Jumat, 19 April 2019

Teknik Evaluasi Program Pendidikan dan Pembelajaran serta Pengembangan Instrumen Tes (Teknik Tes dan Menyusun Instrumen Tes)


Teknik Evaluasi Program Pendidikan dan Pembelajaran serta
Pengembangan Instrumen Tes (Teknik Tes dan Menyusun Instrumen Tes)

MAKALAH



Disusun Oleh:
Agus Yanto                             (160131601701)
Diana Eka Syawitri                 (160131600433)
Dini Anisa Nur Aini                  (160131601302)
Hasan Argadinata                   (160131600435)














UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Februari 2018

Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat melaksanakan dan menyusun makalah ini, untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Evaluasi Program Pendidikan dengan judul “Teknik Evaluasi Program Pendidikan dan Pembelajaran serta Pengembangan Instrumen Tes (Teknik Tes dan Menyusun Instrumen Tes
Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd selaku Dosen pembimbing Mata Kuliah Evaluasi Program Pendidikan.
Kami selaku penyusun sangat menyadari bahwa banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini mengingat keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Maka kami mohon maaf atas kekurangan dari makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.







Malang,



Penyusun







Daftar Isi


Kata Pengantar.......................................................................................... i
Daftar Isi..................................................................................................... ii           

Bab I Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
B.    Rumusan Masalah........................................................................... 2
C.   Tujuan Pembahasan....................................................................... 2

Bab II Pembahasan
A.    Teknik Tes Objektif.......................................................................... 3
B.    Teknik Tes Subjektif...................................................................... 10
C.   Teknik Tes Lisan........................................................................... 14
D.   Teknik Tes Perbuatan................................................................... 15
E.    Instrumen Tes................................................................................ 20

Bab III Penutup
A.    Simpulan........................................................................................ 33
B.    Saran............................................................................................. 33

Daftar Rujukan......................................................................................... 34


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang
Teknik tes merupakan salaha satu evaluasi untuk program pada pendidikan, ada beberapa teknik tes yangdapat kita ketahui yakni, teknik tes subjektif, teknik tes obyektif dan teknik tes perbuatan. Dar beberapa teknik tersebut adalah cara untuk mengevaluasi setiap mata pelajaran yang ada di satuan pendidikan, dan pengevaluasian tersebut menggunakan beberapa instrumen agar pelaksanaan evaluasi dapat berlajan dengan baik dan sesuai dengan kemampuan para peserta didik yang dimiliki, perhitungan pada evaluasi juga ditentukan pada instrumen tersebut.
Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada evaluasi pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan stratategi pembelajaran yang dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang dilaksanakan dan minat, sikap, serta cara belajar peserta didik. Evaluasi pembelajaran atau evaluasi hasil belajar antara lain menggunakan instrument-instrument evaluasi.
Dalam pelaksanaan evaluasi tersebut juga di sertakan bebrapa garis besar penilaian dengan berbeda beda teknik macam tes, untuk tes subjektif dianggap sebagai pendekatan untuk mengukur kemampuan menulis peserta didik dan secara tidak langsung butir pada tes ini juga mengukur sikap dan nilai siswa, tes objektif disebut juga sebagai tes jawaban singkat. Ada empat macam tes objektif, yaitu tes jawaban benar-salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice), isian (completion), dan penjodohan (matching), dan untuk tes perbuatan yakni tes yang menentukan nilai pada mata pelajaran yang berkaiatan dengan praktik atau yang lain sebagainya, Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis. Penulisan tes tertulis merupakan kegiatan yang paling penting dalam menyiapkan bahan ujian. Setiap butir soal yag ditulis harus berdasarkan rumusan indikator yang sudah disusun dalam kisi-kisi. dari berbagai macam-macam jenis tes satuan pendidika harus menggunakan teknik evaluasi sesuai dengan aturan pemerintah yang telah ditetapkan.

Untuk menghindari kecurangan pada pengevaluasian tes maka teknik perhitungan setelah diakan tes tersebut ada perhitungan yang sudah ditentukan pada instrument penialaian, maka dengan cara seperti ini guru maupun peserta didik tidak bisa melakukan kecurangan, dan guruharus menilai siswa sesuai dengan kemampuannya dan tidak bersikap subjektif terhadap peserta didik.

B.   Rumusan Masalah
1.    Apakah yang dimaksud dengan teknik tes Objektif?
2.    Bagaimana penjelasan dari teknik tes Subjektif?
3.    Bagaimana penjelasan dari teknik tes Lisan?
4.    Apakah yang dimaksud teknik tes Perbuatan?
5.    Bagaimana teknik menyusun instrumen tes?

C.   Tujuan Pembahasan
1.    Untuk memaparkan yang dimaksud teknik tes Objektif.
2.    Untuk menjelaskan mengenai teknik tes Subjektif.
3.    Untuk menjelaskan mengenai teknik tes Lisan.
4.    Untuk memaparkan yang dimaksud teknik tes Perbuatan.
5.    Untuk memaparkan teknik penyusunan instrumen tes.












BAB II
PEMBAHASAN

A.   Teknik Tes Objektif
Tes objektif digunakan untuk mengukur penguasaan siswa pada tingkatan terbatas. Ruang lingkung cenderung luas, tetapi tidak menuntut penalaran siswa. Tes objektif terdiri atas beberapa bentuk soal, antara lain:
1.    Keunggulan Tes Objektif
a.    Tes Objektif dapat digunakan untuk mengukur proses berpikir rendah sampai dengan sedang (ingatan, pemahaman, dan penerapan).
b.    Dengan menggunakan tes objektif maka semua atau sebagian besar materi yang telah diajarkan dapat ditanyakan saat ujian.
c.     Dengan menggunakan tes objektif maka pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan pasti.
d.    Dengan tes objektif khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan untuk dilakukan analisis butir soal. 5. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan.
e.    Informasi yang diperoleh dari tes objektif lebih kaya.

2.    Kelemahan Tes Objektif
a.    Walaupun tes objektif dapat digunakan untuk mengukur semua proses berpikir dalam ranah kognitif mulai dari jenjang berpikir sederhana (ingatan) sampai dengan jenjang berpikir tinggi (kreasi), tetapi pada kenyataannya butir soal yang diujikan kepada siswa atau mahasiswa kebanyakan hanya mengukur proses berpikir rendah.
b.    Membuat pertanyaan tes objektif yang baik lebih sukar daripada membuat pertanyaan tes uraian.
c.     Kemampuan anak dapat terganggu oleh kemampuannya dalam membaca dan menerka.

d.    Anak tidak dapat mengorganisasikan, menghubungkan, dan menyatakan idenya sendiri karena semua alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan sudah diberikan oleh penulis soal.

3.    Macam-macam Tes Objektif
Tes objektif dibedakan lagi atas beberapa macam, yaitu:
a.    Tes benar salah (true false)
1)    Pengertian  
Soal benar salah adalah butir soal yang terdiri dari pernyataan yang disertai alternatif jawaban, yaitu menyatakan apakah jawaban itu benar/salah, setuju/tidak setujuu, baik/tidak baik, atau alternatif jawaban lain yang bersifat mutual eksklusif/ meniadakan.

2)    Tes model ini cocok untuk
a)    Pemahaman pada level pengetahuan
b)     Mengevaluasi pemahaman siswa tentang miskonsepsi yang umum
c)     Konsep dengan dua respon logis

3)    Keunggulan
a)    Mudah dikonstruksi
b)     Perangkat soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan
c)     Mudah diskor
d)     Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama yang berkaitan dengan ingatan.
e)    Digunakan untuk mengetes reaksi sebab akibat, atau miskonsepsi yang terjadi.
f)      Siswa dapat menjawab 3 – 4 soal per menit

4)    Keterbatasan
a)    Mendorong peserta untuk menebak jawaban. Siswa memiliki kemungkinan menjawab benar atau salah 50% dengan cara menebak
b)    Sulit mengembangkan soal yang betul-betul objektif
c)    Pernyataan yang ambigu mengakibatkan kesulitan dalam menjawab dan menilai
d)     Meminta respon peserta yang berbentuk penilaian absolut
e)    Terlalu menekankan pada ingatan
f)      Soal terlalu mudah sehingga siswa kadang hanya menebak jawaban walaupun tidak memahami isinya
g)    Sulit membedakan siswa yang memahami materi dengan yang tidak memahami materi.
h)    Membutuhkan banyak item untuk mendapatkan reliabilitas yang tinggi.

5)    Tips menulis butir soal benar salah
a)    Setiap butir soal harus menguji/mengukur hasil belajar peserta tes yang penting dan bermakna, tidak menanyakan yang remeh/trivial.
b)    Setiap butir soal haruslah menguji pemahaman, tidak hanya pengukuran terhadap daya ingat
c)     Kunci jawaban yang ditentukan haruslah benar
d)    Butir soal yang baik haruslah jelas jawabannya bagi seorang peserta tes yang belajar dan jawaban yang salah kelihatan lebih seakan-akan benar bagi peserta tes yang tidak belajar dengan baik.
e)     Pernyataan dalam butir soal harus dinyatakan secara jelas dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
f)      Rumusannya tidak meragukan sehingga dapat dinyatakan 100% benar atau 100% salah
g)    Diskusikan dengan pakar yang relavan (bahasa dan ilmu yang diteskan) untuk meyakinkan bahwa sisi bahasa dan kebenaran soal dan jawaban meyakinkan.

6)    Pertimbangan dalam usaha peningkatan mutu soal
a)    Jumlah butir soal yang kuncinya S (salah) sebaiknya lebih banyak dripada butir soal yang kunci jawabannya B (benar).
b)     Susunlah kalimat soal sedemikian rupa sehingga logika sederhana akan cenderung mengarah ke jawaban yang salah.
c)    Susunlah jawaban yang salah sesuai dengan anggapan umum yang salah tentang suatu kenyataan.
d)    Pernyataan yang menggunakan kata “semua, selalu, tidak pernah“ cenderung untuk memiiki kunci jawaban S (salah), sedangkan kata “kadang-kadang, seringkali“ cenderung untuk memiliki kunci jawaban B (benar).
e)     Pergunakan rujukan untuk beberapa buah soal, misalnya dengan menggunakan teks atau gambar sebagai rujukan untuk senarai butir soal.
f)     Jangan membuat soal dengan pernyataan negatif yang dapat mengakibatkan interpretasi yang membingungkan. Misalnya Lucas Pacioli sebenarnya bukan tokoh dalam ilmu akuntansi. B / S
g)     Gunakan kata-kata pasti atau angka pasti misalnya 100, 1000, 20%, setengahnya, jangan gunakan kata-kata kualitatif yang meragukan misalnya muda, banyak, sedikit, kecil, besar, dan sebagainya.
h)     Hindari kecenderungan penggunaan pernyataan dijawab benar (B) bila panjang dan dijawab salah (S) bila pendek

7)    Rumus skor untuk tes benar salah (true false)
S= ( R-W ) x Wt
Keterangan :
S= Skor
R= jumlah jawaban yang benar
W= jumlah jawaban yang salah
Wt= Weight/ bobot

b.    Tes pilihan ganda (multiple choice)
1)    Pengertian
Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan.
a)    Pilihan ganda biasa (melengkapi pilihan)
Bentuk ini merupakan suatu kalimat pernyataan yang belum lengkap dan diikuti empat atau lima kemungkinan jawaban yang tepat dan melengkapi pernyataan tersebut.
b)    Hubungan antar hal (Sebab akibat)
Bentuk tes ini terdiri dari dua kalimat : satu kalimat pernyataan dan satu kalimat alasan. Ditanyakan apakah pernyataan memiliki hubungan sebab akibat atau tidak dengan alasan.
c)    Analisa Kasus
Bentuk tes analisa kasus ini menghadapkan peserta pada satu masalah.
d)    Membaca Diagram, atau table
Bentuk soal ini mirip dengan bentuk pilihan ganda biasa, hanya saja disertai dengan tabel.
e)    Asosiasi pilihan ganda
Bentuk soal ini sama dengan bentuk soal melengkapi pilihan, yakni suatu pernyataan yang tidak lengkap yang diikuti dengan beberapa kemungkinan, hanya perbedaan pada bentuk asosiasi pilihan ganda kemungkinan jawaban bisa lebih dari satu, sedangkan melengkapi pilihan hanya satu yang paling tepat.
Petunjuk :
Pilih A jika (1), (2) dan (3) benar
Pilih B jika (1) dan (3) benar
Pilih C jika (2) dan (4) benar
Pilih D jika hanya (4) yang benar
Pilih E jika semuanya benar

2)    Saran Pembuatan Soal Pilihan Ganda 
a)    Pernyataan dan pilihan merupakan suatu rangkaian kalimat 
b)    Hindari pilihan yang tidak ada kaitannya satu sama lain 
c)    Buat pilihan yang mirip dengan jawaban kunci
d)    Letak kunci jawaban sebaiknya tidak selalu berada pada tempat (poin) yang sama 
e)    Hindari kaitan antara satu soal dengan soal lainnya.

3)    Rumus skor untuk tes pilihan ganta (multiple choice)

keterangan :
S= Skor
R= jumlah jawaban yang benar
W= jumlah jawaban yang salah
Wt= Weight/ bobot
n= jumlah option ( alternatif ) yang disediakan pada tiap-tiap item

c.     Tes menjodohkan (matching)
1)    Pengertian
Tes menjodohkan adalah butir soal atau tugas yang jawabannya dijodohkan dengan seri jawaban. Dengan kata lain, tugas peserta tes hanya menjodohkan premis dengan salah satu seri jawaban. Tes menjodohkan terdiri atas dua bagian (kolom), yaitu :
a)    Bagian pertama disebut seri stem, atau premis, atau pokok soal yang dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan.
b)    Bagian kedua disebut seri jawaban.

2)    Format tes menjodohkan dapat berbentuk :
a)    Kolom pertama atau lajur kiri untuk  stem  atau pokok soal.
b)    Kolom kedua atau lajur kanan untuk seri jawaban.

3)    Teknik Penyusunan
a)    Pastikan seri pertanyaan  atau pernyataan (kolom pertama/jalur kiri) dan seri jawaban (kolom kedua/jalur kanan) bersifat homogen, agar salah satu dari semua seri jawaban ada kemungkinan sebagai jawaban yang benar.
b)    Pastikan petunjuk mengerjakan tes jelas
c)    Seyogyanya seri pertanyaan atau pernyataan tidak lebih dari lima item, karena kalau lebih akan membingungkan dan mengurangi homogenitas.
d)    Seyogyanya seri jawaban lebih banyak dari seri pernyataan atau pertanyaan untuk mendorong peserta tes lebih cermat.
e)    Seyogyanya seri pernyataan (stem) diberi urut dengan menggunakan nomor dan seri jawaban dengan menggunakan huruf.
f)     Seyogyanya tes ditulis dalam halaman yang sama.

4)    Kelebihan tes menjodohkan
a)    Sangat baik untuk menguji hasil belajar tentang istilah, definisi, peristiwa, dan penanggalan
b)    Sangat baik untuk menguji kemampuan menghubungkan dua hal yang berhubungan langsung dan tidak langsung
c)    Relatif mudah dikonstruksi, khususnya dalam satu pokok bahasan tertentu.
d)    Relatif dapat menguji banyak bahan ajar yang lebih luas.
e)    Mudah diskor oleh dosen/guru secara langsung atau oleh orang lain, karena sudah ada kunci jawaban
f)     Penskoran hasil kerja peserta tes dapat dikerjakan secara objektif.

5)    Kelemahan tes menjodohkan
a)    Ada kecenderungan terlalu menguji kemampuan aspek ingatan
b)    Kurang cocok untuk mengukur hasil belajar secara menyeluruh
c)    Tidak dapat mengukur semua tujuan pembelajaran/kompetensi yang lebih menekankan pada pendemistrasian keterampilan dan pengungkapan sesuatu yang ekspresif
d)    Tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks, baik dari segi domain maupun dari segi tinngkat kesulitan, khususnya domain afeksi dan motorik.
e)    Tidak dapat mengukur hasil belajar yang mengintegrasikan berbagai konsep atau ide dari berbagai  sumber ke dalam satu pikiran utama.
f)     Tidak cocok untuk mengukur hasil belajar  yang mengungkapkan pikiran dalam bentuk tulis sesuai dengan gaya pikir dan gaya bahasa seseorang.

6)    Skor untuk tes menjodohkan (matching)
Keterangan :
 = jumlah statement pada kolom sebelah kiri
= jumlah option pada kalom sebelah kanan
S= Skor
R= jumlah jawaban yang benar
W= jumlah jawaban yang salah
Wt= Weight/ bobot

d.    Tes melengkapi (completion)
1)    Pengertian
Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.

2)    Skor untuk tes melengkapi
S = ∑ R.× Wt.
Keterangan:
S = skor
R = jumlah jawaban yang benar
Wt = Weight/ Bobot

e.    Tes jawaban singkat (short answer)
1)    Pengertian
Dari segi rumusan kalimatnya, soal jawaban singkat dapat berupa kalimat perintah, kalimat tanya, dan kalimat yang tidak lengkap.

2)    Skor untuk tes jawaban singkat 
Meskipun jawaban yang diminta dalam test bentuk ini adalah jawaban yang singkat, terdapat variasi jawaban siswa mulai dari yang lengkap sampai dengan yang kurang lengkap, namun masih menunjukkan bahwa siswa mempunyai sedikit pengetahuan mengenai materi yang dinyatakan itu. Oleh karena itu kemungkinan-kemungkinan jawabannya perlu diberikan pembobotan. Misalnya dengan pembandingan 3 : 2 : 1 atau 4 : 3 : 2 : 1 atau langsung saja diberi tingkatan skor 2 yang lengkap sekali, 1.5 yang lengkap dan yang kurang lengkap 1.

B.   Teknik Tes Subjektif
Teknik tes subjektif juga dikenal dengan sebutan tes esai (uraian) merupakan suatu bentuk tes kemajuan belajar yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan dimana membutuhkan jawaban berupa uraian-uraian yang relatif panjang.
ster 1 adalah sebagai berikut.;, maka SK-KD dari kelas VII semester 1 adalah sebagai berikut:.gan kemampuanya si sesuai dengan Bentuk-bentuk pertanyaan dalam tes subjektif mengharuskan peserta didik untuk menjelaskan, membandingkan, menginterprestasikan, dan mencari perbedaan. Dengan kata lain tes ini menuntut peserta didik untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali serta peserta didik dituntut untuk memiliki daya kreativitas yang tinggi. Tujuan dari bentuk pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru mengharapkan agar peserta didik menunjukkan pengertian mereka terhadap materi yang telah diberikan. Cir-ciri dari pertanyaannya diawali dengan kata seperti; uraikan, jelaskan, bagaimana, mengapa, bandingkan, simpulkan, dan lain-lain. Jumlah pertanyaan atau soal dalam bentuk esai biasanya tidak banyak hanya sekitar 5-10 butir soal dalam waktu kira-kira 90 s.d 120 menit.

1.    Tes subjektif dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu:
a.    Tes uraian bentuk bebas, artinya butir soal hanya menyangkut masalah utama yang dibicarakan, tanpa memberikan arahan tertentu dalam menjawabnya.
Contoh:
Mengapa bangsa Indonesia memilih politik luar negeri yang bebas aktif?
b.    Tes uraian terbatas, dalam bentuk ini peserta didik diberi kebebasan dalam menjawab soal yang ditanyakan, namun arah jawaban dibatasi sedemikian rupa sehingga menjadi bebas yang terarah.
Contoh:
Apakah dasar yuridis dan politis yang mendasari Indonesia menempuh kebijaksanaan politik luar negeri yang bebas dan aktif?

2.    Kebaikan tes subjektif
Kebaikan-kebaikan tes subjektif dapa diuraikan yaitu sebagai berikut:
a.    Bentuk tes subjektif cocok digunakan untuk mengukur proses belajar yang kompleks, yang sulit diukur dengan menggunakan tes objektif. Tes ini tepat untuk mengukur kemampuan analitik, sintetik, dna evaluatif.
b.    Tes subjektif mudah disiapkan dan disusun karena tidak perlu memikirkan pilihan jawaban seperti halnya tes objektif.
c.     Mendorong peserta didik agar dapat mengemukakan pendapatnya sesuai jalan pikirannya dan menyusun dalam yang kalimat yang bagus. Hal tersebut penting untuk melatih peserta didik agar bisa mengungkapkan jalan pikiran secara teratur.
d.    Dengan tes subjektif guru dapat mengetahui sejauh mana peserta mendalami suatu masalah yang diteskan dan sejauh mana peserta didik memahami materi yang telah diberikan.
e.    Melatih peserta didik untuk memilih fakta yang relevan dengan persoalan, serta mengorganisasikannya sehingga dapat diperoleh jawaban atau hasil pemikiran terintegrasi penuh.

3.    Kelemahan tes subjektif
Di samping kebaikan-kebaikan yang dimiliki dengan tes subjektif tentunya ada pula kelemahan dalam tes ini, yaitu sebagai berikut:
a.    Pemberian skor pada jawaban tes kurang reliable karena dalam tes subjektif tingkat kebenaran terdapat banyak variasi dan tidak hanya satu jawaban saja yang dapat diterima. Oleh karena itu pemberian skor dalam tes subjektif juga cenderung bervariasi sesuai dengan keterkaitan soal dan jawaban yang diberikan serta dalam pemberian skor banyak dipengaruhi oleh unsur subjektif.
b.    Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sulit diketahui pengetahuan yang benar-benar peserta didik ketahui.
c.     Pemeriksaan lebih sulit karena jawaban-jawaban dalam tes subjektif membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
d.    Waktu yang dibutuhkan untuk menjawab tes subjektif cukup lama karena  jawaban yang diberikan relatif panjang sehingga materi yang digunakan sebagai bahan tes kurang representatif dalam mencakup seluru materi yang telah diajarkan.
e.     Soal dengan jenis seperti ini jika digunakan terus-menerus dapat berakibat peserta didik belajar dengan cara untung-untungan dan hanya mempelajari soal-soal yang sering dikeluarkan.
f.      Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun regional.




4.    Petunjuk penyusunan tes subjektif:
a.    Hendaknya soal-sola tes dapat meliputi ide pokok dari materi atau bahan yang diteskan dan memungkinkan disusun soal yang komprehensif.
b.    Hendaknya kalimat yang diperuntukkan menjadi soal tidak mengambil kalimat yang disalin dari buku atau catatan.
c.     Pada saat soal-soal disusun harus sudah dilengkapi dengan kunci jawaban dan pedoman penilaiannya.
d.    Pertanyaan diusahakan bervariasi antara “Jelaskan”, “Mengapa”, “Bagaimana”, dan lain-lain agar dapat diketahui seberapa jauh peserta didik menguasai bahan yang telah diajarkan.
e.    Rumusan soal hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat memahami arti dari soal atau pertanyaan yang disuguhkan.
f.      Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki penyusun tes atau guru. Untuk itu pertanyaan tidak boleh bersifat terlalu umum, tetapi harus spesifik.

5.    Pemberian skor tes subjektif
Hal yang perlu diperhatikan dalam penskoran tes subjektif terletak pada variasi jawaban yang beragam, apalagi guru harus membandingkan antara jawaban peserta didik yang satu dengan yang lainnya, untuk itu pemeriksaan hasil dapat ditempuh langkah peningkatan objektivitas dengan jalan:
a.    Menyusun pola jawaban yang diambil dari sampel jawaban peserta   didik.
b.    Pemeriksaan jawaban tidak dilakukan dengan jalan membaca tiap halaman satu peserta didik sampai selesai melainkan diperiksa berdasarkan nomor.
c.     Setiap lembar jawaban dikoreksi lebih dari satu kali.
d.    Nilai peserta didik tidak langsung dijumlahkan secara global tetapi dirinci dari tiap-tiap aspek penilaian misalnya; a). konsistensi pemikiran, b). kemampuan membahasakan gagasan, c). isi/ bobot materi, d). kepustakaan yang dijadikan referensi, e). nilai-nilai baru yang dimunculkan.

6.    Untuk mengoreksi tes subjektif, ada tiga cara yang dapat dilakukan, yaitu:
a.    Whole method, yaitu metode per nomor. Disini, guru mengoreksi pekerjaan peserta didik setiap nomor.
b.    Separated method, yaitu metode per lembar. Dengan cara ini guru mengoreksi hasil pekerjaan peserta didik setiap lembar.
c.     Cross method, yaitu metode bersilang. Guru mengoreksi jawaban peserta didik dengan menukarkan hasil koreksi seorang korektor kepada korektor lain.

C.   Teknik Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peseta didik dalam bentuk lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sesuai dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan.
1.    Tes lisan dapat berbentuk sebagai berikut:
a.    Seorang guru menilai seorang peserta didik.
b.    Seorang guru menilai sekelompok peserta didik.
c.     Sekelompok guru menilai peserta didik.
d.    Sekelompok guru menilai sekelompok peserta didik.

2.    Kebaikan tes lisan antara lain:
a.    Dapat mengetahui langsung kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan
b.    Tidak usah menyusun soal-soal secara terurai, tetapi cukup mencatat pokok-pokok permasalahannya saja
c.     Kemungkinan peserta didik akan menerka-nerka jawaban dan berspekulasi dapat dihindari.

3.    Kelemahan tes lisan antar lain:
a.    Memakan waktu yang relatif lama, apalagi yang peserta didiknya banyak.
b.    Sering muncul unsur subjektivitas bila mana dalam tes lisan hanya ada seorang guru dan seorang peserta didik.



4.    Beberapa petunjuk praktis dalam pelaksanaan tes lisan sebagai berikut:
a.    Jangan terpengaruh oleh faktor-faktor subjektivitas, misalnya dilihat dari kecantikan, kekayaan, anak pejabat, atau juga unsur hubungan keluarga.
b.    Berilah skor kepada setiap jawaban yang dikemukakan oleh peserta didik. Biasanya kita memberikan skor ketika tes itu selesai. Cara ini adalah cara yang kurang baik, karena nilai akan dipengaruhi oleh jawaban-jawaban terakhir.
c.     Catatlah hal-hal atau masalah yang hendak dijadikan pertanyaan dan ruang lingkup jawaban yang diminta untuk setiap pertanyaan. Hal ini bermaksud agar pertanyaan yang diajukan tidak menyimpang dari permasalahan dan tidak sesuai dengan jawaban peserta didik.
d.    Ciptakan suasana ujian yang menyenangkan. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik tidak ketakutan menghadapi ujian lisan tersebut. Kadang-kadang ada juga guru yang sampai berbuat tidak wajar seperti membentak bentak peserta didik, dan mungkin pula bertindak berlebihan. Tindakan ini harus dihindari, karena dapat mengakibatkan proses pemikiran peserta didik menjadi terhambat, sehingga jawaban yang mereka jawab tidak mencerminkan jawaban yang sesungguhnya.
e.    Jangan mengubah suasana ujian lisan menjadi suasana diskusi atau menjadi pembicaraan santai atau juga menjadi suasana pembelajaran.

D.   Teknik Tes perbuatan
Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan para guru, tutor, pengawas, atau dosen sebagai sarana untuk memperoleh informasi tentang keadaan belajar peserta didik. Melalui tes ini pula tutor dapat mengetahui sebagaimana tingkat kemampuan peserta didik dalam keterampilan yang akan di tes kan Penggunaan berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan dengan tujuan melakukan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan peserta didik, dan banyaknya/jumlah mata pelajaran yang sudah disampaikan.
Teknik penilaian dalam uraian ini maksudnya adalah metode atau cara penilaian yang dapat digunakan guru untuk rnendapatkan informasi. Teknik penilaian yang memungkinkan dan dapat dengan mudah digunakan oleh guru, misalnya adalah: (1) tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2) observasi atau pengamatan, (3) wawancara.
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil akhir yang dicapainya. Tes perbuatan dimaksudkan untuk mengukur keterampilan siswa dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam tes perbuatan, persoalan disajikan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh testi. Untuk tes perbuatan yang dilaksanakan secara kelompok sebaiknya menggunakan format tertentu yang sudah disesuaikan untuk keperluan pengamatan kelompok.

1.    Teknik Pelaksanaan Tes Perbuatan
Pada tes ini pelaksanaan tes perbuatan umumnya digunakan untuk mengukur taraf kompetensi yang bersifat keterampilan atau bisa disebut psikomotorik. Dimana pada penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai oleh testee setelah melaksanakan tugas-tugas tersebut.
Karena tes ini mengedepankan suatu keterampilan atau psikomotorik maka sebaiknya tes perbuatan ini dilakukan secara individual. Hal ini dimaksudkan agar masing-masing individu yang dites akan dapat diamati dan dilihat secara keseluruhan dan pasti, sejauh mana kemampuan atau keterampilannya dalam melakukan tugas yang di tes kan kepada setiap masing-masing individu tersebut.
Dalam melaksanakan tes perbuatan itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ole tester.
Pertama, tester harus mengamati secara meyuluruh dan sangat teliti, cara-cara yang ditempuh oleh testee dalam menyelsaikan tugas yang telah ditentukan.
Kedua, agar dapat dicapai kadar objektivitas setinggi mungkin, hendaknya tester jangan berbicara atau berbuat sesuatu yang dapat mempengaruhi testee dalam menyelesaikan tugas yang sedang dilakukannya.
Ketiga, dalam mengamati testee yang sedang melaksanakan tugas itu, hendaknya tester telah menyiapkan instrumen berupa lembar penilaian yang di dalamnya telah ditentukan ha;-hal apa sajakah yang harus diamati dan diberikan penilaian. (Sudijono, 2005 : 156).

2.    Penilaian Dengan Tes Perbuatan
Penilaian dengan tes perbuatan atau tindakan adalah tes yang disampaikan dalam bentuk lisan maupun tetulis dan pelaksanaan tugasnya dilakukan atau dinyatakan dengan perbuatan atau tindakan penampilan. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak perserta didik melakukan persiapan awal, melakukan tugas, sampai dengan hasil akhir yang dicapai.
Untuk menilai tes perbatan tersebut awal yang dilakukan yakni dengan sebuah format pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga tutor dapat menuliskan angka-angka yang diperoleh dari hasil pengamatan dan dibubuhkan pada format tersebut. Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan.
a.    Kaidah-kaidah penyusunan tes perbuatan.
Pada intinya ada tiga perangkat alat yang perlu disiapkan untuk melakukan suatu tes perbuatan, yaitu tugas yang harus dikerjakan oleh testi beserta petunjuk pengerjaanya, pedoman pengamatan, dan perlengkapan praktek. Dalam menyiapkan hal-hal tersebut perlu memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut.
·         Jabarkanlah kegiatan yang akan dipraktekkan ke dalam unsure-unsurnya. Dalam pedoman pengamatan, unsure-unsur kegiatan yang akan dipraktekkan perlu dijabarkan secara  rinci. Hal ini penting dilakukan agar pengamatan dapat dilakukan secara cermat. Dalam menjabarkan unsure-unsur pertimbangkanlah unsure-unsur kegiatan mana yang pokok dan penting diamati, sehingga pengukuran bisa representative.
·         Susunlah unsur – unsur perilaku yang akan di ukur dalam pedoman pengamatan secara logis. Untuk memudahkan pengecekan kegiatan, unsur – unsur kegiatan perlu disusun secara logis . Penyusunan mungkin bisa didasarkan pada urutan langkah – langkah kegiatan atau urutan pentingnya unsur – unsur kegiatan.
·         Buatlah petunjuk pengerjaan yang jelas dan lengkap Petunjuk pengerjaan perlu disiapkan secara jelas dan lengkap, kalau perlu lengkap dengan langkah-langkahnya. Petunjuk yang kurang jelas bisa menyebabkan testi ragu-ragu dalam melakukan kegiatan.
·         Identifikasi alat-alat perlengkapan yang diperlukan Agar pelaksanaan tes tindakan dapat dilakukan sebagaimana mestinya, perlu disiapkan alat-alat yang perlu untuk tes. Alat-alat ini perlu diidentifikasi secara cermat, sebab ketidak lengkapan alat-alat ini bisa menyebabkan ujian tidak dapat dilakukan atau setidak-tidaknya mengganggu kelancaran pelaksanaannya.
·         Pertimbangan kemungkinan pelaksanaan dalam merancang tes tindakan perlu dipertimbangkan secara matang, kemungkinan- kemungkinan pelaksanaannya, apakah tes akan dilakukan dalam kondisi nyata atau dalam bentuk simulasi. Kemudian bagaimana pula dengan fasilitas yang tersedia. Cek apakah sudah lengkap seperti yang dibutuhkan atau tidak.

3.    Tujuan Tes Perbuatan
Tes perbuatan ini dimaksudkan untuk mengukur keterampilan siswa dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam tes perbuatan, persoalan disajikan dalam bentuk tugas yang harus di kerjakan oleh para peserta didik, pada intinya ada dua unsur yang bisa disajikan bahan penilaian perbuatan, yaitu proses dan produk. Pengukuran proses merajuk kepada pengukuran keterampilan dari kemahiran siswa melakukan suatu kegiatan, sedangkan pengukuran produk merajuk kepada kualitas dan hasil yang telah dilakukan.
Tes pebuatan ini memiliki beberapa keunggulan yaitu:
a.    Cocok digunakan untuk mengukur aspek perilaku psikomotor.
Salah satu wujud perubahan hasil belajar adalah berupa keterampilan melakukan suatu kegiatan. Aspek keterampilan ini tidak bisa diungkap dengan tes tulis, dan hanya cocok diungkap dengan tes tindakan.
b.    Dapat digunakan untuk mengecek kesesuaian antar pengetahuan, teori, dan keterampilan mempraktekannya.Penggunaan tes tulis dan lisan hanya terbatas kepada pengungkapan pengetahuan teoritis. Dengan menggunakan tindakan, guru akan mengetahui sejauh mana siswa mampu menerapkan pengetahuan-pengetahuan teoritisnya dalam kegiatan nyata, sehingga informasi untuk penilaian menjadi lebih lengkap.
c.    Tidak ada kesempatan untuk menyontek. Dalam tes perbuatan, penguji bisa mengamati langsung bagaimana seseorang testi meragakan sesuatu kegiatan. Di samping itu, keterampilan sesorang untuk melakukan suatu kegiatan akan sangat tergantung atas kemampuan dirinya, maksudnya tidak bisa meniru begitu saja.

4.    Pengadministrasian Tes Perbuatan
a.    Prosedur pelaksanaan
Secara garis besar pelaksanaan tes tindakan dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
·         Mengecek kelengkapan peralatan yang diperlukan. Ini penting dilakukan,sebab ketidak lengkapan peralatan bisa mengakibatkan gagalnya pelaksanaan ujian.
·         Menyiapkan pedoman pengamatan (Pedoman pemberian angka).
·         Memberikan petutunjuk kepada testi tentang apa yang harus dikerjakan.Petunjuk bisa disampaikan secara tertulis atau secara lisan.
·         Testi meragakan kegiatan, dan penguji mengamati secara seksama.
·         Penguji segera memberikan angka terhadap aspek kegiatan testi setelah selesai peragaan.

b.    Hal – Hal yang perlu diperhatikan
Agar pelaksanaan tes tindaakan dapat dilakukan secara akurat, perhatikan hal- hal berikut:
·         Jika tes tindaakan tidak dilakukan dalam kondisi yang sebenarnya, perlu diupayakan suatu kondisi yang menyerupai keadaan sebenarnya, meski hanya dalam bentuk mini.
·         Jika dipandang perlu, lakukan dalam berbagai situasi, sehingga hasilnya respresentatif terhadap keseluruhan peristiwa yang mungkin terjadi.
·         Tidak member komentar disaat testi melakukan kegiatan.
·         Agar hasilnya bisa lebih objektif, pengamatan hendaknya lebih dari satu orang.
·         Penyekor hasil tes perbuatan.

c.     Penyekor tes perbuatan didasarkan pada sejauh mana keterampilan dan ketepatan testi meragakan kegiatan sesuai dengan petunjuk. Disini para penguji harus memiliki gambaran operasional tentang penampilan yang diharapkan. Dengan kata lain, para penguji harus mengetahui pola penampilan yang seharusnya. Hal-hal yang dapat dijadikan acuan dlam pemberian angka adalah :
      Kecepatan penampilan
·         Ketepatan cara melakukan
·         Ketelitian
·         Keterampilan menggunakan alat
·         Kesetiaan terhadap instruksi
Dalam proses penskoran gunakan pedoman pengamatan (pedoman penskoran). Skor  akhir sama dengan rata-rata dari jumlah skor setiap pengamatan.

E.    Instrumen Tes

1.    Tes obyektif
Tes obyektif digunakan untuk mengukur penguasaan siswa pada tingkatan terbatas. Ruang lingkung cenderung luas, tetapi tidak menuntuk penalaran siswa. Tes obyektif terdiri atas beberapa bentuk soal, antara lain:
a.    Tes benar salah (true false)
  1. B — S       Gaya adalah sesuatu yang mengubah bentuk benda.
  2. B — S       25% dari 44 adalah kurang dari 12
  3. B — S       UUD 1945 telah diamandemen sebanyak 4 kali
  4. B — S       UUD 1945 tidak boleh dirubah substansinya.
Contoh soal:

b.    Tes pilihan ganda (multiple choice)
Contoh soal:
1.    Siapa nama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada cabinet kerja yang menjabat sejak 27 juli 2016 ?
a.    Anies Baswedan
b.    Novanto
c.     Joko Widodo
d.    Prof. Dr. Muhajir Effendy, M.A.P
e.    Saleh Husen
2.    Berikut ini adalah nama-nama yang pernah menjabat sebagai preseden Republik Indonesia, kecuali.
a.    Soeharto
b.    Soeharto
c.     Bachruddin Jusuf Habibie
d.    Abdurrahman Saleh
e.    Megawati Soekarnoputri

c.     Tes menjodohkan (matching)
Contoh soal:
1.    Pasangkanlah pertanyaan yang ada pada lajur kiri dengan yang ada pada lajur kanan dengan menempatkan huruf yang terdapat dimuka pernyataan lajur kiri pada titik-titik yang disediakan di lajur kanan.” Cocokanlah kota di bawah ini dengan propinsi kota itu berada :

a.Bandung . . . . . . . . …     1. Jawa Tengah  
b.Medan . . . . . . . . . . . .     2. Jawa Barat
c.Surabaya . . . . . . . . . .     3. Jawa Timur
d.Semarang. . . . . . . . . .    4. Sumatera Utara

JALUR A
( NAMA UNSUR)
JALUR B
(NOMOR GOLONGAN DALAM SISTEM PERIODIK)
1 .Besi Natrium
2 .Emas
3 .Belerang
4 .Karbon

a.I B
b. VI A
c. VIII B
d. I A
e. VI A
2.    Pilihlah kata atau pernyataan dari deretan kata atau pernyataan itu pada lajur B yang sesuai atau berhubungan dengan salah satu kata atau pernyataan yang terdapat pada lajur A.








Kunci jawaban :
1. C     3. A
2. D                 4. B
d.    Tes melengkapi (completion)
Contoh soal:

1. Pulang ke rumah ia menatap sekeliling “Mana anak baru itu?” dalam hati Bu Diba ….Setelah Mbok Warsiyah yang setia menjadi orang sibuk membantu Bu Dibamengurus rumah dan ….. yang diasuh Bu Diba, segera ia bertanya, “MananYayah, War?

Kata ulang yang tepat untuk melengkapi paragraf  tersebut adalah…
A.    Berdegup-degup, siswa-siswi
B.     Berdebar-debar, hewan-hewan
C.     Berpikir-pikir , siswa-siswa
D.    Bertanya-tanya, anak-anak

e.    Tes jawaban singkat (short answer)
Dari segi rumusan kalimatnya, soa! jawaban singkat dapat berupa kalimat perintah, kalimat tanya, dan kalimat yang tidak lengkap.
Contoh soal:
f.      Soal jawaban singkat dengan kalimat perintah, misalnya:
1.    Tuliskan ibu kota propinsi Sulawesi Tenggara
2.    Sebutkan alat indera untuk melihat
3.    Sebutkan warna bunga mawar.
g.    Soal jawaban singkat dengan kalimat tanya misalnya:
1.    Apa nama ibukota Negara Indonesia?
2.    dengan cara apa korupsi diberantas?
3.    Dimanakah terjadinya gempa sunami?
h.    Soal jawaban singkat dengan kalimat yang tidak lengkap misalnya:
1.    Alat ini dinamakan…..
2.    peta disamping menunjukkan Negara …..
3.    gambar ini menunjukkan permainan……..

2. Instrumen Tes Subjektif
Contoh Pengembangan Instrumen Tes Untuk SMP
1.    Menentukan Tujuan Tes
Tujuan tes: Tes sumatif ulangan akhir semester 1 kelas VII SMP
2.    Melakukan analisis kurikulum
Berdasarkan tujuan tes yang telah ditetapkan, maka SK-KD dari kelas VII semester 1 adalah sebagai berikut.
Standar Kompetensi
Komptensi Dasar
Bilangan

1.   Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah
1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
1.2 Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dalam pemecahan masalah
Aljabar

2.   Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
2.1   Mengenali bentuk aljabar dan unsur-unsurnya  
2.2   Melakukan operasi pada bentuk aljabar
2.3   Menyelesaikan persamaan linear satu variabel
2.4   Menyelesaikan pertidaksamaan linear satu variabel
3.   Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, dan perbandingan dalam pemecahan masalah
3.1   Membuat model matematika dari masalah  yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
3.2  Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
3.3   Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmetika sosial yang sederhana
3.4     Menggunakan perbandingan untuk pemecahan masalah

3.    Membuat kisi-kisi

Gambar 3. Contoh Pengisian Kartu Kisi-Kisi Soal

4.    Menulis Soal

Dari kisi-kisi yang telah disiapkan, susunlah butir soal yang sesuai.

5.    Melakukan telaah instrumen secara kualitatif. Perhatikan kembali butir soal yang telah dibuat.
31
Pada awal suatu tahun Aqsa menabung di sebuah bank sebesar Rp 12.000.000,00. Pada setiap akhir tahun bunganya  ia ambil. Sampai dengan akhir tahun ke-5 seluruh bunga yang telah diambilnya Rp4.800.000,00. Berapa persen bunga yang diberikan oleh bank kepada penabung?
Dari segi kalimat dan bahasa, butir soal di samping sudah bisa dipahami, sehingga bisa digunakan sebagai tes.

6.    Melakukan uji coba dan analisis hasil uji coba tes.
 Setelah kita lakukan telaah instrumen secara kualitatif, selanjutnya adalah melakukan uji coba kepada sekelompok peserta tes. Dari hasil uji coba tersebut, kita analisis secara kuantitatif untuk menentukan validitas, tingkat kesukaran, dan daya beda butir soal, serta reliabilitas instrumen tes.

7.    Merevisi soal
Berdasarkan temuan dari uji coba, jika ternyata diperoleh informasi bahwa soal kita masih perlu diperbaiki (misal daya pembeda rendah, distraktor tidak berfungsi, reliabilitas rendah, atau yang lain), langkah selanjutnya memperbaiki soal tersebut. akan tetapi jika berdasar hasil uji coba soal kita telah termasuk kategori baik, maka soal tersebut telah siap digunakan untuk tes di kelas.

3.    Bentuk Tes lisan
MATA PELAJARAN                      : IPA
KELAS                                           : 2 (DUA) SD/MI

STANDAR KOMPETENSI
      1. Mengenal berbagai bentuk benda dan kegunaannya serta perubahan wujud yang dapat dialaminya

MATERI PEMBELAJARAN
1. Sifat benda cair
2. Sifat benda padat
3. Perubahan benda

PENILAIAN TES LISAN
Pertanyaan untuk Tes Lisan
1.    Bentuknya tetap adalah sifat dari benda …
2.    Selalu mengalir merupakan sifat dari benda …
3.    Perubahan dari benda padat ke cair disebut …
4.    Perubahan benda dari cair ke padat disebut ….
No
Aspek yang dinilai
Skor Maksimal
1
Lafal
5
2
Keberanian
5
3
Pilihan kata
5
4
Kecepatan menjawab
5
TOTAL
20


NILAI AKHIR = Jumlah Skor Perolehan Peserta Didik  x 100
                                       Jumlah Skor Maksimum


MATA PELAJARAN         : IPS
KELAS                               : 2 (DUA) SD/MI

STANDAR KOMPETENSI
1.    Memahami peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis

      MATERI PEMBELAJARAN
      Dokumen pribadi dan keluarga

PENILAIAN TES LISAN
Pertanyaan untuk Tes Lisan
1.    Akta kelahiran dikeluarkan oleh ….
2.    Video pernikahan merupakan ….keluarga
3.    SIM digunakan oleh …
4.    Dokumen berharga sebaiknya disimpan di ….
5.    Pada saat lulus sekolah seorang siswa akan mendapatkan …
No
Aspek yang dinilai
Skor Maksimal
1
Lafal
5
2
Keberanian
5
3
Pilihan kata
5
4
Kecepatan menjawab
5
TOTAL
20









NILAI AKHIR = Jumlah Skor Perolehan Peserta Didik  x 100
                                                Jumlah Skor Maksimum

Contoh: Instrumen Tes Lisan

No
Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Instrumen
Kunci Jawaban
1.
3.4.1. Menjelaskan makna empati yang terkandung dalam Q.S. An-Nisa (4):8
Tes Lisan
Daftar Pertanyaan
Apa yang dimaksud dengan empati?
Empati adalah keadaan mental yang membuat orang merasa dirinya dalam keadaan, perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain.
2
3.4.2. Menjelaskan bentuk- bentuk perilaku empati
Tes Lisan
Daftar Pertanyaan
Jelaskan bentuk- bentuk empati terhadap sesama!
Perilaku empati dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan cara:
1.      peka terhadap perasaan orang lain,
2.      membayangkan seandainya aku adalah dia,
3.      berlatih mengorbankan milik sendiri, dan
4.      membahagiakan orang lain.
3
3.4.2. Menjelaskan alasan bersikap hormat terhadap orangtua
Tes Lisan
Daftar Pertanyaan
Mengapa kita harus bersikap hormat terhadap orangtua?
1.      Ibu mengandung dengan penuh susah payah, kemudian melahirkan dengan mempertaruhkan nyawa­nya;
2.      Ibu menyusui selama dua tahun dengan penuh kasih sayang, dan terjaga malam hari karena memenuhi kebutuhan anaknya;
3.      Ibu dan ayah memelihara kita sehingga kita siap untuk hidup mandiri;
4.      Ayah dan ibu bekerja keras untuk memenuhi keperluan keluarga;
5.      Ayah dan ibu memberi bekal pendidikan;
6.      Ayah dan ibu memberikan kasih sayang dengan ikhlas tanpa meminta balasan.
4
3.4.5. Menjelaskan cara menghormati orangtua ketika masih hidup maupun sudah meninggal dunia.
Tes Lisan
Daftar Pertanyaan
Jelaskan bagaimana cara menghormati orangtua yang masih hidup?
Jelaskan bagaimana cara menghormati orangtua yang sudah meninggal dunia?
1.      Memperlakukan keduanya dengan sopan dan hormat;
2.      Membantu pekerjaanya;
3.      Mengikuti nasihatnya (apabila nasihat itu baik);
4.      Membahagiakan keduanya.


4.    Instrumen Tes Perbuatan
Kaidah penulisan soal tes perbuatan adalah seperti berikut.
A. Materi
1.    Soal harus sesuai dengan indikator (menuntut tes perbuatan: kinerja, hasil karya, atau penugasan).
2.    Pertanyaan dan jawaban yang diharapkan harus sesuai
3.    Materi sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevansi, kontinuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi).
4.    Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.
B. Konstruksi
1.    Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban perbuatan/praktik.
2.    Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
3.    Disusun pedoman penskorannya.
4.    Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca
C. Bahasa/Budaya
1.    Rumusan kalimat soal komunikatif
2.    Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
3.    Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
4.    Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
5.    Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung perasaan peserta didik.
Penulisan Soal Penilaian Kinerja (Performance Assessment)
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam menulis butir soal,perhatikan terlebih dahulu kompetensi dari materi yang akan ditanyakan.

Contoh soal Penilaian Kinerja pada mata pelajaran Penjaskes

“Lakukan teknik dasar menendang, menghentikan bola dengan kaki bagian dalam, luar, telapak kaki dan punggung kaki dengan koordinasi yang baik !” 
RUBRIK PENILAIAN  UNJUK KERJA TEKNIK DASAR PERMAINAN SEPAKBOLA






Keterangan:
Penilaian terhadap kualitas unjuk kerja peserta ujian, dengan rentang nilai antara 1 sampai dengan 4

Rumus penskoran








BAB III
PENUTUP

A.   Simpulan
Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh pendidik atau guru. Evaluasi perlu dilaksanakan agar guru dapat mengukur tingkat pemahaman terhadap materi yang telah disampaikan, kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didik, serta mengetahui efektivitas dan efisiensi strategi guru dalam mengajar.
Evaluasi pembelajaran dengan teknik tes ada beberapa macam, yakni teknik tes tertulis objektif dan subjektif, tes lisan, dan tes perbuatan. Pada teknis tes objektif dibagi lagi menjadi beberapa macam, yaitu pilihan ganda, benar-salah, tes memadukan, tes melengkapi, tes jawaban pendek. Setiap teknik tes memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda-beda juga perbedaan pada aspek yang diukur. Oleh karena itu untuk mengukur aspek-aspek yang ingin diukur dan diketahui harus menyesuaikan dengan materi dan juga jenis tes yang digunakan agar hasil yang diperoleh dapat maksimal serta efektif dan efisien.

B.   Saran
Evaluasi sebaiknya dilaksanakan secara rutin dan sesuai dengan instrumen yang telah dibuat atau berlaku sehingga pelaksanaan evaluasi dapat berjalan efektif dan efisien. Guru perlu menerapkan berbagai bentuk dan jenis tes sesuai dengan materi guna mengetahui peningkatan pada peserta didik dari segala aspek.

Daftar Rujukan

Aini, K.N. 2009. Perbandingan Bentuk Tes Uraian Terbatas Dengan Bentuk Tes Objektif Melengkapi Pilihan Dalam Mengukur Skor Hasil Belajar Siswa Di Ranah Kognitif Pada Mata Pelajaran Kimia Blok 2 Semester Gasal Sma Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2005/2006. Surakarta. http://eprints.uns.ac.id/2179/1/79822107200904351.pdf (Online, 29 Januari 2018)
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi., dan Jabar. 2009. Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Fakultas Teknik. 2015. Pengembangan Perangkat Penilaian Pembelajaran Kompetensi Tata Busana. https://journal.uny.ac.id/ (Online, 6 Februari 2018)
Halim, M.S. 2016. Penilaian Pembelajaran Melalui Rubrik. Jakarta. www.fmidki.org/wp-content/uploads/2016/11/Penyusunan-Rubrik-Penilaian.pdf (Online, 6 Februari 2018)
Haris, Abdul & Jihad. 2012.Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo
Sumaryanta & Ekawati, E. 2011. Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran Matematika Sd/Smp. http://p4tkmatematika.org/file/bermutu%202011/sd/3.pengembangan%20instrumen%20penilaian%20pembelajaran%20....pdf (Online, 6 Februari 2018)
Purwanto, M.N. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Rusli, R.S. 1988. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Sudijono, A. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Sunartana, P.P.N., dan Nurkancana W.1983. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Thoha, M.C. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Priatna, Nanang. Pengembangan Alat Penilaian Proses dan Hasil Belajar    Matematika. http://file.upi.edu/direktori/fpmipa/jur._pend._matematika/196303311988031-nanang_priatna/pengembangan_alat_penilaian.pdf (Online, 6 Februari 2018)


Tidak ada komentar: