Teknik Evaluasi Program Pendidikan dan
Pembelajaran serta
Pengembangan Instrumen Tes (Teknik Tes
dan Menyusun Instrumen Tes)
MAKALAH
Disusun
Oleh:
Agus
Yanto (160131601701)
Diana
Eka Syawitri (160131600433)
Dini
Anisa Nur Aini (160131601302)
Hasan
Argadinata (160131600435)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Februari 2018
Kata Pengantar
Dengan
memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat melaksanakan dan menyusun makalah ini, untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Evaluasi Program Pendidikan dengan judul
“Teknik Evaluasi Program Pendidikan dan Pembelajaran serta Pengembangan
Instrumen Tes (Teknik Tes
dan Menyusun Instrumen Tes”
Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh banyak
bantuan dari berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Imam
Gunawan, S.Pd., M.Pd selaku Dosen pembimbing Mata Kuliah Evaluasi Program Pendidikan.
Kami selaku penyusun sangat menyadari bahwa banyak kekurangan
yang terdapat dalam makalah ini mengingat keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Maka kami mohon maaf atas kekurangan dari makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Malang,
Penyusun
Daftar Isi
Kata
Pengantar..........................................................................................
i
Daftar
Isi..................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
A.
Latar
Belakang Masalah.................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah........................................................................... 2
C.
Tujuan
Pembahasan....................................................................... 2
Bab II Pembahasan
A.
Teknik
Tes Objektif.......................................................................... 3
B.
Teknik
Tes Subjektif...................................................................... 10
C.
Teknik
Tes Lisan........................................................................... 14
D.
Teknik
Tes Perbuatan................................................................... 15
E.
Instrumen
Tes................................................................................ 20
Bab III Penutup
A.
Simpulan........................................................................................ 33
B.
Saran............................................................................................. 33
Daftar
Rujukan......................................................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Teknik
tes merupakan salaha satu evaluasi untuk program pada pendidikan, ada beberapa
teknik tes yangdapat kita ketahui yakni, teknik tes subjektif, teknik tes
obyektif dan teknik tes perbuatan. Dar beberapa teknik tersebut adalah cara
untuk mengevaluasi setiap mata pelajaran yang ada di satuan pendidikan, dan
pengevaluasian tersebut menggunakan beberapa instrumen agar pelaksanaan
evaluasi dapat berlajan dengan baik dan sesuai dengan kemampuan para peserta
didik yang dimiliki, perhitungan pada evaluasi juga ditentukan pada instrumen tersebut.
Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada
evaluasi pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar meliputi
keefektifan stratategi pembelajaran yang dilaksanakan, keefektifan media
pembelajaran, cara mengajar yang dilaksanakan dan minat, sikap, serta cara
belajar peserta didik. Evaluasi pembelajaran atau evaluasi hasil belajar antara
lain menggunakan instrument-instrument evaluasi.
Dalam
pelaksanaan evaluasi tersebut juga di sertakan bebrapa garis besar penilaian
dengan berbeda beda teknik macam tes, untuk tes subjektif dianggap sebagai
pendekatan untuk mengukur kemampuan menulis peserta didik dan secara tidak
langsung butir pada tes ini juga mengukur sikap dan nilai siswa, tes objektif
disebut juga sebagai tes jawaban singkat. Ada empat macam tes objektif, yaitu
tes jawaban benar-salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice), isian
(completion), dan penjodohan (matching), dan untuk tes perbuatan yakni tes yang
menentukan nilai pada mata pelajaran yang berkaiatan dengan praktik atau yang
lain sebagainya, Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab
peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis. Penulisan tes tertulis
merupakan kegiatan yang paling penting dalam menyiapkan bahan ujian. Setiap
butir soal yag ditulis harus berdasarkan rumusan indikator yang sudah disusun
dalam kisi-kisi. dari berbagai macam-macam jenis tes satuan pendidika harus
menggunakan teknik evaluasi sesuai dengan aturan pemerintah yang telah
ditetapkan.
Untuk menghindari kecurangan pada
pengevaluasian tes maka teknik perhitungan setelah diakan tes tersebut ada
perhitungan yang sudah ditentukan pada instrument penialaian, maka dengan cara
seperti ini guru maupun peserta didik tidak bisa melakukan kecurangan, dan
guruharus menilai siswa sesuai dengan kemampuannya dan tidak bersikap subjektif
terhadap peserta didik.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan teknik tes
Objektif?
2. Bagaimana penjelasan dari teknik tes
Subjektif?
3. Bagaimana penjelasan dari teknik tes
Lisan?
4. Apakah yang dimaksud teknik tes
Perbuatan?
5. Bagaimana teknik menyusun instrumen tes?
C. Tujuan
Pembahasan
1. Untuk memaparkan yang dimaksud teknik
tes Objektif.
2. Untuk menjelaskan mengenai teknik tes
Subjektif.
3. Untuk menjelaskan mengenai teknik tes
Lisan.
4. Untuk memaparkan yang dimaksud teknik
tes Perbuatan.
5. Untuk memaparkan teknik penyusunan
instrumen tes.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teknik
Tes Objektif
Tes
objektif digunakan untuk mengukur penguasaan siswa pada tingkatan terbatas.
Ruang lingkung cenderung luas, tetapi tidak menuntut penalaran siswa. Tes
objektif terdiri atas beberapa bentuk soal, antara lain:
1.
Keunggulan
Tes Objektif
a. Tes Objektif dapat digunakan untuk
mengukur proses berpikir rendah sampai dengan sedang (ingatan, pemahaman, dan
penerapan).
b.
Dengan
menggunakan tes objektif maka semua atau sebagian besar materi yang telah
diajarkan dapat ditanyakan saat ujian.
c.
Dengan
menggunakan tes objektif maka pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakukan
dengan cepat, tepat dan konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir
soal sudah jelas dan pasti.
d.
Dengan
tes objektif khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan untuk dilakukan
analisis butir soal. 5. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan.
e.
Informasi
yang diperoleh dari tes objektif lebih kaya.
2.
Kelemahan Tes Objektif
a.
Walaupun tes objektif dapat digunakan untuk mengukur
semua proses berpikir dalam ranah kognitif mulai dari jenjang berpikir
sederhana (ingatan) sampai dengan jenjang berpikir tinggi (kreasi), tetapi pada
kenyataannya butir soal yang diujikan kepada siswa atau mahasiswa kebanyakan
hanya mengukur proses berpikir rendah.
b.
Membuat pertanyaan tes objektif yang baik lebih sukar
daripada membuat pertanyaan tes uraian.
c. Kemampuan
anak dapat terganggu oleh kemampuannya
dalam membaca dan menerka.
d.
Anak
tidak dapat mengorganisasikan, menghubungkan, dan menyatakan idenya sendiri
karena semua alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan sudah diberikan oleh
penulis soal.
3.
Macam-macam
Tes Objektif
Tes objektif dibedakan
lagi atas beberapa macam, yaitu:
a.
Tes
benar salah (true false)
1)
Pengertian
Soal benar salah adalah butir soal yang terdiri dari
pernyataan yang disertai alternatif jawaban, yaitu menyatakan apakah jawaban
itu benar/salah, setuju/tidak setujuu, baik/tidak baik, atau alternatif jawaban
lain yang bersifat mutual eksklusif/ meniadakan.
2)
Tes model ini cocok untuk
a)
Pemahaman pada level pengetahuan
b)
Mengevaluasi
pemahaman siswa tentang miskonsepsi yang umum
c)
Konsep dengan dua
respon logis
3)
Keunggulan
a)
Mudah dikonstruksi
b)
Perangkat soal
dapat mewakili seluruh pokok bahasan
c)
Mudah diskor
d)
Alat yang baik
untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama yang berkaitan dengan
ingatan.
e)
Digunakan
untuk mengetes reaksi sebab akibat, atau miskonsepsi yang terjadi.
f)
Siswa dapat menjawab 3 – 4 soal per menit
4)
Keterbatasan
a)
Mendorong
peserta untuk menebak jawaban. Siswa memiliki kemungkinan menjawab benar atau
salah 50% dengan cara menebak
b)
Sulit
mengembangkan soal yang betul-betul objektif
c)
Pernyataan
yang ambigu mengakibatkan kesulitan dalam menjawab dan menilai
d)
Meminta respon peserta yang berbentuk
penilaian absolut
e)
Terlalu
menekankan pada ingatan
f)
Soal terlalu mudah sehingga siswa kadang hanya
menebak jawaban walaupun tidak memahami isinya
g)
Sulit
membedakan siswa yang memahami materi dengan yang tidak memahami materi.
h)
Membutuhkan
banyak item untuk mendapatkan reliabilitas yang tinggi.
5)
Tips
menulis butir soal benar salah
a)
Setiap
butir soal harus menguji/mengukur hasil belajar peserta tes yang penting dan
bermakna, tidak menanyakan yang remeh/trivial.
b)
Setiap butir soal haruslah menguji pemahaman, tidak hanya
pengukuran terhadap daya ingat
c)
Kunci jawaban yang
ditentukan haruslah benar
d)
Butir soal yang baik haruslah jelas jawabannya bagi
seorang peserta tes yang belajar dan jawaban yang salah kelihatan lebih
seakan-akan benar bagi peserta tes yang tidak belajar dengan baik.
e)
Pernyataan dalam butir soal harus
dinyatakan secara jelas dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
f)
Rumusannya tidak
meragukan sehingga dapat dinyatakan 100% benar atau 100% salah
g)
Diskusikan dengan pakar yang relavan (bahasa dan ilmu
yang diteskan) untuk meyakinkan bahwa sisi bahasa dan kebenaran soal dan
jawaban meyakinkan.
6)
Pertimbangan dalam usaha peningkatan mutu soal
a)
Jumlah butir soal yang kuncinya S (salah) sebaiknya lebih
banyak dripada butir soal yang kunci jawabannya B (benar).
b)
Susunlah kalimat soal sedemikian rupa
sehingga logika sederhana akan cenderung mengarah ke jawaban yang salah.
c)
Susunlah
jawaban yang salah sesuai dengan anggapan umum yang salah tentang suatu
kenyataan.
d)
Pernyataan yang menggunakan kata “semua, selalu, tidak
pernah“ cenderung untuk memiiki kunci jawaban S (salah), sedangkan kata
“kadang-kadang, seringkali“ cenderung untuk memiliki kunci jawaban B (benar).
e)
Pergunakan rujukan untuk beberapa buah
soal, misalnya dengan menggunakan teks atau gambar sebagai rujukan untuk
senarai butir soal.
f)
Jangan
membuat soal dengan pernyataan negatif yang dapat mengakibatkan interpretasi
yang membingungkan. Misalnya Lucas Pacioli sebenarnya bukan tokoh dalam ilmu
akuntansi. B / S
g)
Gunakan kata-kata
pasti atau angka pasti misalnya 100, 1000, 20%, setengahnya, jangan gunakan
kata-kata kualitatif yang meragukan misalnya muda, banyak, sedikit, kecil,
besar, dan sebagainya.
h)
Hindari kecenderungan penggunaan
pernyataan dijawab benar (B) bila panjang dan dijawab salah (S) bila pendek
7)
Rumus skor untuk tes benar salah (true false)
S= ∑ ( R-W ) x
Wt
Keterangan :
S= Skor
R= jumlah jawaban yang benar
W= jumlah jawaban yang salah
Wt= Weight/ bobot
b.
Tes
pilihan ganda (multiple choice)
1)
Pengertian
Tes pilihan ganda merupakan
tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum lengkap dan untuk
melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban
benar yang telah disiapkan.
a)
Pilihan ganda biasa (melengkapi pilihan)
Bentuk ini merupakan suatu kalimat pernyataan yang belum lengkap dan diikuti empat atau lima kemungkinan jawaban yang tepat dan melengkapi pernyataan tersebut.
Bentuk ini merupakan suatu kalimat pernyataan yang belum lengkap dan diikuti empat atau lima kemungkinan jawaban yang tepat dan melengkapi pernyataan tersebut.
b) Hubungan antar hal (Sebab akibat)
Bentuk tes ini terdiri dari dua kalimat : satu kalimat pernyataan dan satu kalimat alasan. Ditanyakan apakah pernyataan memiliki hubungan sebab akibat atau tidak dengan alasan.
Bentuk tes ini terdiri dari dua kalimat : satu kalimat pernyataan dan satu kalimat alasan. Ditanyakan apakah pernyataan memiliki hubungan sebab akibat atau tidak dengan alasan.
c) Analisa Kasus
Bentuk tes analisa kasus ini menghadapkan peserta pada satu masalah.
Bentuk tes analisa kasus ini menghadapkan peserta pada satu masalah.
d) Membaca Diagram, atau
table
Bentuk soal ini mirip dengan bentuk pilihan ganda biasa, hanya saja disertai dengan tabel.
Bentuk soal ini mirip dengan bentuk pilihan ganda biasa, hanya saja disertai dengan tabel.
e) Asosiasi pilihan ganda
Bentuk soal ini sama dengan bentuk soal melengkapi pilihan, yakni suatu pernyataan yang tidak lengkap yang diikuti dengan beberapa kemungkinan, hanya perbedaan pada bentuk asosiasi pilihan ganda kemungkinan jawaban bisa lebih dari satu, sedangkan melengkapi pilihan hanya satu yang paling tepat.
Petunjuk :
Pilih A jika (1), (2) dan (3) benar
Pilih B jika (1) dan (3) benar
Pilih C jika (2) dan (4) benar
Pilih D jika hanya (4) yang benar
Pilih E jika semuanya benar
Bentuk soal ini sama dengan bentuk soal melengkapi pilihan, yakni suatu pernyataan yang tidak lengkap yang diikuti dengan beberapa kemungkinan, hanya perbedaan pada bentuk asosiasi pilihan ganda kemungkinan jawaban bisa lebih dari satu, sedangkan melengkapi pilihan hanya satu yang paling tepat.
Petunjuk :
Pilih A jika (1), (2) dan (3) benar
Pilih B jika (1) dan (3) benar
Pilih C jika (2) dan (4) benar
Pilih D jika hanya (4) yang benar
Pilih E jika semuanya benar
2)
Saran Pembuatan Soal Pilihan Ganda
a)
Pernyataan dan pilihan merupakan suatu rangkaian
kalimat
b)
Hindari pilihan yang tidak ada kaitannya satu sama lain
c)
Buat pilihan yang mirip dengan jawaban kunci
d)
Letak kunci jawaban sebaiknya tidak selalu berada pada
tempat (poin) yang sama
e)
Hindari kaitan antara satu soal dengan soal lainnya.
3)
Rumus skor untuk tes pilihan ganta (multiple choice)
keterangan :
S= Skor
R= jumlah jawaban yang benar
W= jumlah jawaban yang salah
Wt= Weight/ bobot
n= jumlah option ( alternatif ) yang disediakan pada
tiap-tiap item
c.
Tes
menjodohkan (matching)
1)
Pengertian
Tes menjodohkan adalah butir soal atau tugas yang
jawabannya dijodohkan dengan seri jawaban. Dengan kata lain, tugas peserta tes
hanya menjodohkan premis dengan salah satu seri jawaban. Tes menjodohkan
terdiri atas dua bagian (kolom), yaitu :
a)
Bagian pertama disebut seri stem, atau premis, atau pokok soal yang dapat berbentuk
pernyataan atau pertanyaan.
b)
Bagian kedua disebut seri jawaban.
2) Format tes
menjodohkan dapat berbentuk :
a)
Kolom pertama atau lajur kiri untuk stem atau pokok soal.
b)
Kolom kedua atau lajur kanan untuk seri jawaban.
3) Teknik Penyusunan
a)
Pastikan seri pertanyaan atau pernyataan (kolom
pertama/jalur kiri) dan seri jawaban (kolom kedua/jalur kanan) bersifat
homogen, agar salah satu dari semua seri jawaban ada kemungkinan sebagai
jawaban yang benar.
b)
Pastikan petunjuk mengerjakan tes jelas
c)
Seyogyanya seri pertanyaan atau pernyataan tidak lebih
dari lima item, karena kalau lebih akan
membingungkan dan mengurangi homogenitas.
d)
Seyogyanya seri jawaban lebih banyak dari seri
pernyataan atau pertanyaan untuk mendorong peserta tes lebih cermat.
e)
Seyogyanya seri pernyataan (stem)
diberi urut dengan menggunakan nomor dan seri jawaban dengan menggunakan huruf.
f)
Seyogyanya tes ditulis dalam halaman yang sama.
4) Kelebihan tes
menjodohkan
a)
Sangat baik untuk menguji hasil belajar tentang
istilah, definisi, peristiwa, dan penanggalan
b)
Sangat baik untuk menguji kemampuan menghubungkan dua
hal yang berhubungan langsung dan tidak langsung
c)
Relatif mudah dikonstruksi, khususnya dalam satu pokok
bahasan tertentu.
d)
Relatif dapat menguji banyak bahan ajar yang lebih
luas.
e)
Mudah diskor oleh dosen/guru secara langsung atau oleh
orang lain, karena sudah ada kunci jawaban
f)
Penskoran hasil kerja peserta tes dapat dikerjakan
secara objektif.
5) Kelemahan
tes menjodohkan
a)
Ada kecenderungan terlalu menguji kemampuan aspek
ingatan
b)
Kurang cocok untuk mengukur hasil belajar secara
menyeluruh
c)
Tidak dapat mengukur semua tujuan
pembelajaran/kompetensi yang lebih menekankan pada pendemistrasian keterampilan
dan pengungkapan sesuatu yang ekspresif
d)
Tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks, baik
dari segi domain maupun dari segi tinngkat kesulitan, khususnya domain afeksi
dan motorik.
e)
Tidak dapat mengukur hasil belajar yang mengintegrasikan
berbagai konsep atau ide dari berbagai sumber ke dalam satu pikiran utama.
f)
Tidak cocok untuk mengukur hasil belajar yang
mengungkapkan pikiran dalam bentuk tulis sesuai dengan gaya pikir dan gaya
bahasa seseorang.
6)
Skor untuk tes menjodohkan
(matching)
Keterangan :
= jumlah statement pada kolom sebelah kiri
= jumlah option pada kalom
sebelah kanan
S= Skor
R= jumlah jawaban yang benar
W= jumlah jawaban yang salah
Wt= Weight/ bobot
d.
Tes
melengkapi (completion)
1)
Pengertian
Completion
test biasa kita sebut
dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas
kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang
dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian
yang kita minta dari murid.
2) Skor untuk tes melengkapi
S = ∑ R.× Wt.
Keterangan:
S = skor
R = jumlah jawaban yang benar
Wt = Weight/ Bobot
e.
Tes
jawaban singkat (short answer)
1)
Pengertian
Dari segi rumusan kalimatnya, soal
jawaban singkat dapat berupa kalimat perintah, kalimat tanya, dan kalimat yang
tidak lengkap.
2)
Skor untuk tes
jawaban singkat
Meskipun jawaban yang diminta dalam test bentuk ini adalah jawaban yang
singkat, terdapat variasi jawaban siswa mulai dari yang lengkap sampai dengan
yang kurang lengkap, namun masih menunjukkan bahwa siswa mempunyai sedikit
pengetahuan mengenai materi yang dinyatakan itu. Oleh karena itu
kemungkinan-kemungkinan jawabannya perlu diberikan pembobotan. Misalnya dengan
pembandingan 3 : 2 : 1 atau 4 : 3 : 2 : 1 atau langsung saja diberi tingkatan
skor 2 yang lengkap sekali, 1.5 yang lengkap dan yang kurang lengkap 1.
B.
Teknik Tes Subjektif
Teknik
tes subjektif juga dikenal dengan sebutan tes esai (uraian) merupakan suatu
bentuk tes kemajuan belajar yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan dimana
membutuhkan jawaban berupa uraian-uraian yang relatif panjang.
Bentuk-bentuk pertanyaan dalam tes
subjektif mengharuskan peserta didik untuk menjelaskan, membandingkan,
menginterprestasikan, dan mencari perbedaan. Dengan kata lain tes ini menuntut
peserta didik untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali serta peserta
didik dituntut untuk memiliki daya kreativitas yang tinggi. Tujuan dari bentuk
pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru mengharapkan agar peserta didik menunjukkan
pengertian mereka terhadap materi yang telah diberikan. Cir-ciri dari
pertanyaannya diawali dengan kata seperti; uraikan, jelaskan, bagaimana,
mengapa, bandingkan, simpulkan, dan lain-lain. Jumlah pertanyaan atau soal
dalam bentuk esai biasanya tidak banyak hanya sekitar 5-10 butir soal dalam
waktu kira-kira 90 s.d 120 menit.
1.
Tes
subjektif dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu:
a. Tes uraian bentuk bebas, artinya butir
soal hanya menyangkut masalah utama yang dibicarakan, tanpa memberikan arahan
tertentu dalam menjawabnya.
Contoh:
Mengapa
bangsa Indonesia memilih politik luar negeri yang bebas aktif?
b. Tes uraian terbatas, dalam bentuk ini
peserta didik diberi kebebasan dalam menjawab soal yang ditanyakan, namun arah
jawaban dibatasi sedemikian rupa sehingga menjadi bebas yang terarah.
Contoh:
Apakah dasar yuridis dan politis yang
mendasari Indonesia menempuh kebijaksanaan politik luar negeri yang bebas dan
aktif?
2.
Kebaikan
tes subjektif
Kebaikan-kebaikan tes subjektif dapa
diuraikan yaitu sebagai berikut:
a. Bentuk tes subjektif cocok digunakan
untuk mengukur proses belajar yang kompleks, yang sulit diukur dengan
menggunakan tes objektif. Tes ini tepat untuk mengukur kemampuan analitik,
sintetik, dna evaluatif.
b. Tes subjektif mudah disiapkan dan
disusun karena tidak perlu memikirkan pilihan jawaban seperti halnya tes
objektif.
c. Mendorong peserta didik agar dapat
mengemukakan pendapatnya sesuai jalan pikirannya dan menyusun dalam yang
kalimat yang bagus. Hal tersebut penting untuk melatih peserta didik agar bisa
mengungkapkan jalan pikiran secara teratur.
d. Dengan tes subjektif guru dapat
mengetahui sejauh mana peserta mendalami suatu masalah yang diteskan dan sejauh
mana peserta didik memahami materi yang telah diberikan.
e. Melatih peserta didik untuk memilih fakta
yang relevan dengan persoalan, serta mengorganisasikannya sehingga dapat
diperoleh jawaban atau hasil pemikiran terintegrasi penuh.
3.
Kelemahan
tes subjektif
Di
samping kebaikan-kebaikan yang dimiliki dengan tes subjektif tentunya ada pula
kelemahan dalam tes ini, yaitu sebagai berikut:
a. Pemberian skor pada jawaban tes kurang
reliable karena dalam tes subjektif tingkat kebenaran terdapat banyak variasi
dan tidak hanya satu jawaban saja yang dapat diterima. Oleh karena itu
pemberian skor dalam tes subjektif juga cenderung bervariasi sesuai dengan
keterkaitan soal dan jawaban yang diberikan serta dalam pemberian skor banyak
dipengaruhi oleh unsur subjektif.
b. Kadar validitas dan realibilitas rendah
karena sulit diketahui pengetahuan yang benar-benar peserta didik ketahui.
c. Pemeriksaan lebih sulit karena
jawaban-jawaban dalam tes subjektif membutuhkan pertimbangan individual lebih
banyak dari penilai.
d. Waktu yang dibutuhkan untuk menjawab tes
subjektif cukup lama karena jawaban yang
diberikan relatif panjang sehingga materi yang digunakan sebagai bahan tes
kurang representatif dalam mencakup seluru materi yang telah diajarkan.
e. Soal dengan jenis seperti ini jika digunakan
terus-menerus dapat berakibat peserta didik belajar dengan cara untung-untungan
dan hanya mempelajari soal-soal yang sering dikeluarkan.
f. Sulit mendapatkan soal yang memiliki
standar nasional maupun regional.
4.
Petunjuk
penyusunan tes subjektif:
a. Hendaknya soal-sola tes dapat meliputi
ide pokok dari materi atau bahan yang diteskan dan memungkinkan disusun soal
yang komprehensif.
b. Hendaknya kalimat yang diperuntukkan
menjadi soal tidak mengambil kalimat yang disalin dari buku atau catatan.
c. Pada saat soal-soal disusun harus sudah
dilengkapi dengan kunci jawaban dan pedoman penilaiannya.
d. Pertanyaan diusahakan bervariasi antara
“Jelaskan”, “Mengapa”, “Bagaimana”, dan lain-lain agar dapat diketahui seberapa
jauh peserta didik menguasai bahan yang telah diajarkan.
e. Rumusan soal hendaknya dibuat sedemikian
rupa sehingga peserta didik dapat memahami arti dari soal atau pertanyaan yang
disuguhkan.
f. Hendaknya ditegaskan model jawaban apa
yang dikehendaki penyusun tes atau guru. Untuk itu pertanyaan tidak boleh
bersifat terlalu umum, tetapi harus spesifik.
5.
Pemberian
skor tes subjektif
Hal
yang perlu diperhatikan dalam penskoran tes subjektif terletak pada variasi
jawaban yang beragam, apalagi guru harus membandingkan antara jawaban peserta
didik yang satu dengan yang lainnya, untuk itu pemeriksaan hasil dapat ditempuh
langkah peningkatan objektivitas dengan jalan:
a. Menyusun pola jawaban yang diambil dari
sampel jawaban peserta didik.
b. Pemeriksaan jawaban tidak dilakukan
dengan jalan membaca tiap halaman satu peserta didik sampai selesai melainkan
diperiksa berdasarkan nomor.
c.
Setiap
lembar jawaban dikoreksi lebih dari satu kali.
d. Nilai peserta didik tidak langsung
dijumlahkan secara global tetapi dirinci dari tiap-tiap aspek penilaian
misalnya; a). konsistensi pemikiran, b). kemampuan membahasakan gagasan, c).
isi/ bobot materi, d). kepustakaan yang dijadikan referensi, e). nilai-nilai
baru yang dimunculkan.
6.
Untuk
mengoreksi tes subjektif, ada tiga cara yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Whole method, yaitu metode per nomor.
Disini, guru mengoreksi pekerjaan peserta didik setiap nomor.
b. Separated method, yaitu metode per
lembar. Dengan cara ini guru mengoreksi hasil pekerjaan peserta didik setiap
lembar.
c. Cross method, yaitu metode bersilang.
Guru mengoreksi jawaban peserta didik dengan menukarkan hasil koreksi seorang
korektor kepada korektor lain.
C.
Teknik Tes Lisan
Tes
lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peseta didik dalam bentuk lisan.
Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sesuai dengan pertanyaan
atau perintah yang diberikan.
1.
Tes
lisan dapat berbentuk sebagai berikut:
a. Seorang guru menilai seorang peserta
didik.
b. Seorang guru menilai sekelompok peserta
didik.
c. Sekelompok guru menilai peserta didik.
d. Sekelompok guru menilai sekelompok
peserta didik.
2.
Kebaikan
tes lisan antara lain:
a. Dapat mengetahui langsung kemampuan
peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan
b. Tidak usah menyusun soal-soal secara
terurai, tetapi cukup mencatat pokok-pokok permasalahannya saja
c. Kemungkinan peserta didik akan
menerka-nerka jawaban dan berspekulasi dapat dihindari.
3.
Kelemahan
tes lisan antar lain:
a. Memakan waktu yang relatif lama, apalagi
yang peserta didiknya banyak.
b. Sering muncul unsur subjektivitas bila
mana dalam tes lisan hanya ada seorang guru dan seorang peserta didik.
4.
Beberapa
petunjuk praktis dalam pelaksanaan tes lisan sebagai berikut:
a. Jangan terpengaruh oleh faktor-faktor
subjektivitas, misalnya dilihat dari kecantikan, kekayaan, anak pejabat, atau
juga unsur hubungan keluarga.
b. Berilah skor kepada setiap jawaban yang
dikemukakan oleh peserta didik. Biasanya kita memberikan skor ketika tes itu
selesai. Cara ini adalah cara yang kurang baik, karena nilai akan dipengaruhi
oleh jawaban-jawaban terakhir.
c. Catatlah hal-hal atau masalah yang
hendak dijadikan pertanyaan dan ruang lingkup jawaban yang diminta untuk setiap
pertanyaan. Hal ini bermaksud agar pertanyaan yang diajukan tidak menyimpang
dari permasalahan dan tidak sesuai dengan jawaban peserta didik.
d. Ciptakan suasana ujian yang
menyenangkan. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik tidak ketakutan menghadapi
ujian lisan tersebut. Kadang-kadang ada juga guru yang sampai berbuat tidak
wajar seperti membentak bentak peserta didik, dan mungkin pula bertindak
berlebihan. Tindakan ini harus dihindari, karena dapat mengakibatkan proses pemikiran
peserta didik menjadi terhambat, sehingga jawaban yang mereka jawab tidak
mencerminkan jawaban yang sesungguhnya.
e. Jangan mengubah suasana ujian lisan
menjadi suasana diskusi atau menjadi pembicaraan santai atau juga menjadi
suasana pembelajaran.
D.
Teknik Tes perbuatan
Ada beberapa
teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan para guru, tutor, pengawas, atau
dosen sebagai sarana untuk memperoleh informasi tentang keadaan belajar peserta
didik. Melalui tes ini pula tutor dapat mengetahui sebagaimana tingkat
kemampuan peserta didik dalam keterampilan yang akan di tes kan Penggunaan
berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan dengan tujuan melakukan
penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan peserta didik, dan
banyaknya/jumlah mata pelajaran yang sudah disampaikan.
Teknik
penilaian dalam uraian ini maksudnya adalah metode atau cara penilaian yang
dapat digunakan guru untuk rnendapatkan informasi. Teknik penilaian yang
memungkinkan dan dapat dengan mudah digunakan oleh guru, misalnya adalah: (1)
tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2) observasi atau pengamatan, (3) wawancara.
Tes
perbuatan yakni tes yang penugasannya
disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya
dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan. Penilaian tes perbuatan dilakukan
sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan
hasil akhir yang dicapainya. Tes perbuatan dimaksudkan untuk mengukur
keterampilan siswa dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam tes perbuatan,
persoalan disajikan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh testi. Untuk
tes perbuatan yang dilaksanakan secara kelompok sebaiknya menggunakan format
tertentu yang sudah disesuaikan untuk keperluan pengamatan kelompok.
1.
Teknik
Pelaksanaan Tes Perbuatan
Pada
tes ini pelaksanaan tes perbuatan umumnya digunakan untuk mengukur taraf
kompetensi yang bersifat keterampilan atau bisa disebut psikomotorik. Dimana
pada penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil akhir
yang dicapai oleh testee setelah melaksanakan tugas-tugas tersebut.
Karena
tes ini mengedepankan suatu keterampilan atau psikomotorik maka sebaiknya tes
perbuatan ini dilakukan secara individual. Hal ini dimaksudkan agar
masing-masing individu yang dites akan dapat diamati dan dilihat secara
keseluruhan dan pasti, sejauh mana kemampuan atau keterampilannya dalam
melakukan tugas yang di tes kan kepada setiap masing-masing individu tersebut.
Dalam
melaksanakan tes perbuatan itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ole
tester.
Pertama, tester harus mengamati secara meyuluruh
dan sangat teliti, cara-cara yang ditempuh oleh testee dalam menyelsaikan tugas
yang telah ditentukan.
Kedua, agar dapat dicapai kadar objektivitas
setinggi mungkin, hendaknya tester jangan berbicara atau berbuat sesuatu yang
dapat mempengaruhi testee dalam menyelesaikan tugas yang sedang dilakukannya.
Ketiga, dalam mengamati testee yang sedang
melaksanakan tugas itu, hendaknya tester telah menyiapkan instrumen berupa
lembar penilaian yang di dalamnya telah ditentukan ha;-hal apa sajakah yang
harus diamati dan diberikan penilaian. (Sudijono, 2005 : 156).
2.
Penilaian
Dengan Tes Perbuatan
Penilaian
dengan tes perbuatan atau tindakan adalah tes yang disampaikan dalam bentuk
lisan maupun tetulis dan pelaksanaan tugasnya dilakukan atau dinyatakan dengan
perbuatan atau tindakan penampilan. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak
perserta didik melakukan persiapan awal, melakukan tugas, sampai dengan hasil akhir
yang dicapai.
Untuk
menilai tes perbatan tersebut awal yang dilakukan yakni dengan sebuah format
pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga tutor dapat
menuliskan angka-angka yang diperoleh dari hasil pengamatan dan dibubuhkan pada
format tersebut. Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan.
a. Kaidah-kaidah penyusunan tes
perbuatan.
Pada intinya
ada tiga perangkat alat yang perlu disiapkan untuk melakukan suatu tes
perbuatan, yaitu tugas yang harus dikerjakan oleh testi beserta petunjuk
pengerjaanya, pedoman pengamatan, dan perlengkapan praktek. Dalam menyiapkan hal-hal tersebut perlu memperhatikan
kaidah-kaidah sebagai berikut.
·
Jabarkanlah
kegiatan yang akan dipraktekkan ke dalam unsure-unsurnya. Dalam pedoman
pengamatan, unsure-unsur kegiatan yang akan dipraktekkan perlu dijabarkan
secara rinci. Hal ini penting dilakukan agar pengamatan dapat
dilakukan secara cermat. Dalam menjabarkan unsure-unsur pertimbangkanlah
unsure-unsur kegiatan mana yang pokok dan penting diamati, sehingga pengukuran
bisa representative.
·
Susunlah
unsur – unsur perilaku yang akan di ukur dalam pedoman pengamatan secara logis.
Untuk memudahkan pengecekan kegiatan, unsur – unsur kegiatan perlu disusun
secara logis . Penyusunan mungkin bisa didasarkan pada urutan langkah – langkah
kegiatan atau urutan pentingnya unsur – unsur kegiatan.
·
Buatlah petunjuk pengerjaan yang jelas dan lengkap Petunjuk pengerjaan perlu disiapkan secara jelas dan lengkap, kalau perlu
lengkap dengan langkah-langkahnya. Petunjuk yang
kurang jelas bisa menyebabkan testi ragu-ragu dalam melakukan kegiatan.
·
Identifikasi
alat-alat perlengkapan yang diperlukan Agar pelaksanaan tes tindakan dapat
dilakukan sebagaimana mestinya, perlu disiapkan alat-alat yang perlu untuk tes.
Alat-alat ini perlu diidentifikasi secara cermat, sebab ketidak lengkapan
alat-alat ini bisa menyebabkan ujian tidak dapat dilakukan atau
setidak-tidaknya mengganggu kelancaran pelaksanaannya.
·
Pertimbangan kemungkinan pelaksanaan dalam merancang tes tindakan perlu dipertimbangkan secara matang,
kemungkinan- kemungkinan pelaksanaannya, apakah tes akan dilakukan dalam
kondisi nyata atau dalam bentuk simulasi. Kemudian
bagaimana pula dengan fasilitas yang tersedia. Cek apakah sudah lengkap seperti
yang dibutuhkan atau tidak.
3.
Tujuan
Tes Perbuatan
Tes
perbuatan ini dimaksudkan untuk mengukur keterampilan siswa dalam melakukan
suatu kegiatan. Dalam tes perbuatan, persoalan disajikan dalam bentuk tugas
yang harus di kerjakan oleh para peserta didik, pada intinya ada dua unsur yang
bisa disajikan bahan penilaian perbuatan, yaitu proses dan produk. Pengukuran
proses merajuk kepada pengukuran keterampilan dari kemahiran siswa melakukan
suatu kegiatan, sedangkan pengukuran produk merajuk kepada kualitas dan hasil
yang telah dilakukan.
Tes
pebuatan ini memiliki beberapa keunggulan yaitu:
a.
Cocok digunakan untuk mengukur aspek perilaku psikomotor.
Salah satu
wujud perubahan hasil belajar adalah berupa keterampilan melakukan suatu
kegiatan. Aspek keterampilan ini tidak bisa diungkap dengan tes tulis, dan
hanya cocok diungkap dengan tes tindakan.
b.
Dapat digunakan untuk mengecek kesesuaian antar pengetahuan, teori, dan
keterampilan mempraktekannya.Penggunaan
tes tulis dan lisan hanya terbatas kepada pengungkapan pengetahuan teoritis.
Dengan menggunakan tindakan, guru akan mengetahui sejauh mana siswa mampu
menerapkan pengetahuan-pengetahuan teoritisnya dalam kegiatan nyata, sehingga
informasi untuk penilaian menjadi lebih lengkap.
c.
Tidak ada kesempatan untuk menyontek. Dalam tes perbuatan, penguji bisa mengamati langsung bagaimana seseorang
testi meragakan sesuatu kegiatan. Di samping itu, keterampilan sesorang untuk
melakukan suatu kegiatan akan sangat tergantung atas kemampuan dirinya,
maksudnya tidak bisa meniru begitu saja.
4.
Pengadministrasian Tes Perbuatan
a.
Prosedur
pelaksanaan
Secara garis
besar pelaksanaan tes tindakan dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
·
Mengecek
kelengkapan peralatan yang diperlukan. Ini penting dilakukan,sebab ketidak
lengkapan peralatan bisa mengakibatkan gagalnya pelaksanaan ujian.
·
Menyiapkan
pedoman pengamatan (Pedoman pemberian angka).
·
Memberikan
petutunjuk kepada testi tentang apa yang harus dikerjakan.Petunjuk bisa
disampaikan secara tertulis atau secara lisan.
·
Testi
meragakan kegiatan, dan penguji mengamati secara seksama.
·
Penguji
segera memberikan angka terhadap aspek kegiatan testi setelah selesai peragaan.
b.
Hal – Hal
yang perlu diperhatikan
Agar
pelaksanaan tes tindaakan dapat dilakukan secara akurat, perhatikan hal- hal
berikut:
·
Jika tes tindaakan tidak dilakukan dalam kondisi yang sebenarnya, perlu
diupayakan suatu kondisi yang menyerupai keadaan sebenarnya, meski hanya dalam
bentuk mini.
·
Jika
dipandang perlu, lakukan dalam berbagai situasi, sehingga hasilnya
respresentatif terhadap keseluruhan peristiwa yang mungkin terjadi.
·
Tidak member
komentar disaat testi melakukan kegiatan.
·
Agar
hasilnya bisa lebih objektif, pengamatan hendaknya lebih dari satu orang.
·
Penyekor
hasil tes perbuatan.
c.
Penyekor tes
perbuatan didasarkan pada sejauh mana keterampilan dan ketepatan testi
meragakan kegiatan sesuai dengan petunjuk. Disini para penguji harus memiliki
gambaran operasional tentang penampilan yang diharapkan. Dengan kata lain, para
penguji harus mengetahui pola penampilan yang seharusnya. Hal-hal yang dapat
dijadikan acuan dlam pemberian angka adalah :
Kecepatan
penampilan
·
Ketepatan
cara melakukan
·
Ketelitian
·
Keterampilan
menggunakan alat
·
Kesetiaan
terhadap instruksi
Dalam proses penskoran gunakan
pedoman pengamatan (pedoman penskoran). Skor akhir sama dengan
rata-rata dari jumlah skor setiap pengamatan.
E. Instrumen
Tes
1.
Tes obyektif
Tes
obyektif digunakan untuk mengukur penguasaan siswa pada tingkatan terbatas.
Ruang lingkung cenderung luas, tetapi tidak menuntuk penalaran siswa. Tes
obyektif terdiri atas beberapa bentuk soal, antara lain:
a.
Tes
benar salah (true false)
|
Contoh soal:
b.
Tes
pilihan ganda (multiple choice)
Contoh soal:
1. Siapa nama Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia pada cabinet kerja yang menjabat sejak 27 juli
2016 ?
a. Anies Baswedan
b. Novanto
c. Joko Widodo
d. Prof. Dr. Muhajir Effendy, M.A.P
e. Saleh Husen
2. Berikut ini adalah nama-nama yang pernah
menjabat sebagai preseden Republik Indonesia, kecuali.
a. Soeharto
b. Soeharto
c. Bachruddin Jusuf Habibie
d. Abdurrahman Saleh
e. Megawati Soekarnoputri
c.
Tes
menjodohkan (matching)
Contoh soal:
1. Pasangkanlah pertanyaan yang ada pada lajur kiri dengan
yang ada pada lajur kanan dengan menempatkan huruf yang terdapat dimuka
pernyataan lajur kiri pada titik-titik yang disediakan di lajur kanan.” Cocokanlah
kota di bawah ini dengan propinsi kota itu berada :
a.Bandung . . . . . . . . … 1.
Jawa Tengah
b.Medan . . . . . . . . . . . . 2. Jawa Barat
c.Surabaya . . . . . . . . . . 3. Jawa Timur
d.Semarang. . . . . . . . . . 4. Sumatera Utara
JALUR A
( NAMA
UNSUR)
|
JALUR B
(NOMOR
GOLONGAN DALAM SISTEM PERIODIK)
|
1 .Besi Natrium
2 .Emas
3 .Belerang
4 .Karbon
|
a.I B
b. VI A
c. VIII B
d. I A
e. VI A
|
2. Pilihlah kata atau pernyataan dari deretan kata atau
pernyataan itu pada lajur B yang sesuai atau berhubungan dengan salah satu kata
atau pernyataan yang terdapat pada lajur A.
Kunci jawaban :
1. C 3. A
2. D 4. B
d.
Tes
melengkapi (completion)
Contoh soal:
1.
Pulang ke rumah
ia menatap sekeliling “Mana anak baru itu?” dalam hati Bu Diba ….Setelah Mbok
Warsiyah yang setia menjadi orang sibuk membantu Bu Dibamengurus rumah dan …..
yang diasuh Bu Diba, segera ia bertanya, “MananYayah, War?
Kata ulang yang tepat untuk melengkapi paragraf
tersebut adalah…
A. Berdegup-degup, siswa-siswi
B. Berdebar-debar, hewan-hewan
C. Berpikir-pikir ,
siswa-siswa
D. Bertanya-tanya, anak-anak
e.
Tes
jawaban singkat (short answer)
Dari segi rumusan kalimatnya, soa! jawaban singkat dapat
berupa kalimat perintah, kalimat tanya, dan kalimat yang tidak lengkap.
Contoh soal:
f. Soal
jawaban singkat dengan kalimat perintah, misalnya:
1.
Tuliskan ibu kota propinsi Sulawesi
Tenggara
2.
Sebutkan alat indera untuk melihat
3.
Sebutkan warna bunga mawar.
g. Soal
jawaban singkat dengan kalimat tanya misalnya:
1.
Apa nama ibukota Negara Indonesia?
2.
dengan cara apa korupsi diberantas?
3.
Dimanakah terjadinya gempa sunami?
h. Soal
jawaban singkat dengan kalimat yang tidak lengkap misalnya:
1.
Alat ini dinamakan…..
2.
peta disamping menunjukkan Negara
…..
3.
gambar ini menunjukkan permainan……..
2. Instrumen Tes Subjektif
Contoh
Pengembangan Instrumen Tes Untuk SMP
1.
Menentukan
Tujuan Tes
Tujuan tes: Tes
sumatif ulangan akhir semester 1 kelas VII SMP
2.
Melakukan
analisis kurikulum
Berdasarkan tujuan tes yang
telah ditetapkan, maka SK-KD dari kelas VII semester 1 adalah sebagai berikut.
Standar
Kompetensi
|
Komptensi
Dasar
|
Bilangan
|
|
1.
Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam
pemecahan masalah
|
1.1 Melakukan
operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
1.2 Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat
dan pecahan dalam pemecahan masalah
|
Aljabar
|
|
2.
Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel
|
2.1 Mengenali bentuk aljabar dan
unsur-unsurnya
2.2 Melakukan operasi pada bentuk aljabar
2.3 Menyelesaikan persamaan linear satu
variabel
2.4 Menyelesaikan pertidaksamaan linear satu
variabel
|
3.
Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel, dan perbandingan dalam pemecahan masalah
|
3.1
Membuat model matematika dari masalah
yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel
3.2
Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan
persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
3.3
Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmetika sosial
yang sederhana
3.4 Menggunakan perbandingan untuk pemecahan
masalah
|
3.
Membuat
kisi-kisi
Gambar 3. Contoh Pengisian Kartu Kisi-Kisi Soal
4.
Menulis
Soal
Dari kisi-kisi yang telah disiapkan, susunlah butir soal yang sesuai.
5.
Melakukan
telaah instrumen secara kualitatif. Perhatikan kembali butir soal yang telah
dibuat.
31
|
Pada
awal suatu tahun Aqsa menabung di sebuah bank sebesar Rp 12.000.000,00. Pada
setiap akhir tahun bunganya ia ambil.
Sampai dengan akhir tahun ke-5 seluruh bunga yang telah diambilnya
Rp4.800.000,00. Berapa persen bunga yang diberikan oleh bank kepada penabung?
|
Dari
segi kalimat dan bahasa, butir soal di samping sudah bisa dipahami, sehingga
bisa digunakan sebagai tes.
|
6.
Melakukan
uji coba dan analisis hasil uji coba tes.
Setelah kita lakukan telaah instrumen secara
kualitatif, selanjutnya adalah melakukan uji coba kepada sekelompok peserta
tes. Dari hasil uji coba tersebut, kita analisis secara kuantitatif untuk
menentukan validitas, tingkat kesukaran, dan daya beda butir soal, serta
reliabilitas instrumen tes.
7.
Merevisi
soal
Berdasarkan temuan dari uji
coba, jika ternyata diperoleh informasi bahwa soal kita masih perlu diperbaiki
(misal daya pembeda rendah, distraktor tidak berfungsi, reliabilitas rendah,
atau yang lain), langkah selanjutnya memperbaiki soal tersebut. akan tetapi
jika berdasar hasil uji coba soal kita telah termasuk kategori baik, maka soal
tersebut telah siap digunakan untuk tes di kelas.
3.
Bentuk Tes lisan
MATA PELAJARAN : IPA
KELAS :
2 (DUA) SD/MI
STANDAR KOMPETENSI
1. Mengenal
berbagai bentuk benda dan kegunaannya serta perubahan wujud yang dapat
dialaminya
MATERI PEMBELAJARAN
1. Sifat
benda cair
2. Sifat
benda padat
3. Perubahan
benda
PENILAIAN TES LISAN
Pertanyaan untuk Tes Lisan
1.
Bentuknya
tetap adalah sifat dari benda …
2.
Selalu
mengalir merupakan sifat dari benda …
3.
Perubahan
dari benda padat ke cair disebut …
4.
Perubahan
benda dari cair ke padat disebut ….
No
|
Aspek yang dinilai
|
Skor Maksimal
|
1
|
Lafal
|
5
|
2
|
Keberanian
|
5
|
3
|
Pilihan kata
|
5
|
4
|
Kecepatan menjawab
|
5
|
TOTAL
|
20
|
NILAI AKHIR = Jumlah Skor Perolehan Peserta
Didik x 100
Jumlah
Skor Maksimum
MATA PELAJARAN :
IPS
KELAS : 2 (DUA) SD/MI
STANDAR KOMPETENSI
1. Memahami peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis
MATERI PEMBELAJARAN
Dokumen pribadi dan keluarga
PENILAIAN TES LISAN
Pertanyaan untuk Tes Lisan
1.
Akta
kelahiran dikeluarkan oleh ….
2.
Video
pernikahan merupakan ….keluarga
3.
SIM
digunakan oleh …
4.
Dokumen
berharga sebaiknya disimpan di ….
5. Pada saat lulus sekolah seorang siswa akan mendapatkan
…
No
|
Aspek yang dinilai
|
Skor Maksimal
|
1
|
Lafal
|
5
|
2
|
Keberanian
|
5
|
3
|
Pilihan
kata
|
5
|
4
|
Kecepatan
menjawab
|
5
|
TOTAL
|
20
|
NILAI AKHIR = Jumlah Skor Perolehan Peserta
Didik x 100
Jumlah
Skor Maksimum
Contoh:
Instrumen Tes Lisan
No
|
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
Teknik Penilaian
|
Bentuk Instrumen
|
Instrumen
|
Kunci Jawaban
|
1.
|
3.4.1. Menjelaskan makna empati yang terkandung dalam Q.S.
An-Nisa (4):8
|
Tes Lisan
|
Daftar Pertanyaan
|
Apa yang dimaksud dengan empati?
|
Empati
adalah keadaan mental yang membuat orang merasa dirinya dalam keadaan,
perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain.
|
2
|
3.4.2. Menjelaskan bentuk- bentuk perilaku empati
|
Tes Lisan
|
Daftar Pertanyaan
|
Jelaskan bentuk- bentuk empati
terhadap sesama!
|
Perilaku
empati dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara:
1. peka terhadap perasaan orang
lain,
2. membayangkan seandainya aku
adalah dia,
3. berlatih mengorbankan milik
sendiri, dan
4. membahagiakan orang lain.
|
3
|
3.4.2. Menjelaskan alasan bersikap hormat terhadap
orangtua
|
Tes Lisan
|
Daftar Pertanyaan
|
Mengapa kita harus bersikap
hormat terhadap orangtua?
|
1. Ibu mengandung dengan penuh
susah payah, kemudian melahirkan dengan mempertaruhkan nyawanya;
2. Ibu menyusui selama dua tahun
dengan penuh kasih sayang, dan terjaga malam hari karena memenuhi kebutuhan
anaknya;
3. Ibu dan ayah memelihara kita
sehingga kita siap untuk hidup mandiri;
4. Ayah dan ibu bekerja keras
untuk memenuhi keperluan keluarga;
5. Ayah dan ibu memberi bekal
pendidikan;
6. Ayah dan ibu memberikan kasih
sayang dengan ikhlas tanpa meminta balasan.
|
4
|
3.4.5. Menjelaskan cara menghormati orangtua ketika masih
hidup maupun sudah meninggal dunia.
|
Tes Lisan
|
Daftar Pertanyaan
|
Jelaskan bagaimana cara
menghormati orangtua yang masih hidup?
Jelaskan bagaimana cara
menghormati orangtua yang sudah meninggal dunia?
|
1. Memperlakukan keduanya dengan
sopan dan hormat;
2. Membantu pekerjaanya;
3. Mengikuti nasihatnya (apabila
nasihat itu baik);
4. Membahagiakan keduanya.
|
4.
Instrumen
Tes Perbuatan
Kaidah penulisan soal tes perbuatan
adalah seperti berikut.
A. Materi
1. Soal
harus sesuai dengan indikator (menuntut tes perbuatan: kinerja, hasil karya,
atau penugasan).
2. Pertanyaan
dan jawaban yang diharapkan harus sesuai
3. Materi
sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevansi, kontinuitas, keterpakaian
sehari-hari tinggi).
4. Isi
materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.
B. Konstruksi
1. Menggunakan
kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban perbuatan/praktik.
2. Ada
petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
3. Disusun
pedoman penskorannya.
4. Tabel,
gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca
C. Bahasa/Budaya
1. Rumusan
kalimat soal komunikatif
2. Butir
soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
3. Tidak
menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah
pengertian.
4. Tidak
menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
5. Rumusan
soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung perasaan peserta
didik.
Penulisan Soal Penilaian Kinerja
(Performance Assessment)
Penilaian kinerja merupakan
penilaian yang meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan dan
mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Dalam menulis butir soal,perhatikan terlebih dahulu kompetensi dari
materi yang akan ditanyakan.
Contoh soal Penilaian Kinerja pada
mata pelajaran Penjaskes
“Lakukan teknik dasar menendang,
menghentikan bola dengan kaki bagian dalam, luar, telapak kaki dan punggung
kaki dengan koordinasi yang baik !”
Keterangan:
Penilaian terhadap kualitas unjuk kerja peserta ujian, dengan rentang nilai antara 1 sampai dengan 4
Penilaian terhadap kualitas unjuk kerja peserta ujian, dengan rentang nilai antara 1 sampai dengan 4
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk
mengetahui efektivitas proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh pendidik
atau guru. Evaluasi perlu dilaksanakan agar guru dapat mengukur tingkat
pemahaman terhadap materi yang telah disampaikan, kesulitan-kesulitan yang
dihadapi peserta didik, serta mengetahui efektivitas dan efisiensi strategi
guru dalam mengajar.
Evaluasi pembelajaran dengan teknik tes
ada beberapa macam, yakni teknik tes tertulis objektif dan subjektif, tes
lisan, dan tes perbuatan. Pada teknis tes objektif dibagi lagi menjadi beberapa
macam, yaitu pilihan ganda, benar-salah, tes memadukan, tes melengkapi, tes
jawaban pendek. Setiap teknik tes memiliki kelebihan dan kelemahan yang
berbeda-beda juga perbedaan pada aspek yang diukur. Oleh karena itu untuk
mengukur aspek-aspek yang ingin diukur dan diketahui harus menyesuaikan dengan
materi dan juga jenis tes yang digunakan agar hasil yang diperoleh dapat
maksimal serta efektif dan efisien.
B. Saran
Evaluasi sebaiknya dilaksanakan secara
rutin dan sesuai dengan instrumen yang telah dibuat atau berlaku sehingga
pelaksanaan evaluasi dapat berjalan efektif dan efisien. Guru perlu menerapkan
berbagai bentuk dan jenis tes sesuai dengan materi guna mengetahui peningkatan
pada peserta didik dari segala aspek.
Daftar Rujukan
Aini, K.N. 2009. Perbandingan
Bentuk Tes Uraian Terbatas Dengan Bentuk Tes Objektif Melengkapi Pilihan Dalam
Mengukur Skor Hasil Belajar Siswa Di Ranah Kognitif Pada Mata Pelajaran Kimia
Blok 2 Semester Gasal Sma Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2005/2006. Surakarta.
http://eprints.uns.ac.id/2179/1/79822107200904351.pdf (Online, 29 Januari 2018)
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi
Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zainal. 2010. Evaluasi
Pembelajaran (Teori dan Praktik). Bandung. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/196105011986011-ZAINAL_ARIFIN/Silabus_Evaluasi_Pembelajaran/Evaluasi_Pembelajaran__Makalah_.pdf (Online, 9 Februari 2018)
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto,
Suharsimi., dan Jabar. 2009. Evaluasi
Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Fakultas
Teknik. 2015. Pengembangan Perangkat
Penilaian Pembelajaran Kompetensi Tata Busana. https://journal.uny.ac.id/ (Online, 6 Februari 2018)
Halim, M.S.
2016. Penilaian Pembelajaran Melalui
Rubrik. Jakarta. www.fmidki.org/wp-content/uploads/2016/11/Penyusunan-Rubrik-Penilaian.pdf (Online, 6 Februari
2018)
Haris, Abdul & Jihad. 2012.Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo
Sumaryanta & Ekawati, E. 2011. Pengembangan Instrumen Penilaian
Pembelajaran Matematika Sd/Smp. http://p4tkmatematika.org/file/bermutu%202011/sd/3.pengembangan%20instrumen%20penilaian%20pembelajaran%20....pdf (Online, 6 Februari 2018)
Purwanto,
M.N. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik
Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Rusli,
R.S. 1988. Tes dan Pengukuran Dalam
Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan
Sudijono,
A. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Sunartana,
P.P.N., dan Nurkancana W.1983. Evaluasi
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Thoha,
M.C. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Priatna,
Nanang. Pengembangan Alat Penilaian
Proses dan Hasil Belajar Matematika. http://file.upi.edu/direktori/fpmipa/jur._pend._matematika/196303311988031-nanang_priatna/pengembangan_alat_penilaian.pdf (Online, 6 Februari 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar