. Apakah diberikan kepada pribadi tertentu atau hanya secara umum.
b.      Teliti dan pelajari hasil pengamatan di atas serta manfaatkan hal itu dalam membuat persiapan mengajar.
c.       Waktu anda praktek mengajar di SD atau TK latihan, mintalah bantuan teman anda untuk mengamati dan membuat catatan seperti yang anda lakukan terhadap guru pamong. Manfaatkan hasil pengamatan teman anda itu sebaik-baiknya untuk perbaikan cara mengajar anda selanjutnya.

C.       Teknik Mengadakan Variasi
Hasibuan dkk (1988:64) menjelaskan bahwa menggunakan variasi dapat diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang memiliki tujuan untuk mengatasi kebosanan yang dialami oleh siswa, sehingga dalam proses belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan secara aktif. Selain itu, keterampilan dalam mengadakan variasi pada proses pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu proses pengubahan dalam pengajaran yang menyangkut tiga komponen, antara lain gaya mengajar yang bersifat personal, penggunaan media dan bahan-bahan instruksional, dan pola serta tingkat interaksi guru dengan siswa. Apabila dikembangkan, mengadakan variasi ini dapat juga dipakai untuk penggunaan keterampilan dasar mengajar, bertanya, memberi penguatan, menjelaskan, dan seterusnya. Permatasari dkk (2017:5) berpendapat bahwa cara guru mengadakan variasi pembelajaran nampaknya berpengaruh terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, karena tidak memungkiri bahwa dalam kegiatan belajar tentu akan ditemui kondisi dimana siswa akan merasa bosan dan kehilangan motivasinya dalam belajar. Pada saat itu lah guru dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilannya dalam mengadakan variasi pembelajaran.  Adapun manfaat dan tujuan dari adanya variasi pembelajaran menurut Hasibuan dkk (1988:71) antara lain:
1.      Dapat menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap aspek-aspek belajar-mengajar yang relevan.
2.      Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi dan rasa ingin tahu melalui kegiatan penelitian (investigasi) dan penjajahan (eksplorasi).
3.      Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
4.      Terdapat kemungkinan bahwa para siswa mendapat pelayanan secara individu sehingga memberi kemudahan belajar.
5.      Dapat meningkatkan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Proses belajar-mengajar dilakukan dengan melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman yang menarik dan terarah pada berbagai tingkat kognitif.
Mengadakan variasi ini dapat memberikan beberapa kegunaan di dalam kelas, yang dapat berguna bagi siswa maupun guru, antara lain:
1.      Memelihara dan meningkatkan perhatian siswa terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek belajar.
  1. Meningkatkan kemungkinan akan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan eksplorasi.
  2. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
  3. Kemungkinan dilayaninya siswa secara individual sehingga memberi kemudahan belajar.
  4. Mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau pengalaman belajar yang berguna yang menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif. (Hasibuan dkk (1988:65)).
1.    Prinsip-Prinsip Penggunaan Variasi
Hasibuan dkk (1988:72) berpendapat bahwa pengadaan variasi sebagai keterampilan dasar mengajar perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan pencapaian tujuan, yakni sebagai berikut.
a.    Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu dan relevan dengan tujuan yang hendak dicapai, serta sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh siswa dan hakikat pendidikan. Penggunaan variasi yang wajar dan beragam sangat dianjurkan. Sebaiknya pemakaian yang berlebihan dapat menyebabkan kebingungan, serta dapat menggangu proses belajar mengajar.
b.    Variasi harus digunakan dengan secara lancar dan berkesinambungan,sehingga tidak akan merusak perhatian  dan tidak mengganggu pelajaran.
c.    Komponen variasi tertentu memerlukan susunan dan perencanaan yang baik. Artinya, secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran (terstruktur). Akan tetapi, apabila diperlukan, komponen keterampilan tersebut dapat digunakan secara luwes dan spontan, sesuai dengan pengembangan proses dalam belajar-mengajar dan balikan dari siswa selama pelajaran berlangsung.
Pernyataan di atas sejatinya selaras dengan pendapat Hasibuan dkk (1988:66) mengenai prinsip-prinsip yang perlu dipahami dalam mengadakan variasi, yakni sebagai berikut.
a.    Perubahan yang digunakan harus bersifat efektif.
b.    Penggunaan teknik variasi harus lancar dan tepat.
c.    Penggunaan komponen-komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan sebelumnya.
d.    Penggunaan komponen variasi harus luwes dan spontan berdasarkan balikan siswa.
2.    Komponen-Komponen dalam Keterampilan Mengadakan Variasi
Hasibuan dkk (1988:72) mengatakan bahwa keterampilan dalam mengadakan variasi sejatinya memiliki tiga komponen, antara lain:
a.    Variasi dalam Gaya Mengajar Guru
Variasi dalam gaya mengajar guru sejatinya beraneka ragam. Bila dilakukan dengan hati-hati, maka akan sangat berguna dalam menarik dan mempertahankan minat serta semangat siswa dalam belajar. Biasanya variasi semacam ini muncul di dalam dan di antara komponen-komponen sebagai berikut.
1)   Penggunaan variasi suara.
Dalam hal ini pengubahan suara dilakukan dari yang keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah menjadi lambat, dari suara gembira menjadi sedih, serta memberikan tekanan pada kata-kata tertentu. Tekanan tersebut diberikan pada kata-kata yang dianggap penting atau juga dapat mengucapkannya lambat-lambat sehingga dapat diikuti dengan jelas sekali.
2)   Pemusatan perhatian.
Pemusatan ini dapat dilakukan secara verbal, isyarat, atau dengan menggunakan model. Memusatkan perhatian pada hal yang dianggap penting dapat dilakukan oleh guru dengan perkataan seperti “perhatikan baik-baik”, “nah, ini penting sekali”, “dengar baik-baik”, “ini agak sukar dipahami” dan berbagai kata atau kalimat dan ungkapan yang senada dengan itu. Biasanya cara pemusatan dengan lisan ini diikuti lagi dengan isyarat seperti menunjuk kepada gambar yang tergantung di dinding, atau kepada papan tulis, dan sebagainya.
3)   Kesenyapan.
Adanya kesenyapan tiba-tiba yang disengaja selagi guru menerangkan merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Hal ini dikarenakan, pengubahan stimulus dari adanya suara ke keadaan tenang atau senyap atau dari keadaan dengan adanya kesibukan kegiatan lalu dihentikan, akan dapat menarik perhatian siswa. Demikian juga dapat menimbulkan rasa ingin tahu dari siswa mengenai apa yang terjadi. Di sini perlu ditekankan bahwa jangan sekali-sekali pengubahan itu dilakukan (terutama menyangkut hal yang terakhir) bila akan mengganggu jalannya pelajaran. Dalam mengajukan pertanyaan, guru menggunakan “waktu tunggu” atau kesenyapan. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir, terutama untuk menjawab pertanyaan yang memerlukan pemikiran yang mendalam. 
4)    Mengadakan kontak pandang.
Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan siswa, sebaiknya padangannya menjelajahi seluruh kelas dan melihat kepada mata para siswanya untuk menunjukkan hubungan yang intim dengan mereka. Kontak pandang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi seperti membesarkan mata tanda tercengang, atau dapat juga digunakan untuk mengetahui perhatian dan pemahaman siswa.
5)   Gerakan badan dan mimik.
Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, serta gerakan badan adalah aspek yang amat penting dalam berkomunikasi. Hal ini tidak saja sekadar menarik perhatian, tetapi selain itu dapat pula menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan. Ekspresi wajah ini, misalnya tersenyum, mengerutkan dahi, cemberut, menaikkan alis, kelihatan tertarik dengan memperhatikan dan lain-lain. Gerakan kepala dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya mengangguk, menggeleng, mengangkat atau merendahkan kepala. Jari dapat digunakan untuk menunjukkan ukuran, jarak, arah, ataupun menjentik untuk menarik perhatian. Menggoyang-goyangkan tangan dapat diartikan “tidak”, dan banyak lagi yang lain. Guru dapat mengangkat bahu, berdiri diam kaku, santai, berjalan mendekati atau menjauhi siswa, berdiri siap membantu, dan sebagainya.
6)   Pergantian posisi guru dalam kelas.
Pergantian posisi guru di dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa. Pergantian posisi di sini dimaksudkan ke arah depan atau belakang, maupun ke bagian kiri dan samping siswa. Terkadang guru berdiri, terkadang pula duduk. Hal yang penting diingat ialah bahwa adanya variasi ini dipergunakan dengan maksud tertentu dan dilakukan secara wajar tidak berlebih-lebihan.
b.    Variasi dalam Penggunaan Media dan Bahan Pengajaran
Media dan alat pengajaran, bila ditinjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu yang dapat didengar, dilihat, dan diraba atau dimanipulasikan. Pertukaran penggunaan dari jenis yang satu ke jenis yang lain atau dari berbagai macam alat atau bahan dalam satu komponen (misalnya dari gambar kepada tulisan di papan tulis), mengharuskan anak menyesuaikan alat inderanya. Demikian mampu meningkatkan tingkat perhatian siswa.  Hal ini dikarenakan, besar kemungkinan tiap anak mempunyai kesenangan yang berbeda dalam mengggunakan alat indera untuk belajar, maka pendekatan multiindera ini akan dapat memenuhi selera anak yang berbeda tersebut.
Bahan dan alat yang baru juga dapat menambah rasa ingin tahu siswa. Hal yang perlu diperhatikan ialah alat media dan bahan yang kaya dan beragam serta relevan dengan tujuan pengajaran dapat merangsang pikiran dan hasil belajar yang bermakna dan lebih bertahan lama. Biasanya jenis variasi ini dapat digolongkan sebagai berikut.
1)   Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat.
Pada dasarnya, yang termasuk dalam variasi ini adalah pemakaian bermacam alat dan bahan yang meliputi benda atau objek sederhana, grafik, gambar di papan tulis, papan buletin, film, televisi, sumber-sumber di perpustakaan, ukiran, peta, poster, dan sebagainya.
2)   Variasi alat dan bahan yang dapat didengar.
Suara guru biasanya merupakan metode yang utama dalam kelas. Selain keras-lemah, tinggi-rendah, cepat-lambat, dan gembira atau sedih dari kualitas suara yang dapat divariasikan oleh guru, juga pertukaran kegiatan mendengar suara guru dengan selingan rekaman suara, atau suara radio, suara musik, deklamasi yang dibacakan siswa, drama, diskusi dan sebagainya, dapat merupakan variasi yang sangat baik dan bermanfaat. Demikian juga merupakan proses terjadinya pertukaran kegiatan mendengar dengan melihat atau sebaliknya.
3)   Variasi Alat dan Bahan yang Dapat Diraba dan Dimanipulasi
Penggunaan alat dan bahan yang dapat diraba, dicium baunya, ataupun dimanipulasi, sangat membantu dalam menarik perhatian siswa. Hal ini juga dapat melibatkan siswa dalam membentuk dan meragakan kegiatannya secara mandiri maupun kelompok. Alat dan bahan seperti spesimen (contoh), model, patung, alat mainan, binatang hidup yang lecil, dan sebagainya, dapat diberikan kepada siswa untuk diraba atau di manipulasi. Banyak sekali kesempatan bagi guru untuk menggunakan variasi jenis ini dalam kelas.
c.    Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
Komponen terakhir dalam mengadakan variasi adalah mengubah pola dan tingkat interaksi antara guru dan siswa. Pola umum interaksi memiliki banyak ragam dimulai dari guru mendominasi sepenuhnya kegiatan sampai dengan situasi saat siswa bekerja sendiri-sendiri secara bebas. Di antara dua kutub ini, banyak sekali pola yang mungkin terjadi. Misalnya, guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam kelompok kecil, atau tukar pendapat melalui diskusi, bahkan melakukan demonstrasi tanpa campur tangan guru. Guru dapat pula memberikan pelajaran kepada seluruh kelas melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa.
Dalam suatu kegiatan belajar, bentuk partisipasi siswa bisa saja beragam. Di samping mendengarkan guru atau berpartisipasi dalam diskusi kelas, siswa juga dapat ikut serta dalam kelompok-kelompok kecil, atau bekerja sendiri, bahkan mengerjakan suatu proyek dengan kelompok kecil. Di samping itu, siswa dapat pula diminta melakukan karya tulis, membaca dalam hati atau membaca nyaring, menonton film, dan lain sebagainya.
Susunan atau bentuk kelas dapat diubah sesuai kegiatan belajar tertentu. Dalam kegiatan diskusi, susunan meja melingkar lebih cocok daripada susunan klasik dengan meja siswa berderet ke belakang dan meja guru terletak di depan kelas. Belajar bebas (sendiri) dapat diatur di salah satu pojok ruang kelas yang disediakan untuk itu atau bila mungkin, di ruang khusus dalam perpustakaan.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa baik di pihak guru maupun di pihak siswa dapat terjadi variasi pola interaksinya. Melalui proses perubahan pola interaksi ini, guru dapat  mengubah kegiatan belajar siswa, tingkat dominasi guru dan keterlibatan siswa dalam kelas.

D.       Teknik Menjelaskan
     Menjelaskan menurut Hasibuan dkk (1988:87-88) adalah suatu kegiatan mengorganisasikan isi pelajaran dalam urusan yang terencana sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Sedangkan penjelasan ialah penyajian informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematik. Dalam dunia pendidikan terutama di kelas, guru cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran dengan pemberian informasi secara lisan atau menjelaskan. Terkadang penjelasan yang diberikan oleh guru kurang jelas dan hanya dapat dimengerti oleh guru yang bersangkutan. Oleh karena itu, kemampuan dalam mengenali tingkat pemahaman siswa amat penting bagi guru, terutama saat memberikan suatu penjelasan. Demikian dikarenakan tidak semua siswa dapat mengenali secara mandiri pengetahuan dari buku atau sumber lainnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru dapat membantu siswa dengan memberikan informasi secara lisan atau menjelaskan sesuatu agar siswa dapat terbantu.
Hasibuan dkk (1988:70) mengatakan bahwa ada beberapa alasan mengapa keterampilan menjelaskan perlu dikuasai oleh guru, yakni sebagai berikut.
1.      Pada umumnya interaksi komunikasi lisan di dalam kelas “didominasi“ guru.
  1. Sebagian besar kegiatan guru adalah informasi. Oleh karena itu, efektivitas pembicaraan perlu ditingkatkan.
  2. Penjelasan yang diberikan guru sering tidak jelas bagi siswa dan hanya jelas bagi guru sendiri.
  3. Tidak semua siswa dapat mengenali sendiri informasi yang diperoleh dari buku. Kenyataan ini menuntut guru untuk memberikan penjelasan kepada siswa mengenai hal-hal tertentu.
  4. Sumber informasi yang tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh siswa jumlahnya sangat terbatas.
  5. Guru sering tidak dapat membedakan antara menceritakan dan memberikan penjelasan.
Sedangkan menurut Suwarna, dkk (2013:214) keterampilan menjelaskan bertujuan untuk: (1) membantu siswa dalam memahami fakta, konsep, prinsip, atau prosedur, serta membantu memecahkan permasalahan dalam kegiatan pembelajaran; (2) melibatkan siswa untuk berpikir serta mengkomunikasikan ide dan gagasannya; (3) memperkuat struktur kognitif yang berhubungan dengan bahan pembelajaran; (4) mendapatkan balikan dari siswa tentang penguasaan kompetensi yang harus dikuasai.
1.      Prinsip Menjelaskan
Menurut Hasibuan dkk (1988:88), ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, seperti pada poin-poin di bawah ini.
a.       Penjelasan dapat diberitakan di awal, di tengah, ataupun di akhir jam pertemuan (pelajaran), bergantung pada keperluannya. Pertanyaan itu dapat juga diselingi dengan tanya-jawab.
b.      Penjelasan harus relevan dengan tujuan pelajaran.
c.       Guru dapat memberikan penjelasan apabila ada pertanyaan dari siswa ataupun direncanakan oleh guru sebelumnya.
d.      Penjelasan harus relevan dengan tujuan pelajaran.
e.       Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan kemampuan siswa.
2.      Komponen Menjelaskan
Hasibuan dkk (1988:71-72) berpendapat bahwa keterampilan menjelaskan secara garis besar terdiri atas komponen-komponen berikut.
a.         Merencanakan Penjelasan
Dalam merencanakan penjelasan
, perlu diperhatikan isi pesan yang akan disampaikan dan penerima pesan (siswa dengan segala kesiapannya).
b.        Menyajikan Penjelasan
Beberapa kom
ponen yang perlu diperhatikan saat menyajikan penjelasan adalah:
1)   Kejelasan: kejelasan tujuan, bahasa dan prosespenjelaan merupakan kunci dalam memberikan kejelasan.
2)   Penggunaan contoh dan ilustrasi untuk mempermudah siswa yang sulit dalam menerima konsep yang abstrak. Biasanya pola umum untuk menghubungkan contoh dengan dalil adalah pola induktif dan pola deduktif.
3)   Memberikan penekanan dengan mengadakan variasi dalam gaya mengajar (variasi dalam suara, mimik) dan membuat struktur sajian, yaitu memberikan informasi yang menunjukkan arah atau tujuan utama sajian (dapat dikerjakan dengan memberikan ikhtisar, pengulangan, atau memberi tanda).
4)   Pengorganisasian, dapat dikerjakan dengan cara membuat hubungan antara contoh dalil menjadi jelas dan memberikan ikhtisar butir-butir yang penting selama ataupun pada akhir sajian.
5)   Balikan, dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Pada dasarnya, balikan dapat diperoleh dengan cara memperhatikan tingkah laku siswa, memberikan kesempatan siswa menjawab pertanyaan guru dan meminta pendapat siswa terkait penjelasan yang diberikan oleh guru.
Tingkah laku menjelaskan merupakan keterampilan engajar yang sangat ditentukan olehpengetahuan dan kreativita guru. Tidak ada dua orang guru yang menerapkan keterampilan menjelaskan secara persis sama.



















BAB III
PENUTUP
Pada bab ini diuraikan tentang (a) Simpulan dan (b) Saran.
A.       Simpulan
Keterampilan dasar mengajar adalah kemampuan atau keterampilan yang khusus yang harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur, agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional. Jika guru dapat menguasai keterampilan dasar mengajar dengan baik, maka meningkatkan antusiasme siswa dalam proses belajar akan semakin mudah. Keterampilan dasar mengajar harus dimiliki dan dikuasai oleh guru, karena dengan ini pula guru dapat memberikan pengertian lebih dalam mengajar. Terdapat sejumlah teknik yang harus dikuasai guru dalam keterampilan dasar mengajar, empat di antaranya yakni: (1) bertanya, (2) memberi penguatan, (3) mengadakan variasi, serta (4) menjelaskan. Beberapa teknik ini digunakan sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa, dengan memperhatikan keadaan di dalam kelas.

B.       Saran
Seorang guru maupun calon guru, hendaknya dapat memahami akan pentingnya memiliki keterampilan dasar mengajar. Demikian sejatinya menjadikan pelaksanakan proses belajar dan mengajar dapat berjalan dengan lebih baik dengan meningkatkan motivasi serta antusiasme siswa dalam belajar. Sedangkan pemerintah dan sekolah, sebaiknya memperhatikan keterampilan dasar mengajar yang dimiliki oleh tiap guru. Dikarenakan, keterampilan dasar mengajar ini sangatlah penting serta dapat berpengaruh dalam proses belajar dan mengajar, terutama di dalam kelas.

DAFTAR RUJUKAN
Frasetyana, A.D., Sujadi, I., dan Kusmayadi, T.A. 2015. Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa Pendidikan Matematika dalam Pembelajaran Mikro (Studi Kasus pada Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UNS Tahun Akademik 2012/2013). Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, (Online), 3 (4):383-393, (https://jurnal.uns.ac.id), diakses 30 Januari 2018.
Hasibuan, J, dkk. 1988. Proses Belajar Mengajar Keterampilan Dasar Pengajaran Mikro. Bandung: CV Remadja Karya.
Hasibuan, J, dkk. 1988. Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Remadja Karya.
Khoeriyah. 2015. Penerapan Keterampilan Memberi Penguatan Guru dalam Pembelajaran di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Karangsari Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulo Progo Tahun Ajaran 2014/2015, (Online), (https://journal.student.uny.ac.id), diakses 30 Januari 2018.
Maslichah, D., dan Haryono. 2012. Pemberian Penguatan (Reinforcement) dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) di Kelas VIII SMP Al-Azhar Menganti Gresik, (Online), (https://ejournal.unesa.ac.id), diakses 30 Januari 2018.
Permatasari, P.A., dkk. 2017. Kemampuan Guru Sekolah Dasar dalam Mengadakan Variasi pada Pembelajaran Tematik. Joyful Learning Journal, (Online), 6 (2):1-6, (https://journal.unnes.ac.id), diakses 28 Januari 2018.
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara.
Suwarna, dkk. 2013. Modul Pelatihan Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti). Yogyakarta: Pusat Pengembangan Kurikulum Instruksional Dan Sumber Belajar Lembaga Pengembangan Dan Penjaminan Mutu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Usman, U. 1989. Menjadi Guru Profesional. Bandung: CV Remaja Rosdakarya.



LAMPIRAN