TEORI
BELAJAR KOGNITIF
A. Mengenal
Teori Belajar Kognitif
Teori kognitif dikembangkan
oleh Jean Piaget. Teorinya berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan.
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata (skema bagaimana seseorang memerepsikan lingkungannya)
dalam tahapan perkembangan. Teori ini digolongkan ke dalam kontrusivisme, bukan
teori nativisme. Teori kognitif berpendapat bahwa manusia membangun kemampuan
kognitifnya melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap
lingkungan.
Menurut teori
kognitif, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Belajar tidak selalu
berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasarnya adalah
setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya yang
tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini, proses belajar akan
berjalan dengan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
Prinsip kognitif
banyak dipakai di dunia pendidikan, prinsip-prinsip tersebut antara lain
sebagai berikut:
1. Seseorang
yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran
tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
2. Penyusunan
materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks.
3. Belajar
dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa
pengertian penyajian (http://dian75.wordpress.com/2010/07/29/teori-behavioritisme-kognitif-dan-konstrusivisme-serta-implikasi-ketiga-teori-tersebut-dalam-pembelajaran/).
Menurut
Suprijono (2009: 22), belajar dilihat dari perspektif kognitif merupakan
peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral. Perilaku individu bukan
semata-semata respons terhadap yang ada,
melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
Belajar
adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunaka pengetahuan.
Belajar menurut teori kognitif adalah perseptual. Belajar merupakan perubahan
persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku
yang nampak.
Teori
ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajar. Bagi yang
menganut aliran kognitivistik, belajar tidak hanya melibatkan hubungan antara
stimulus dan respons. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun
melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini
tidak hanya berjalan terpatah-patah, tetapi melalui proses mengalir,
bersambung, dan menyeluruh.
Penganut psikologi kognitif menyakini belajar
dihasilkan dari proses mengorganisasi kembali perpsepsi dan membentuk
keterhubungan antara pengalaman yang baru dialami seseorang dan apa yang sudah
tersimpan dalam benaknya. Selain itu dalam psikologi kognitif, manusia
melakukan pengamatan secara keseluruhan lebih dahulu, menganalisisnya, lalu
mensintesiskannya kembali. Teroi kognitif menekankan belajar sebagai proses
internal dan belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berfikir yang
sangat kompleks. Konsep terpenting daam teori kognitif selain pengembangan
kognitif adalah adaptasi intelektual oleh Jean Piaget. Discovery learning oleh Jerom Bruner, dan Reception Learning oleh Ausubel.
B. Teori
Belajar Menurut Beberapa Pakar
1. Piaget
Menurut Piaget, proses
belajar sebenarnya terjadi dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan
ekulibrasi (penyeimbang)
a. Proses
asimilasi adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yanng
sudah ada dalam benak siswa
b. Proses
akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif k dalam situasi yang baru
c. Proses
ekulibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan sntara asimilasi dan akomodasi
Piaget
berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan
kognitif yang dilalui siswa. tahapan tersebut dibagi menjadi empat tahap, yaitu
tahap sensori motor, tahap pra-operasional, tahap operasional konkret, dan
tahap operasional formal
a. Tahap
Sensori Motor
(0-2 tahun), seorang anak belajar
mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi rangkaian
perbuatan yang bermakana.
b. Tahap
Pra-operasional
(2-7 tahun), seorang anak masih ingat
dipengaruhi hal khusus yanng didapat dari pengalaman menggunakan indra sehingga
ia belum mampu utuk melihat dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten.
c. Tahap
Operasional Konkret
(7-11 tahun), seorang anak dapat
membuat kesimpulan dari sesuatu pada situasi nyata atau dengan menggunakan
benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari situasi nyata secara
bersama-sama.
d. Tahap
Operasional Formal
(11 tahun ke atas), kegiatan kognitif
tidak mesti menggunakan benda nyata. Pada tahap ini, kemampuan menalar secara
abstrak menigkat sehingga seseoranng mampu berfikir secara deduktif. Pada tahap
ini pula, seseorang mampu mepertimbangkan aspek dari situasi secara
bersama-sama.
Piaget
juga berpendapat bahwa perkembangan kognitif seorang siswa adalah melalui suatu
proses asimilasi dan akomodasi. Dalam pikiran seseorang, sudah terdapat
struktur kognitif yang disebut skema. Setiap orang selalu berusaha mencari
suatu keseimbangan, kesesuaian antara apa yang harus dialami dan apa yang ada
pada struktur kognitifnya. Jika pengalaman barunya cocok dengan yang tersimpan
ada kerangka kognitifnya, proses asimilasi dapat terjadi dengan mudah, dan
keseimbangan tidak terganggu. Jika apa yang tersimpan tidak cocok dengan
pengalaman barunya, ketidakseimbangan akan terjadi, dan anak akan berusaha
menyeimbangkan lagi. Dengan demikian diperlukan akomodasi. Dapat disimpulkan asimilasi
adalah suatu proses tempat informasi yang baru menyatukan diri ke dalam
kerangka kognitif yan ada, sedangkan akomodasi adalah suatu proses perubahan
atau pegembangan kerangka kognitif yang ada agar sesuai dengan pengalaman baru
yang dialamainya. Perubahan pada struktur kognitif akan terus terjadi sampai
terjadi keseimbangan. Proses asimilasi dan akomodasi ini sering juga disebut
dengan proses adaptasi.
Piaget
juga mengemukakan selain disebabkan proses asimilasi dan akomodasi, perkembangan
kognitif seorang anak juga dipengaruhi kematangan dari otak sistem saraf anak,
interaksi anak dengan objek di sekitarnya, kegiatan mental anak dalam
meghubungkan pengalamannya kerangka kognitif, kegiatan mental anak dalam
menghubungkan pengalamannya dengan kerangka kognitifnya, dan interaksi anak
dengan orang disekitar.
Berdasarkan
hal yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif, para pengikut Piaget
menyatakan pentingnya kegiatan dalam proses belajar. Mereka meyakini pengalaman
belajar aktif cenderung meningkatkan perkembangan kognitif, sedangkan
pengalaman belajar pasif cenderung mempunyai akibat yang lebih sedikit dalam
mningkatkan perkembangan kognitif anak.
2. Bruner
Bruner mengusulkan
teorinya yang disebut Free Sicovery
Learning . menurut teori ini, proses belajar berjalan dengan baik jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan aturan melalui contoh yang
menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya. Siswa dibimbing secara induktif
untuk memahami suatu kebenaran umum. Lawan pendekatan ini disebut “belajar
ekspositori” (belajar dengan cara menjelaskan). Dalam hal ini, siswa diberi
informasi umum untuk diminta menjelaskan informasi melalui contoh khusus dan
konkret.
Selain itu, Bruner
mengemukakan perlu teori pembelajaran yang menjelaskan asas-asas untuk
merancang pembelajaran yang efektif di kelas. menurut pandangan Bruner, teori
belajar bersifat deskriptif, sedangkan teori pembelajaran bersifat prespektif.
Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan, yakni sebagai berikut.
a. Tahap
enaktif
Seseorang melakukan aktivitas untuk
memahami lingkungan sekitarnya, suatu tahap pembelajaran ketika materi
pembelajaran yang bersifat abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan
benda-benda konkret. Dengan demikian, topik pembelajaran tersbut
direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata.
b. Tahap
Ikonik
Suatu tahap pembelajaran ketika
materi pembelajaran bersifat abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan ikon,
gambar, yang menggambarkan kegiatan nyata dengan benda konkret. Memahami dunia
sekitar anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan
c. Tahap
Simbolik
Seseorang telah mampu memiliki ide
abstrak yang sangat dipengaruhi kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Cara
yanng baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui
proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan.
3. David
P.Ausubel
Pernahkah anda
mendapati seorang anak SD yang mampu berteriak-teriak “Ini Budi, Ini Ibu Budi”,
tetapi ia tidak tahu mana yang suku kata “bu” dan mana suku kata “di”. Cara
belajar dengan membeo seperti yang telah dilakukan siswa SD disebut dengan belajar
hafalan (rote learning) oleh Ausubel
sebagaimana pernyataannya yang dikutip Bell (1978: 132) berikut: “.... if the learn’s intention is to memorise is
verbatim as a series of arbitrarily related word, both the learning process and
the learning outcome must necessarily be rote and meaningless.” Jika
seseorang berkeinginan mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu
dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya, maka naik proses maupun hasil
pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan bermakna sama
sekali baginya.
Kelemahan belajar
hafalan adalah seseorang kemungkinan besar tidak dapat menjawab soal baru
lainnya , karena seperti materi matematika bukanlah pengetahuan yang
terpisah-pisah, namun merupakan suatu pengetahuan yang utuh dan saling
berkaitan. Setiap siswa harus menguasai beberapa konsep dan keterampilan
terlebih dahulu. Setelah itu siswa harus mengaitkan antara pengetahuan yang
baru dan pengetahuan yang sudah dipunyainya agar terjadi suatu proses
pembelajaran yang bermakna (meaningful
learning). Jelaslah bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan sangat
menentukan proses pembelajaran. Belajar hafalan (rote learning) akan terjadi jika para siswa tidak mampu mengaitkan pengetahuan
yang baru dengan yang lama. Tugas gurulah untuk memberi kemudahan siswanya sehingga
mereka dapat dengan mudah mengaitkan pengetahuan barunya dengan yang sudah ada
di dalam pikirannya.
C. Aplikasi
Teori Kognitif dalam Pembelajaran
Aplikasi teori belajar
kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Guru
harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berifikirnya
2. Guru
menyusun materi dengan menggunakan pola tertentu dari sederhana ke kompleks
3. Guru
menciptakan pembelajaran yang bermakna
4. Guru
memerhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
Piaget menjabarkan implikasi teori
kognitif pada pendidikan, yaitu sebagai berikut.
1. Memusatkan
perhatian kepada cara berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada
hasilnya
2. Mengutamakan
peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan
belajar.
3. Memaklumi
akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajua perkembangan.
4. Mengutamakan
peran siswa untuk saling berinteraksi.
D. Kelebihan
dan kekurangan Teori Belajar Kognitivistik
a. Kelebihan
-
Menjadikan siswa lebh kreatif
dan mandiri
-
Membantu siswa memahami
bahan belajar secara lebih mudah
b. Kekurangan
-
Teori tidak menyeluruh
untuk semua tingkat pendidikan
-
Sulit dipraktikan,
khususnya ditingkat lanjut
-
Beberapa prinsip ,
seperti inteligensi , sulit dipahami dan pemahamannya belum tuntas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar