KETERAMPILAN
DASAR MENGAJAR
MELALUI
TEKNIK BERTANYA, MEMBERI PENGUATAN, MENGADAKAN VARIASI, DAN MENJELASKAN
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH
Sistem
Belajar Mengajar
yang
dibina oleh Ibu Dr. Mustiningsih, M.Pd.
oleh
Adinda Dwivana Larasati 160131600495
Agus Yanto 160131601701
Alma’idah Hayuning Sesanti 160131600424
Ari Mufida Agustiningsih 160131600438
Nanda
Marlufi Mutiara Dewi 160131600423
Nurul
Izzah 160131600432
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Januari 2018
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Pertama, marilah kita
panjatkan rasa puji syukur atas kehadirat Allah SWT, serta Nabi Muhammad SWT.
Berkat rahmat, dan hidayah-Nya, penulis mampu menyusun makalah yang berjudul “Keterampilan
Dasar Mengajar melalui Teknik Bertanya, Memberi Penguatan, Mengadakan Variasi,
dan Menjelaskan“ dalam keadaan sehat walafiat. Pada dasarnya, poros dari suatu proses
pembelajaran yang dinamis terletak pada kemampuan guru dalam mengemas suatu
materi belajar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mengenal dan memahami
sejumlah teknik mengajar, mengingat dalam suatu proses pembelajaran tidak hanya
dibutuhkan satu teknik saja−melainkan lebih. Hal ini disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan dari masing-masing siswa serta suasana kelas. Dari sejumlah
teknik yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan mengajar,
penulis mencoba memaparkan empat teknik di antaranya, yakni: (1) bertanya, (2)
memberi penguatan, (3) mengadakan variasi, serta (4) menjelaskan. Hal ini
penting untuk diinformasikan, mengingat masih banyak guru yang belum mengetahui
serta memahami teknik-teknik yang dapat digunakan dalam mengajar, sehingga
proses pembelajaran terkesan monoton. Diharapkan setelah membaca makalah ini,
para pembaca mampu memperoleh wawasan baru terkait teknik-teknik mengajar yang
ideal bagi siswa, serta meningkatkan keterampilan mengajarnya.
Sekian dari kami, maaf
jika ada kesalahan kata baik disengaja maupun tidak disengaja. Selamat membaca,
terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Malang, 25 Januari 2018
Penulis
|
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR
ISI................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A.
Latar
Belakang...................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.................................................................. 2
C.
Tujuan Pembahasan............................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN........................................................................... 4
A.
Teknik Bertanya..................................................................... 4
1.
Dasar
Pertanyaan yang Baik............................................ 5
2.
Jenis
Pertanyaan............................................................... 5
3. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
dalam Taknik Bertanya....................................................
7
4. Komponen-Komponen dalam Keterampilan
Bertanya Tingkat Dasar.................................................... ......... 8
5. Komponen-Komponen dalam Keterampilan
Bertanya Tingkat Lanjut.................................................. ......... 9
6. Latihan Penerapan Keterampilan Bertanya
Tingkat Dasar................................................................... ......... 10
B.
Teknik
Memberi Penguatan................................................... 11
1.
Jenis-Jenis
Penguatan...................................................... 11
2.
Prinsip
Penggunaan Penguatan....................................... 13
3.
Cara
Menggunakan Penguatan........................................ 14
4.
Latihan
Penerapan dalam Pengajaran Mikro................... 14
5.
Penerapan
dalam Praktek Pengalaman Lapangan........... 15
C.
Teknik
Mengadakan Variasi...................................................
15
1.
Prinsip-Prinsip
Penggunaan Variasi................................. 17
2. Komponen-Komponen dalam Keterampilan
Mengadakan Variasi......................................................... 18
D.
Teknik
Menjelaskan................................................................ 22
1.
Prinsip
Menjelaskan.......................................................... 23
2.
Komponen
Menjelaskan................................................... 24
BAB
III PENUTUP.................................................................................... 26
A.
Simpulan................................................................................ 26
B.
Saran...................................................................................... 26
DAFTAR RUJUKAN.................................................................................... 27
LAMPIRAN................................................................................................... 28
BAB
I
PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan
tentang (a) Latar Belakang, (b) Rumusan Masalah, dan (c) Tujuan Pembahasan.
A. Latar
Belakang
Suatu proses
pembelajaran yang ideal pada dasarnya harus mampu menghadirkan antusiasme dari siswa
dalam mengikuti proses belajar. Demikian selaras dengan salah satu prinsip
penyelenggaraan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni pendidikan diselenggarakan dengan
memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas siswa
dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, proses pembelajaran yang berlangsung
pada masing-masing lembaga pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya mampu
meningkatkan kemauan dan antusiasme siswa. Demikian tentu disebabkan oleh
beberapa hal, salah satunya yakni guru yang kurang piawai dalam memilih dan
menerapkan teknik-teknik mengajar yang tepat, sehingga pembelajaran terkesan
monoton dan siswa kehilangan kemauan untuk terlibat di dalamnya.
Menurut Frasetyana
dkk (2015:384), guru yang memiliki keterampilan dasar mengajar yakni melalui
kemampuan unruk mengemas proses pembelajaran dengan baik dan menarik, sejatinya
dapat menumbuhkan kemauan siswa untuk belajar. Dalam keterampilan mengajar,
terdapat sejumlah teknik mengajar yang dapat diterapkan. Teknik mengajar atau
teknik menyajikan pelajaran merupakan suatu pengetahuan mengenai cara-cara
mengajar yang harus dipahami dan dikuasai oleh guru, terutama saat menyajikan
bahan pelajaran kepada siswa di kelas−agar pelajaran tersebut dapat ditangkap,
dipahami, dan digunakan oleh siswa dengan baik. Ketika guru hendak menyampaikan
informasi kepada siswa tentu teknik mengajar yang digunakan berbeda dengan
teknik yang digunakan saat guru hendak memastikan bahwa siswa benar-benar
menguasai suatu pengetahuan. Begitu pula dengan teknik mengajar yang digunakan
oleh guru agar
siswa mau mengungkapkan pendapatnya terkait suatu
hal−tentu berbeda dengan teknik yang digunakan pada dua permasalahan
sebelumnya. Oleh karena itu, masing-masing teknik mengajar pun sejatinya hanya
sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, ketika guru telah menyiapkan
sejumlah tujuan, maka harus disiapkan pula beragam teknik mengajar yang
mengarah pada pencapaian tujuan. Antara satu teknik mengajar dengan teknik yang
lainnya pada dasarnya juga memiliki sifat-sifat khas yang berbeda. Hal ini lah
yang belum sepenuhnya dipahami oleh guru di Indonesia. Sebagian besar masih
menganggap bahwa suatu proses pembelajaran hanya memerlukan satu teknik
mengajar. Maka dari itu, dalam makalah nantinya akan dibahas secara rinci
mengenai teknik–teknik mengajar yang dikhususkan pada empat teknik, yakni (1)
bertanya, (2) memberi penguatan, (3) mengadakan variasi, serta (5)
menjelaskan. Diharapkan, pemaparan
materi yang diberikan dalam makalah ini mampu memberi pemahaman secara konkrit
serta mengasah keterampilan mengajar pada guru, terutama terkait perbedaan dan
ciri khas antara teknik mengajar yang satu dengan yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan teknik bertanya dalam proses
pembelajaran?
2. Bagaimana langkah-langkah yang ideal dalam memberikan
penguatan pada siswa?
3. Bagaimana prosedur penerapan teknik mengadakan variasi
dalam proses pembelajaran?
4. Bagaimana penerapan teknik menjelaskan dalam proses
pembelajaran?
C. Tujuan Pembahasan
1.
Memaparkan
penerapan teknik bertanya dalam proses pembelajaran.
2. Menjelaskan langkah-langkah yang ideal dalam memberikan
penguatan pada siswa.
3.
Menguraikan
prosedur penerapan teknik mengadakan variasi dalam proses pembelajaran.
4.
Memaparkan
penerapan teknik menjelaskan dalam proses pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan
tentang (a) Teknik Bertanya, (b) Teknik
Memberikan Penguatan, (c) Teknik Mengadakan Variasi, dan (d) Teknik Menjelaskan.
A.
Teknik Bertanya
Dalam
proses belajar-mengajar, tujuan pertanyaan yang diajukan oleh guru agar siswa
belajar. Belajar di sini
diartikan sebagai proses memperoleh
pengetahuan berupa informasi dan meningkatkan kemampuan berpikir. Hasibuan dkk
(1988:20) menyatakan bahwa mengajar bukanlah hanya suatu aktivitas yang sekedar
menyampaikan suatu informasi kepada siswa, melainkan merupakan suatu proses
yang menuntut perubahan peran seorang guru dari seorang informater menjadi pengelola
belajar yang bertujuan untuk membelajarkan siswa.
Dengan
mengajukan pertanyaan secara berencana, siswa diantarkan untuk berpikir kritis,
kreatif dalam proses dan hasil belajar. Cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berpengaruh positif bagi
kegiatan belajar siswa merupakan hal yang tidak mudah. Oleh karena itu, seorang guru maupun
calon guru hendaknya menguasai penggunaan keterampilan dasar mengajar.
Hasibuan
dkk (1988:14) menyatakan bahwa dalam proses belajar-mengajar, bertanya memegang
peranan yang penting. Sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik
pengajuan yang tepat akan
menghadirkan sejumlah keuntungan, yakni sebagai berikut.
1. Meningkatkan
partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.
2. Membangkitkan
minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang dibicarakan.
3. Mengembangkan
pola piker dan belajar aktif siswa, sebab berpikir itu sendiri adalah bertanya.
4. Menuntun
proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar
dapat menentukan jawaban yang baik.
5. Memusatkan
perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
Hasil
penelitian Wright (1965) dan Nuthau (1970) dalam Hasibuan dkk (1988:28) membuktikan bahwa bertanya dengan cara
melacak, dapat menggalakkan (membangkitkan) respons siswa dan
meningkatkan taraf berpikirnya. Sedangkan Fisher dan Ragosa juga menemukan dalam penelitian mereka bahwa
guru hendaknya berhati-hati menggunakan pertanyaan tingkat tinggi terhadap
siswa yang berintelegensi rendah (Hasibuan dkk (1988:29)).
1.
Dasar
Pertanyaan yang Baik
Usman (1989:67) menyatakan bahwa ada beberapa
dasar pertanyaan yang baik, diantaranya:
a. Jelas
dan mudah dimengerti oleh siswa.
b. Berikan
informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan.
c. Difokuskan
pada suatu masalah atau tugas tertentu.
d. Berikan
waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan.
e. Bagikanlah
semua pertanyaan kepada seluruh siswa secara merata.
f. Berikanlah
respon yang ramah dan menyenangkan sehingga muncul keberanian siswa untuk
bertanya dan menjawab pertanyaan.
g. Tuntunlah
jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.
2.
Jenis
Pertanyaan
Berikut jenis-jenis pertanyaan beserta penjelasannya,
jika ditinjau dari berbagai segi pandang.
a. Jenis
Pertanyaan dari Segi Maksud
1) Pertanyaan
permintaan (compliance question)
yakni pertanyaan yang mengharapkan agar siswa mematuhi perintah yang diucapkan
dalam bentuk pertanyaan. Contoh: dapatkah kamu tenang agar suara Bapak dapat
terdengar oleh kalian semua?
2)
Pertanyaan retoris (rhetorical
question) yakni pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, tetapi dijawab
sendiri oleh guru, hal ini merupakan teknik penyampaian informasi kepada siswa.
Contoh: mengapa observasi diperlukan sebelum melaksanakan PPL? Sebab observasi
merupakan…dst.
3)
Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting
question) yakni pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa
dalam proses berpikirnya. Apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan atau salah
dalam menjawab, guru mengajukan pertanyaan lanjutan yang akan mengarahkan atau
menuntun proses berpikir siswa,
sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan jawaban bagi pertanyaan pertama
tadi.
4)
Pertanyaan menggali (probing
question) yaitu pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa untuk lebih
mendalami jawabannya terhadap pertanyaannya yang pertama. Dengan pertanyaan
menggali ini siswa didorong untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dari
jawaban yang diberikan atas pertanyaan sebelmnya.
b. Pertanyaan
dari Segi Taksonomi Bloom
1) Pertanyaan
pengetahuan (recall question atau knowledge question) yakni pertanyaan
yang menghendaki jawaban yang bersifat hafalan atau ingatan dengan menggunakaan
kata-kata apa, di mana, kapan, siapa dan sebutkan. Contoh: sebutkan ciri-ciri
ikan hiu!
2) Pertanyaan
pemahaman (comperehension question) yakni
pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat pemahaman dengan kata-kata
sendiri. Biasanya menggunakan
kata-kata: (1)
jelaskan, (2)
uraikan, dan (3) bandingkan.
Contoh: jelaskan manfaat bertanya!
3) Pertanyaan
penerapan (application question) yakni
pertanyaan yang menghendaki jawaban untuk menerapkan pengetahuan atau informasi
yang diterimanya. Contoh: berdasarkan kriteria tertentu, cobalah anda rumuskan sebuah
program komputer!
4) Pertanyaan
analisis (analysis question) yaitu
pertanyaan yang menuntut jawaban dengan cara mengidentifikasi, mencari
bukti-bukti dan menarik kesimpulan. Contoh: berdasarkan proses tersebut,
kesempatan apa yang dapat anda berikan?
5) Pertanyaan
sintesis (synthesis question) yakni
pertanyaan yang menghendaki jawaban yang benar, tidak tunggal, tetapi lebih
dari satu dan menuntut siswa untuk membuat ramalan (prediksi), memecahkan
masalah, mencari komunikasi. Contoh: apa yang terjadi bila musim kemarau tiba?
6) Pertanyaan
evaluasi (evaluation question) yakni
pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara memberikan penilaian atau
pendapatnya terhadap suatu issue yang
ditampilkan. Contoh: apa komentar anda tentang full day
school?
3.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Teknik Bertanya
Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru
saat menerapkan teknik bertanya.
a. Kehangatan
dan Keantusiasan
Untuk meningkatkan
partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap
baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa.
Sikap dan gaya guru termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan
menampakkan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasan.
b. Kebiasaan
yang Perlu Dihindari
1) Jangan
mengulang-ulang pertanyaan bila siswa tidak mampu menjawab pertanyaan, karena demikian dapat menurunkan perhatian siswa.
2) Jangan
mengulang-ulang jawaban siswa, karena siswa tidak memperhatikan jawaban
temannya dan hanya membuang waktu.
3) Jangan
menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum siswa memperoleh kesempatan
untuk menjawabnya.
4) Usahakan
agar siswa tidak menjawab pertanyaan secara serempak karena guru tidak mengetahui
siapa yang menjawab benar dan yang salah.
5) Pertanyaan
hendaknya ditujukan lebih dahulu kepada seluruh siswa, baru menunjuk seseorang
untuk menjawabnya.
6) Usahakan
agar tidak menanyakan pertanyaan ganda. Contoh: apa yang menyebabkan terjadinya
turun hujan dan bagaimana akibatkan bila turun hujan .
4.
Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya Tingkat Dasar
Berikut komponen-komponen yang terdapat dalam
keterampilan bertanya tingkat dasar.
a. Penggunaan
Pertanyaan Secara Jelas dan Singkat
Pertanyaan harus
diungkapkan secara singkat dan jelas dengan menggunakan kata-kata yang dapat
dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.
b. Pemberian
Acuan
Sebelum memberi pertanyaan,
guru perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang berisi informasi yang
relevan dengan jawaban yang diharapkan dari siswa. Contoh: kita ketahui bahwa
erosi tanah dapat disebabkan oleh air dan angin, coba kamu sebutkan faktor
penyebab yang lain yang mengakibatkan terjadinya erosi
c.
Pemindahan Giliran
Terkadang suatu pertanyaan perlu dijawab oleh
lebih dari seorang siswa karena jawaban siswa belum benar.
d.
Penyebaran
Guru perlu menyebarkan giliran menjawab
pertanyaan secara acak perbedaan dari poin keempat dengan poin ketiga di atas adalah pada poin ketiga beberapa siswa
secara bergilir diminta menjawab pertanyaan yang sama, sedangkan pada
penyebaran, pertanyaan yang berbeda disebarkan giliran menjawabnya kepada siswa
yang berbeda pula.
e. Pemberian
Waktu Berpikir
Guru perlu
memberikan beberapa detik kepada siswa untuk berpikir sebelum menunjuk
seseorang untuk menjawab pertanyaannya.
f.
Pemberian Tuntunan
Apabila seorang siswa tidak dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan, maka guru hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa
itu agar menemukan jawaban yang benar.
5.
Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya Tingkat Lanjut
Usman
(1989:70) menyatakan bahwa keterampilan bertanya dibentuk atas dasar penguasaan
komponen-komponen bertanya dasar. Oleh karena itu, komponen bertanya dasar
masih dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut. Adapun komponennya adalah sebagai berikut:
a. Pengubahan
Tuntutan Tingkat Kognitif dalam Menjawab Pertanyaan
Pertanyaan yang
dikemukakan oleh guru dapat mengandung proses mental yang berbeda-beda, dari
proses mental yang rendah sampai proses mental yang tinggi. Oleh karena itu, guru dalam mengajukan pertanyaan
hendaknya berusaha mengubah tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan dari
tingkat mengingat kembali fakta-fakta ke berbagai tingkatan kognitif lainnya
yang lebih tinggi.
b. Pengaturan
Urutan Pertanyaan
Dalam
mengembangkan tingkat kognitif siswa dari rendah ke yang lebih kompleks, guru
hendaknya mampu mengatur urutan pertanyaan dari tingkat mengingat, pertanyaan
pemahaman, penerapan analisis, sintesis dan evaluasi. Usahakan jangan
mengajukan pertanyaan yang tidak menentu atau berbolak-balik.
c.
Penggunaan Pertanyaan Pelacak
Jika siswa sudah memberikan jawaban yang benar
namun masih dapat ditingkatkan menjadi sempurna, maka guru dapat memberikan pertanyaan pelacak kepada siswa tersebut. Berikut wujud-wujud dari penggunaan
pertanyaan pelacak.
1) Klasifikasi, yakni meminta siswa menjelaskan dengan
kata-kata lain, sehinggga jawaban siswa menjadi lebih baik.
2) Meminta
siswa memberikan argumentai yang dapat menunjang kebenaran pandangannya dalam
menjawab jawaban guru.
3) Meminta
kesempatan pandangan, yakni
guru bisa
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan penolakan maupun kesetujuan
disertai alasan terhadap jawaban dari rekannya agar diperoleh pandangan yang
dapat diterima oleh semua pihak.
4) Meminta
kesempatan jawaban, yakni
siswa diminta guru untuk meninjau kembali jawaban siswa yang dianggap kurang
benar.
5) Meminta
jawaban yang lebih relevan.
6) Meminta
contoh, yakni
siswa diminta untuk memberikan contoh kongkret tentang apa yang dikatakannya.
7) Meminta
jawaban yang lebih kompleks,
yakni
siswa diminta untuk memberi penjelasan atau ide-ide penting lainnya hingga
jawaban yang diberikan siswa menjadi lebih kompleks.
d.
Peningkatan Terjadinya Interaksi
Guru hendaknya mengurangi posisinya sebagai
posisi sentral. Jika siswa mengajukan pertanyaan, guru tidak
segera menjawab, namun terlebih dahulu melemparkannya kepada siswa lain.
6.
Latihan Penerapan Keterampilan Bertanya Tingkat Dasar
Berikut dua tipe latihan keterampilan bertanya tingkat
dasar yang dapat diterapkan.
a. Dalam
Pengajaran Mikro
Penerapan dilakukan dengan menyiapkan
satu kegiatan pengajaran yang banyak menggunakan interaksi verbal dengan siswa.
Buatlah pertanyaan yang akan diajukan selama pengajaran berlangsung.
b. Dalam Praktek Pengalaman
Lapangan
Amatilah pola penyebaran pertanyaan oleh guru
pamong anda. Apakah faktor-faktor yang
mempengaruhinya? Bila perhatian guru tidak tersebar bagaimana cara mengatasinya?
B.
Teknik Memberikan Penguatan
Menurut Hasibuan dkk (1998:60), penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk
respons, baik
bersifat verbal maupun
nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap
tingkah laku siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima (siswa) atas
perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Selanjutnya
Hasibuan dkk
(1998:61) juga menjelaskan bahwa penguatan dapat juga diartikan sebagai respons terhadap suatu
tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah
laku tersebut. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk mengganjar atau membesarkan
hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar
mengajar. Contohnya yakni sebagai
berikut.
Guru : “Coba sebutkan salah
satu sifat udara! Ya,
coba kamu, Irwan!”
Siswa : “Udara mempunyai bentuk
seperti wadahnya, Bu!’
Guru : “Bagus, itu jawaban yang tepat. Ibu senang
mempunyai murid yang dapat menjawab dengan baik seperti kamu.”
Menurut
Winaputra (2004:7.30) dalam Maslichah dan Haryono (2012:2), tujuan dari adanya
penguatan, yakni menghadirkan pengaruh akan sikap-sikap yang
positif terhadap proses belajar siswa dan
hal-hal lainnya, yakni: (1) meningkatkan
perhatian siswa terhadap pelajaran, (2) merancang dan meningkatkan motivasi belajar,
serta (3) meningkatkan kegiatan belajar
dan membina tingkah laku siswa yang produktif.
1. Jenis-Jenis Penguatan
Menurut Khoeriyah (2015: 4-5), komponen penguatan dibagi
menjadi dua indikator, meliputi penguatan verbal dan penguatan non-verbal.
a. Penguatan
Verbal
Biasanya
diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakkan kata-kata pujian, penghargaan,
persetujuan, dan sebagainya, misalnya bagus; bagus sekali; betul; pintar; ya,
seratus buat kamu!
b. Penguatan
Non-Verbal
Menurut Khoeriyah
(2015:5), guru selalu
menggunakan penguatan untuk memberikan penghargaan kepada siswa melalui mimik
dan gerakan badan.
Tujuan
dari penguatan itu adalah untuk merespon tingkah laku peserta didik. Penguatan
non verbal terdiri atas sejumlah penguatan sebagai berikut.
1) Penguatan
gerak isyarat, misalnya anggukan atau gelengan kepala, senyuman, kerut kening,
acungan jempol, wajah mendung, wajah cerah, sorot mata yang sejuk bersahabat
atau tajam menantang.
2) Penguatan
pendekatan yang dilakukan oleh
guru dengan mendekati siswa untuk menyatakan
perhatian dan kesenangannya terhadap pelajaran, tingkah laku, atau penampilan
siswa. Misalnya,
guru berdiri di samping siswa, berjalan menuju siswa, duduk dekat seorang atau
sekelompok siswa, atau berjalan di sisi siswa. Penguatan ini berfungsi menambah
penguatan verbal.
3) Penguatan
dengan sentuhan (contact), yakni guru dapat menyatakan persetujuan
dan penghargaan terhadap usaha dan penampilan siswa dengan cara menepuk-nepuk
bahu atau pundak siswa, berjabat tangan, mengangkat tangan siswa yang menang
dalam pertandingan. Penggunaanya harus dipertimbangkan dengan saksama agar
sesuai dengan usia, jenis kelamin siswa, dan latar belakang kebudayaan
setempat.
4) Penguatan
dengan kegiatan yang menyenangkan,
yakni guru
dapat menggunakan kegiatan-kegiatan
atau tugas-tugas yang disenangi oleh siswa sebagai penguatan. Misalnya, seorang siswa yang menunjukkan kemajuan
dalam pelajaran musik
ditunjuk sebagai pemimpin paduan suara sekolah.
5) Penguatan
berupa simbol
atau benda, yang
dilakukan dengan cara menggunakkan berbagai simbol berupa benda seperti kartu bergambar,
bintang plastik,
lencana, ataupun komentar tertulis pada buku siswa. Hal ini jangan terlalu sering digunakan, agar tidak sampai terjadi kebiasaan siswa
mengharap sesuatu sebagai imbalan.
6) Jika
siswa memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar, guru hendaknya tidak
langsung menyalahkan siswa. Dalam keadaan seperti ini guru sebaiknya
menggunakkan atau memberikan penguatan tak penuh (partial). Umpamanya, bila seorang siswa hanya memberikan jawaban
sebagian benar, sebaiknya guru menyatakan: “Ya,
jawabanmu sudah baik, tetapi masih perlu disempurnakan”. Melalui cara seperti itu, siswa
tersebut mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya salah, dan ia mendapat
dorongan untuk menyempurnakannya.
2. Prinsip
Penggunaan Penguatan
Menurut Hasibuan dkk (1998:62), berikut adalah sejumlah
prinsip yang digunakan dalam teknik penguatan.
a. Kehangatan
dan Keantusiasan
Sikap dan gaya
guru, termasuk suara, mimik, dan gerak badan, akan menunjukkan adanya
kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan. Melalui cara tersebut tidak akan terlahir kesan bahwa guru tidak
ikhlas dalam memberikan penguatan.
b. Kebermaknaan
Penguatan
hendaknya diberikan
sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa, sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia
patut diberi penguatan. Melalui
cara tersebut, penguatan lantas bermakna bagi siswa yang bersangkutan.
c. Menghindari
Penggunaan Respons yang Negatif
Walaupun
teguran dan hukuman masih bisa digunakan, respons negatif yang diberikan oleh guru berupa komentar, bercanda, menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari karena
akan mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan dirinya. Contohnya
yakni jika seorang siswa tidak dapat memberikan jawaban yang
diharapkan, guru jangan langsung menyalahkannya, tetapi bisa melontarkan pertanyaannya kepada siswa
yang lain.
3. Cara
Menggunakan Penguatan
Menurut Khoeriyah (2015:8), berikut cara-cara yang dapat
digunakan dalam menerapkan penguatan pada proses pembelajaran.
a. Penguatan
kepada Pribadi
Tertentu
Penguatan harus
jelas kepada siapa ditujukan,
sebab bila tidak maka penguatan yang
dilaksanakan akan kurang efektif. Oleh karena itu, sebelum
memberikan penguatan, guru terlebih dahulu menyebut nama siswa yang
bersangkutan sambil menatap kepadanya.
b. Penguatan
kepada Kelompok Siswa
Penguatan dapat
pula diberikan kepada sekelompok siswa. Misalnya, apabila tugas telah
diselesaikan dengan baik oleh satu kelas, guru membolehkan kelas itu bermain
bola voli yang menjadi kegemarannya.
c. Pemberian
Penguatan dengan
Cara Segera
Penguatan
seharusnya diberikan segera setelah munculnya tingkah laku atau respons siswa
yang diharapkan. Penguatan yang ditunda pemberiaanya, cenderung kurang efektif.
d. Variasi
dalam Penggunaan
Jenis atau macam
penguatan yang digunakan hendaknya bervariasi dan tidak terbatas pada satu jenis saja. Demikian sejatinya dapat menimbulkan
kebosanan dan lama-kelamaan proses
pembelajaran menjadi kurang efektif.
4.
Latihan
Penerapan dalam Pengajaran Mikro
Adakan satu
pelajaran singkat, yakni antara sepuluh sampai lima belas menit mengenai suatu pokok bahasan
tertentu. Kemudian, konsultasikan dengan pembimbing bila ada yang perlu diperbaiki.
Sajikanlah pada sekelompok siswa lain yang terdiri atas kira-kira delapan
orang. Usahakanlah agar dalam pelajaran itu anda dapat memperoleh urunan
pendapat dan pemikiran siswa dan berikanlah penguatan sesuai dengan tingkah
laku dan penampilan atau respons siswa tersebut dengan berbagai jenis
penguatan. Perlu anda ketahui bahwa pengajaran yang anda lakukan bukanla
simulasi, melainkan pengajaran sebenarnya dalam bentuk kecil.
5. Penerapan
dalam Praktek Pengalaman Lapangan
Pada
waktu anda melaksanakan PPL nanti di sekolah latihan, cobalah lakukan hal-hal
dibawah ini.
a.
Amati guru pamong waktu mengajar selama
satu jam pelajaran dan kerjakan hal-hal berikut.
1)
Catat jenis penguatan verbal yang dipakai
oleh guru selama sepuluh menit. Hitunglah frekuensi pemakaian setiap jenis.
2)
Pilih seorang murid untuk diamati. Apakah
ada penguatan yang diberikan kepadanya? Jika ada, dengan cara apa dan bagaimana pula reaksi anak tersebut?
3)
Perhatikan secara keseluruhan apakah guru
memberikan penguatan segera pada waktu munculnya tingkah laku siswa yang perlu
diberi penguatan.
4)
Perhatikan pula cara guru memberi
penguatan. Apakah diberikan kepada pribadi tertentu atau hanya secara umum.
b.
Teliti dan pelajari hasil pengamatan di
atas serta manfaatkan hal itu dalam membuat persiapan mengajar.
c.
Waktu anda praktek mengajar di SD atau TK
latihan, mintalah bantuan teman anda untuk mengamati dan membuat catatan
seperti yang anda lakukan terhadap guru pamong. Manfaatkan hasil pengamatan
teman anda itu sebaik-baiknya untuk perbaikan cara mengajar anda selanjutnya.
C.
Teknik Mengadakan Variasi
Hasibuan dkk (1988:64) menjelaskan
bahwa menggunakan variasi dapat diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks
belajar mengajar yang memiliki tujuan untuk mengatasi kebosanan yang dialami
oleh siswa, sehingga dalam proses belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan
ketekunan, keantusiasan, serta berperan secara aktif. Selain itu, keterampilan dalam mengadakan
variasi
pada proses pembelajaran
juga
dapat diartikan sebagai suatu proses
pengubahan dalam pengajaran yang menyangkut tiga komponen, antara lain gaya
mengajar yang bersifat personal, penggunaan media dan bahan-bahan
instruksional, dan pola serta tingkat interaksi guru dengan siswa. Apabila dikembangkan, mengadakan variasi ini dapat juga
dipakai untuk penggunaan keterampilan dasar mengajar, bertanya, memberi
penguatan, menjelaskan, dan seterusnya. Permatasari dkk (2017:5) berpendapat bahwa cara guru mengadakan
variasi pembelajaran nampaknya berpengaruh
terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran
berlangsung, karena tidak memungkiri bahwa dalam
kegiatan belajar tentu akan ditemui kondisi dimana siswa akan merasa bosan dan
kehilangan motivasinya dalam belajar. Pada saat itu lah guru dituntut untuk dapat mengembangkan
keterampilannya dalam mengadakan variasi pembelajaran. Adapun manfaat dan tujuan dari adanya variasi
pembelajaran menurut Hasibuan dkk (1988:71) antara
lain:
1.
Dapat menimbulkan
dan meningkatkan perhatian siswa terhadap aspek-aspek belajar-mengajar yang
relevan.
2.
Meningkatkan
kemungkinan berfungsinya motivasi dan rasa ingin tahu melalui kegiatan
penelitian (investigasi) dan penjajahan (eksplorasi).
3.
Membentuk sikap
positif terhadap guru dan sekolah.
4.
Terdapat kemungkinan bahwa para siswa mendapat pelayanan secara individu
sehingga memberi kemudahan belajar.
5.
Dapat meningkatkan
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Proses belajar-mengajar dilakukan dengan
melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman yang menarik dan terarah pada
berbagai tingkat kognitif.
Mengadakan variasi
ini dapat memberikan beberapa kegunaan di dalam kelas, yang dapat berguna bagi
siswa maupun guru, antara lain:
1. Memelihara dan meningkatkan perhatian siswa terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan aspek belajar.
- Meningkatkan kemungkinan akan berfungsinya
motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan eksplorasi.
- Membentuk sikap positif terhadap
guru dan sekolah.
- Kemungkinan dilayaninya siswa
secara individual sehingga memberi kemudahan belajar.
- Mendorong aktivitas belajar
dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau pengalaman
belajar yang berguna yang menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif.
(Hasibuan dkk (1988:65)).
1.
Prinsip-Prinsip
Penggunaan Variasi
Hasibuan dkk (1988:72) berpendapat bahwa
pengadaan variasi sebagai keterampilan dasar mengajar perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang berkaitan
dengan pencapaian tujuan, yakni sebagai berikut.
a.
Variasi hendaknya
digunakan dengan maksud tertentu dan relevan dengan
tujuan yang hendak dicapai, serta sesuai dengan
tingkat kemampuan yang dimiliki oleh siswa dan hakikat pendidikan. Penggunaan
variasi yang wajar dan beragam sangat dianjurkan. Sebaiknya pemakaian yang
berlebihan dapat menyebabkan kebingungan, serta dapat menggangu proses belajar
mengajar.
b.
Variasi harus
digunakan dengan secara lancar dan berkesinambungan,sehingga
tidak akan merusak perhatian dan tidak
mengganggu pelajaran.
c.
Komponen variasi
tertentu memerlukan susunan dan perencanaan yang baik. Artinya, secara
eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran (terstruktur). Akan tetapi,
apabila diperlukan, komponen keterampilan tersebut dapat digunakan secara luwes
dan spontan, sesuai dengan pengembangan proses dalam belajar-mengajar dan
balikan dari siswa selama pelajaran berlangsung.
Pernyataan di atas sejatinya selaras dengan pendapat Hasibuan
dkk (1988:66) mengenai
prinsip-prinsip yang perlu dipahami dalam mengadakan variasi, yakni sebagai
berikut.
a.
Perubahan yang
digunakan harus bersifat efektif.
b.
Penggunaan teknik
variasi harus lancar dan tepat.
c.
Penggunaan
komponen-komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan
sebelumnya.
d.
Penggunaan
komponen variasi harus luwes dan spontan berdasarkan balikan siswa.
2.
Komponen-Komponen dalam Keterampilan Mengadakan Variasi
Hasibuan dkk (1988:72) mengatakan bahwa keterampilan dalam mengadakan variasi sejatinya memiliki tiga komponen, antara lain:
a. Variasi dalam Gaya Mengajar
Guru
Variasi dalam gaya mengajar guru sejatinya beraneka ragam. Bila dilakukan dengan hati-hati, maka akan sangat berguna dalam menarik dan
mempertahankan minat serta semangat siswa dalam
belajar. Biasanya variasi semacam ini muncul di dalam dan di antara komponen-komponen
sebagai berikut.
1)
Penggunaan variasi
suara.
Dalam
hal ini pengubahan suara dilakukan dari
yang keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah
menjadi lambat, dari suara gembira menjadi sedih, serta memberikan tekanan pada
kata-kata tertentu. Tekanan tersebut diberikan pada kata-kata yang dianggap
penting atau juga dapat mengucapkannya lambat-lambat sehingga dapat diikuti
dengan jelas sekali.
2)
Pemusatan
perhatian.
Pemusatan
ini dapat dilakukan secara verbal, isyarat, atau dengan menggunakan model.
Memusatkan perhatian pada hal yang dianggap penting dapat dilakukan oleh guru
dengan perkataan seperti “perhatikan baik-baik”, “nah, ini penting sekali”,
“dengar baik-baik”, “ini agak sukar dipahami” dan berbagai kata atau kalimat
dan ungkapan yang senada dengan itu. Biasanya cara pemusatan dengan lisan ini
diikuti lagi dengan isyarat seperti menunjuk kepada gambar yang tergantung di
dinding, atau kepada papan tulis, dan sebagainya.
3)
Kesenyapan.
Adanya kesenyapan tiba-tiba yang disengaja selagi guru
menerangkan merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Hal ini
dikarenakan, pengubahan stimulus dari
adanya suara ke keadaan tenang atau senyap atau dari keadaan dengan adanya
kesibukan kegiatan lalu dihentikan, akan dapat menarik perhatian siswa. Demikian juga dapat menimbulkan rasa ingin tahu dari siswa mengenai apa yang terjadi. Di sini
perlu ditekankan bahwa jangan sekali-sekali pengubahan itu dilakukan (terutama
menyangkut hal yang terakhir) bila akan mengganggu jalannya pelajaran. Dalam
mengajukan pertanyaan, guru menggunakan “waktu tunggu” atau kesenyapan. Hal ini
dilakukan untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir, terutama untuk
menjawab pertanyaan yang memerlukan pemikiran yang mendalam.
4)
Mengadakan kontak
pandang.
Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan siswa,
sebaiknya padangannya menjelajahi seluruh kelas dan melihat kepada mata para
siswanya untuk menunjukkan hubungan yang intim dengan mereka. Kontak pandang
dapat digunakan untuk menyampaikan informasi seperti membesarkan mata tanda
tercengang, atau dapat juga digunakan untuk mengetahui perhatian dan pemahaman
siswa.
5)
Gerakan badan dan mimik.
Variasi
dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, serta gerakan badan adalah aspek
yang amat penting dalam berkomunikasi. Hal ini tidak saja sekadar menarik
perhatian, tetapi selain itu dapat pula menyampaikan arti dari pesan lisan yang
dimaksudkan. Ekspresi wajah ini, misalnya tersenyum, mengerutkan dahi,
cemberut, menaikkan alis, kelihatan tertarik dengan memperhatikan dan
lain-lain. Gerakan kepala dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
mengangguk, menggeleng, mengangkat atau merendahkan kepala. Jari dapat
digunakan untuk menunjukkan ukuran, jarak, arah, ataupun menjentik untuk
menarik perhatian. Menggoyang-goyangkan tangan dapat diartikan “tidak”, dan
banyak lagi yang lain. Guru dapat mengangkat bahu, berdiri diam kaku, santai,
berjalan mendekati atau menjauhi siswa, berdiri siap membantu, dan sebagainya.
6)
Pergantian posisi
guru dalam kelas.
Pergantian posisi guru di dalam kelas dapat digunakan
untuk mempertahankan perhatian siswa. Pergantian posisi
di sini dimaksudkan ke arah depan atau belakang, maupun ke bagian kiri dan samping siswa. Terkadang guru berdiri, terkadang pula
duduk. Hal yang penting diingat ialah bahwa adanya variasi ini dipergunakan
dengan maksud tertentu dan dilakukan secara wajar tidak berlebih-lebihan.
b.
Variasi dalam Penggunaan Media dan
Bahan Pengajaran
Media
dan alat pengajaran, bila ditinjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan
menjadi tiga, yaitu yang dapat didengar, dilihat, dan diraba atau
dimanipulasikan. Pertukaran penggunaan dari jenis yang satu ke jenis yang lain atau dari berbagai macam alat atau bahan dalam
satu komponen (misalnya dari gambar kepada tulisan di papan tulis),
mengharuskan anak menyesuaikan alat inderanya. Demikian mampu meningkatkan tingkat perhatian siswa. Hal ini dikarenakan, besar kemungkinan tiap anak mempunyai kesenangan yang
berbeda dalam mengggunakan alat indera untuk belajar, maka pendekatan
multiindera ini akan dapat memenuhi selera anak yang berbeda tersebut.
Bahan
dan alat yang baru juga dapat menambah rasa ingin tahu siswa. Hal yang perlu diperhatikan
ialah alat media dan bahan yang kaya dan beragam serta relevan dengan tujuan
pengajaran dapat merangsang pikiran dan hasil belajar yang bermakna dan lebih
bertahan lama. Biasanya jenis variasi ini dapat digolongkan sebagai berikut.
1)
Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat.
Pada dasarnya, yang termasuk dalam variasi ini adalah pemakaian bermacam alat dan bahan yang
meliputi benda atau objek sederhana, grafik, gambar di papan tulis, papan
buletin, film, televisi, sumber-sumber di perpustakaan, ukiran, peta, poster,
dan sebagainya.
2)
Variasi alat dan
bahan yang dapat didengar.
Suara
guru biasanya
merupakan metode yang utama dalam
kelas. Selain keras-lemah, tinggi-rendah, cepat-lambat, dan gembira atau sedih
dari kualitas suara yang dapat divariasikan oleh guru, juga pertukaran kegiatan
mendengar suara guru dengan selingan rekaman suara, atau suara radio, suara
musik, deklamasi yang dibacakan siswa, drama, diskusi dan sebagainya, dapat
merupakan variasi yang sangat baik dan bermanfaat. Demikian juga merupakan proses terjadinya
pertukaran kegiatan mendengar dengan
melihat atau sebaliknya.
3)
Variasi Alat dan Bahan yang Dapat Diraba dan Dimanipulasi
Penggunaan alat dan bahan yang dapat diraba, dicium
baunya, ataupun dimanipulasi, sangat membantu dalam menarik perhatian siswa. Hal ini juga dapat melibatkan siswa dalam membentuk dan
meragakan kegiatannya secara mandiri maupun kelompok. Alat dan bahan seperti
spesimen (contoh), model, patung, alat mainan, binatang hidup yang lecil, dan
sebagainya, dapat diberikan kepada siswa untuk diraba atau di manipulasi.
Banyak sekali kesempatan bagi guru untuk menggunakan variasi jenis ini dalam
kelas.
c.
Variasi Pola
Interaksi dan Kegiatan Siswa
Komponen
terakhir dalam mengadakan variasi adalah mengubah pola dan tingkat interaksi
antara guru dan siswa. Pola umum interaksi memiliki banyak ragam dimulai dari
guru mendominasi sepenuhnya kegiatan sampai dengan situasi saat siswa bekerja
sendiri-sendiri secara bebas. Di antara dua kutub
ini, banyak sekali pola yang mungkin terjadi. Misalnya, guru
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam kelompok kecil,
atau tukar pendapat melalui diskusi, bahkan melakukan
demonstrasi tanpa campur tangan guru. Guru dapat pula memberikan pelajaran
kepada seluruh kelas melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa.
Dalam suatu kegiatan belajar, bentuk partisipasi siswa bisa saja beragam. Di samping mendengarkan guru atau berpartisipasi
dalam diskusi kelas, siswa juga dapat ikut serta dalam kelompok-kelompok kecil,
atau bekerja sendiri, bahkan mengerjakan suatu proyek
dengan kelompok kecil. Di samping itu, siswa dapat pula diminta
melakukan karya tulis, membaca dalam hati atau membaca nyaring, menonton film,
dan lain
sebagainya.
Susunan
atau bentuk kelas dapat diubah sesuai kegiatan belajar tertentu. Dalam kegiatan
diskusi, susunan meja melingkar lebih cocok daripada susunan klasik dengan meja
siswa berderet ke belakang dan meja guru terletak di depan kelas. Belajar bebas
(sendiri) dapat diatur di salah satu pojok ruang kelas yang disediakan untuk
itu atau bila mungkin, di ruang khusus dalam perpustakaan.
Oleh
sebab itu, dapat dikatakan bahwa baik di pihak guru maupun di pihak siswa dapat
terjadi variasi pola interaksinya. Melalui proses perubahan pola interaksi ini,
guru dapat
mengubah kegiatan belajar siswa, tingkat
dominasi guru dan keterlibatan siswa dalam kelas.
D.
Teknik Menjelaskan
Menjelaskan menurut Hasibuan dkk (1988:87-88) adalah suatu kegiatan mengorganisasikan isi pelajaran dalam urusan yang
terencana sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Sedangkan penjelasan ialah penyajian
informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematik. Dalam
dunia pendidikan terutama di kelas, guru cenderung mendominasi kegiatan
pembelajaran dengan pemberian informasi secara
lisan atau menjelaskan. Terkadang penjelasan yang diberikan oleh guru kurang
jelas dan hanya dapat dimengerti oleh guru yang bersangkutan.
Oleh karena itu, kemampuan dalam mengenali tingkat pemahaman
siswa amat penting bagi guru, terutama saat memberikan suatu
penjelasan.
Demikian dikarenakan tidak semua siswa
dapat mengenali secara mandiri pengetahuan dari
buku atau sumber lainnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru dapat membantu siswa dengan memberikan
informasi secara lisan atau menjelaskan sesuatu agar siswa dapat terbantu.
Hasibuan dkk (1988:70) mengatakan bahwa
ada beberapa alasan mengapa keterampilan menjelaskan perlu dikuasai oleh guru, yakni
sebagai berikut.
1. Pada umumnya interaksi komunikasi lisan di dalam kelas
“didominasi“ guru.
- Sebagian
besar kegiatan guru adalah informasi. Oleh karena itu, efektivitas
pembicaraan perlu ditingkatkan.
- Penjelasan
yang diberikan guru sering tidak jelas bagi siswa dan hanya jelas bagi
guru sendiri.
- Tidak
semua siswa dapat mengenali sendiri informasi yang diperoleh dari buku.
Kenyataan ini menuntut guru untuk memberikan penjelasan kepada siswa
mengenai hal-hal tertentu.
- Sumber
informasi yang tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh siswa jumlahnya sangat
terbatas.
- Guru
sering tidak dapat membedakan antara menceritakan dan memberikan
penjelasan.
Sedangkan menurut Suwarna, dkk (2013:214) keterampilan menjelaskan
bertujuan untuk: (1) membantu siswa dalam memahami fakta, konsep, prinsip, atau
prosedur, serta membantu memecahkan permasalahan dalam kegiatan pembelajaran;
(2) melibatkan siswa untuk berpikir serta mengkomunikasikan ide dan gagasannya;
(3) memperkuat struktur kognitif yang berhubungan dengan bahan pembelajaran;
(4) mendapatkan balikan dari siswa tentang penguasaan kompetensi yang harus
dikuasai.
1.
Prinsip Menjelaskan
Menurut
Hasibuan dkk (1988:88), ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan, seperti pada poin-poin di bawah ini.
a.
Penjelasan dapat
diberitakan di awal, di tengah, ataupun di akhir jam
pertemuan (pelajaran), bergantung pada keperluannya. Pertanyaan itu dapat juga
diselingi dengan tanya-jawab.
b.
Penjelasan harus
relevan dengan tujuan pelajaran.
c.
Guru dapat
memberikan penjelasan apabila ada pertanyaan dari siswa ataupun direncanakan
oleh guru sebelumnya.
d.
Penjelasan harus
relevan dengan tujuan pelajaran.
e.
Penjelasan harus
sesuai dengan latar belakang dan kemampuan siswa.
2.
Komponen Menjelaskan
Hasibuan dkk (1988:71-72) berpendapat bahwa
keterampilan menjelaskan secara garis besar terdiri atas komponen-komponen
berikut.
a.
Merencanakan Penjelasan
Dalam merencanakan penjelasan, perlu diperhatikan isi pesan yang akan disampaikan dan penerima pesan (siswa dengan segala kesiapannya).
Dalam merencanakan penjelasan, perlu diperhatikan isi pesan yang akan disampaikan dan penerima pesan (siswa dengan segala kesiapannya).
b.
Menyajikan Penjelasan
Beberapa komponen yang perlu diperhatikan saat menyajikan penjelasan adalah:
Beberapa komponen yang perlu diperhatikan saat menyajikan penjelasan adalah:
1)
Kejelasan:
kejelasan tujuan, bahasa dan prosespenjelaan merupakan kunci dalam memberikan
kejelasan.
2)
Penggunaan contoh
dan ilustrasi untuk mempermudah siswa yang
sulit dalam menerima konsep yang abstrak. Biasanya pola umum untuk
menghubungkan contoh dengan dalil adalah pola induktif dan pola deduktif.
3)
Memberikan
penekanan
dengan mengadakan variasi dalam
gaya mengajar (variasi dalam suara, mimik) dan membuat struktur sajian, yaitu
memberikan informasi yang menunjukkan arah atau tujuan utama sajian (dapat
dikerjakan dengan memberikan ikhtisar, pengulangan, atau memberi tanda).
4)
Pengorganisasian, dapat dikerjakan dengan cara membuat hubungan antara
contoh dalil menjadi jelas dan memberikan ikhtisar butir-butir yang penting
selama ataupun pada akhir sajian.
5)
Balikan, dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Pada dasarnya, balikan dapat diperoleh dengan cara memperhatikan
tingkah laku siswa, memberikan kesempatan siswa menjawab
pertanyaan guru dan meminta pendapat siswa terkait penjelasan yang diberikan oleh guru.
Tingkah
laku menjelaskan merupakan keterampilan engajar yang sangat ditentukan
olehpengetahuan dan kreativita guru. Tidak ada dua orang guru yang menerapkan
keterampilan menjelaskan secara persis sama.
BAB III
PENUTUP
Pada bab ini
diuraikan tentang (a) Simpulan dan (b) Saran.
A.
Simpulan
Keterampilan dasar mengajar
adalah kemampuan atau keterampilan yang khusus yang harus dimiliki oleh guru,
dosen, instruktur, agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif,
efisien dan professional. Jika guru dapat menguasai keterampilan dasar mengajar
dengan baik, maka meningkatkan antusiasme siswa dalam proses belajar akan semakin mudah. Keterampilan dasar
mengajar harus dimiliki dan dikuasai oleh guru, karena dengan ini pula guru dapat
memberikan pengertian lebih dalam mengajar. Terdapat sejumlah teknik yang harus
dikuasai guru dalam keterampilan dasar mengajar, empat di antaranya yakni: (1) bertanya, (2) memberi penguatan,
(3) mengadakan variasi, serta (4) menjelaskan. Beberapa teknik ini digunakan
sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa, dengan
memperhatikan keadaan di dalam kelas.
B.
Saran
Seorang guru maupun
calon guru, hendaknya dapat memahami akan pentingnya memiliki keterampilan
dasar mengajar. Demikian sejatinya menjadikan pelaksanakan proses belajar dan
mengajar dapat berjalan dengan lebih baik dengan meningkatkan motivasi serta
antusiasme siswa dalam belajar. Sedangkan pemerintah dan sekolah, sebaiknya
memperhatikan keterampilan dasar mengajar yang dimiliki oleh tiap guru.
Dikarenakan, keterampilan dasar mengajar ini sangatlah penting serta dapat
berpengaruh dalam proses belajar dan mengajar, terutama di dalam kelas.
DAFTAR RUJUKAN
Frasetyana, A.D., Sujadi, I., dan Kusmayadi, T.A.
2015. Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa Pendidikan Matematika
dalam Pembelajaran Mikro (Studi Kasus pada Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP
UNS Tahun Akademik 2012/2013). Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika, (Online), 3 (4):383-393, (https://jurnal.uns.ac.id),
diakses 30 Januari 2018.
Hasibuan, J, dkk. 1988. Proses Belajar Mengajar Keterampilan Dasar Pengajaran Mikro.
Bandung: CV Remadja Karya.
Hasibuan, J, dkk. 1988. Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Remadja Karya.
Khoeriyah. 2015. Penerapan
Keterampilan Memberi Penguatan Guru dalam Pembelajaran di Kelas IV Sekolah
Dasar Negeri 1 Karangsari Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulo Progo Tahun Ajaran
2014/2015, (Online), (https://journal.student.uny.ac.id), diakses 30
Januari 2018.
Maslichah, D., dan Haryono. 2012. Pemberian Penguatan (Reinforcement) dalam Pembelajaran Matematika pada
Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) di Kelas VIII SMP Al-Azhar
Menganti Gresik, (Online), (https://ejournal.unesa.ac.id), diakses 30
Januari 2018.
Permatasari, P.A., dkk. 2017. Kemampuan Guru Sekolah
Dasar dalam Mengadakan Variasi pada Pembelajaran Tematik. Joyful Learning Journal, (Online), 6 (2):1-6, (https://journal.unnes.ac.id),
diakses 28 Januari 2018.
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Sekretariat Negara.
Suwarna, dkk. 2013. Modul Pelatihan Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional
(Pekerti). Yogyakarta: Pusat Pengembangan Kurikulum Instruksional Dan
Sumber Belajar Lembaga Pengembangan Dan Penjaminan Mutu Pendidikan Universitas
Negeri Malang.
Usman, U. 1989. Menjadi
Guru Profesional. Bandung: CV Remaja Rosdakarya.