Jumat, 19 April 2019

TEORI BELAJAR KOGNITIF

TEORI BELAJAR KOGNITIF
A.    Mengenal Teori Belajar Kognitif
Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget. Teorinya berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata (skema bagaimana seseorang memerepsikan lingkungannya) dalam tahapan perkembangan. Teori ini digolongkan ke dalam kontrusivisme, bukan teori nativisme. Teori kognitif berpendapat bahwa manusia membangun kemampuan kognitifnya melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.
Menurut teori kognitif, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Belajar tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasarnya adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya yang tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
Prinsip kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, prinsip-prinsip tersebut antara lain sebagai berikut:
1.      Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
2.      Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks.
3.      Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian (http://dian75.wordpress.com/2010/07/29/teori-behavioritisme-kognitif-dan-konstrusivisme-serta-implikasi-ketiga-teori-tersebut-dalam-pembelajaran/).
Menurut Suprijono (2009: 22), belajar dilihat dari perspektif kognitif merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral. Perilaku individu bukan semata-semata  respons terhadap yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunaka pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah perseptual. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajar. Bagi yang menganut aliran kognitivistik, belajar tidak hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak hanya berjalan terpatah-patah, tetapi melalui proses mengalir, bersambung, dan menyeluruh.
Penganut psikologi kognitif menyakini belajar dihasilkan dari proses mengorganisasi kembali perpsepsi dan membentuk keterhubungan antara pengalaman yang baru dialami seseorang dan apa yang sudah tersimpan dalam benaknya. Selain itu dalam psikologi kognitif, manusia melakukan pengamatan secara keseluruhan lebih dahulu, menganalisisnya, lalu mensintesiskannya kembali. Teroi kognitif menekankan belajar sebagai proses internal dan belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Konsep terpenting daam teori kognitif selain pengembangan kognitif adalah adaptasi intelektual oleh Jean Piaget. Discovery learning oleh Jerom Bruner, dan Reception Learning oleh Ausubel.

B.     Teori Belajar Menurut Beberapa Pakar
1.      Piaget
Menurut Piaget, proses belajar sebenarnya terjadi dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekulibrasi (penyeimbang)
a.       Proses asimilasi adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yanng sudah ada dalam benak siswa
b.      Proses akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif k dalam situasi yang baru
c.       Proses ekulibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan sntara asimilasi dan akomodasi
Piaget berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif yang dilalui siswa. tahapan tersebut dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori motor, tahap pra-operasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal
a.       Tahap Sensori Motor
(0-2 tahun), seorang anak belajar mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi rangkaian perbuatan yang bermakana.
b.      Tahap Pra-operasional
(2-7 tahun), seorang anak masih ingat dipengaruhi hal khusus yanng didapat dari pengalaman menggunakan indra sehingga ia belum mampu utuk melihat dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten.
c.       Tahap Operasional Konkret
(7-11 tahun), seorang anak dapat membuat kesimpulan dari sesuatu pada situasi nyata atau dengan menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari situasi nyata secara bersama-sama.
d.      Tahap Operasional Formal
(11 tahun ke atas), kegiatan kognitif tidak mesti menggunakan benda nyata. Pada tahap ini, kemampuan menalar secara abstrak menigkat sehingga seseoranng mampu berfikir secara deduktif. Pada tahap ini pula, seseorang mampu mepertimbangkan aspek dari situasi secara bersama-sama.
Piaget juga berpendapat bahwa perkembangan kognitif seorang siswa adalah melalui suatu proses asimilasi dan akomodasi. Dalam pikiran seseorang, sudah terdapat struktur kognitif yang disebut skema. Setiap orang selalu berusaha mencari suatu keseimbangan, kesesuaian antara apa yang harus dialami dan apa yang ada pada struktur kognitifnya. Jika pengalaman barunya cocok dengan yang tersimpan ada kerangka kognitifnya, proses asimilasi dapat terjadi dengan mudah, dan keseimbangan tidak terganggu. Jika apa yang tersimpan tidak cocok dengan pengalaman barunya, ketidakseimbangan akan terjadi, dan anak akan berusaha menyeimbangkan lagi. Dengan demikian diperlukan akomodasi. Dapat disimpulkan asimilasi adalah suatu proses tempat informasi yang baru menyatukan diri ke dalam kerangka kognitif yan ada, sedangkan akomodasi adalah suatu proses perubahan atau pegembangan kerangka kognitif yang ada agar sesuai dengan pengalaman baru yang dialamainya. Perubahan pada struktur kognitif akan terus terjadi sampai terjadi keseimbangan. Proses asimilasi dan akomodasi ini sering juga disebut dengan proses adaptasi.
Piaget juga mengemukakan selain disebabkan proses asimilasi dan akomodasi, perkembangan kognitif seorang anak juga dipengaruhi kematangan dari otak sistem saraf anak, interaksi anak dengan objek di sekitarnya, kegiatan mental anak dalam meghubungkan pengalamannya kerangka kognitif, kegiatan mental anak dalam menghubungkan pengalamannya dengan kerangka kognitifnya, dan interaksi anak dengan orang disekitar.
Berdasarkan hal yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif, para pengikut Piaget menyatakan pentingnya kegiatan dalam proses belajar. Mereka meyakini pengalaman belajar aktif cenderung meningkatkan perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar pasif cenderung mempunyai akibat yang lebih sedikit dalam mningkatkan perkembangan kognitif anak.
2.      Bruner
Bruner mengusulkan teorinya yang disebut Free Sicovery Learning . menurut teori ini, proses belajar berjalan dengan baik jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan aturan melalui contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya. Siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum. Lawan pendekatan ini disebut “belajar ekspositori” (belajar dengan cara menjelaskan). Dalam hal ini, siswa diberi informasi umum untuk diminta menjelaskan informasi melalui contoh khusus dan konkret.
Selain itu, Bruner mengemukakan perlu teori pembelajaran yang menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas. menurut pandangan Bruner, teori belajar bersifat deskriptif, sedangkan teori pembelajaran bersifat prespektif. Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan, yakni sebagai berikut.
a.       Tahap enaktif
Seseorang melakukan aktivitas untuk memahami lingkungan sekitarnya, suatu tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran yang bersifat abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan benda-benda konkret. Dengan demikian, topik pembelajaran tersbut direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata.
b.      Tahap Ikonik
Suatu tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran bersifat abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan ikon, gambar, yang menggambarkan kegiatan nyata dengan benda konkret. Memahami dunia sekitar anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan
c.       Tahap Simbolik
Seseorang telah mampu memiliki ide abstrak yang sangat dipengaruhi kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Cara yanng baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan.
3.      David P.Ausubel
Pernahkah anda mendapati seorang anak SD yang mampu berteriak-teriak “Ini Budi, Ini Ibu Budi”, tetapi ia tidak tahu mana yang suku kata “bu” dan mana suku kata “di”. Cara belajar dengan membeo seperti yang telah dilakukan siswa SD disebut dengan belajar hafalan (rote learning) oleh Ausubel sebagaimana pernyataannya yang dikutip Bell (1978: 132) berikut: “.... if the learn’s intention is to memorise is verbatim as a series of arbitrarily related word, both the learning process and the learning outcome must necessarily be rote and meaningless.” Jika seseorang berkeinginan mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya, maka naik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan bermakna sama sekali baginya.
Kelemahan belajar hafalan adalah seseorang kemungkinan besar tidak dapat menjawab soal baru lainnya , karena seperti materi matematika bukanlah pengetahuan yang terpisah-pisah, namun merupakan suatu pengetahuan yang utuh dan saling berkaitan. Setiap siswa harus menguasai beberapa konsep dan keterampilan terlebih dahulu. Setelah itu siswa harus mengaitkan antara pengetahuan yang baru dan pengetahuan yang sudah dipunyainya agar terjadi suatu proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning). Jelaslah bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan sangat menentukan proses pembelajaran. Belajar hafalan (rote learning) akan terjadi jika para siswa tidak mampu mengaitkan pengetahuan yang baru dengan yang lama. Tugas gurulah untuk memberi kemudahan siswanya sehingga mereka dapat dengan mudah mengaitkan pengetahuan barunya dengan yang sudah ada di dalam pikirannya.

C.     Aplikasi Teori Kognitif dalam Pembelajaran
Aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
1.      Guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berifikirnya
2.      Guru menyusun materi dengan menggunakan pola tertentu dari sederhana ke kompleks
3.      Guru menciptakan pembelajaran yang bermakna
4.      Guru memerhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan, yaitu sebagai berikut.
1.      Memusatkan perhatian kepada cara berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya
2.      Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar.
3.      Memaklumi akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajua perkembangan.
4.      Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi.

D.    Kelebihan dan kekurangan Teori Belajar Kognitivistik
a.       Kelebihan
-          Menjadikan siswa lebh kreatif dan mandiri
-          Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
b.      Kekurangan
-          Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan
-          Sulit dipraktikan, khususnya ditingkat lanjut
-          Beberapa prinsip , seperti inteligensi , sulit dipahami dan pemahamannya belum tuntas

Tidak ada komentar: