BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin Communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama (sama dalam
artian sama makna). Sedangkan Lasswell dalam Effendy (2006:10) menyatakan
komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi dapat didefinisikan
sebagai pemberitahuan atau suatu aktivitas pemindahan (penyampaian) informasi
dari komunikator (pemberi informasi) kepada komunikan (penerima informasi,
kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan belum tentu menimbulkan
kesamaan makna (Effendy, 2006; Soetopo,2010).
Komunikasi berhubungan erat dengan tipe organisasi
yang dipakai baik untuk tujuan pengumpulan maupun untuk tujuan penyebaran
informasi. Untuk mengadakan komunikasi dapat digunakan berbagai sarana seperti:
telepon, telex, radio, televisi, surat kabar, majalah, dan sebagainya.
B.
Unsur-Unsur Komunikasi
Soetopo
(2010:92) menyatakan ada beberapa unsur komunikasi, yakni:
1.
Komunikator
Satu atau lebih dari satu orang yang menyampaikan
pesan (informasi) kepada komunikan.
2.
Informasi (pesan)
Sesuatu yang disampaikan kepada komunikan.
3.
Komunikan
Satu atau beberapa orang yang menerima pesan
(informasi) dari komunikator.
4.
Media
Sarana yang dipakai untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada komunikan. Media yang digunakan disebut juga saluran (channel).
5.
Umpan balik atau
efek
Tanggapan atau respon dari komunikan ketika memperoleh
pesan dari komunikator.
C.
Fungsi Komunikasi Dalam Dalam Organisasi
Komunikasi merupakan salah satu unsur yang penting
dalam aktivitas suatu organisasi untuk memcapai tujuan yang ditetapkan. Ada
beberapa fungsi dari komunikasi yang ada di organisasi, yaitu:
1.
Fungsi Informatif
Menyampaikan berbagai informasi, seperti peraturan
kerja, kebijakan pimpinan, sosialisasi tujuan baik yang dibutuhkan karyawan
maupun manajer, serta sebagai tanggapan.
2.
Fungsi Regulasi
Sebagai pengendali dan pengatur berbagai aktivitas
yang ada dalam organisasi, misalnya berupa perintah (instruksi) serta laporan
pertanggung jawaban.
3.
Fungsi Persuasif
Komunikasi berfungsi untuk mempengaruhi dan meyakinkan
antara yang satu dengan yang lainnya agar mau mengikuti apa yang diinginkan
oleh pihak yang mempengaruhi. Misalnya agar mengikuti perintahnya, menerima ide
atau gagasannya, keselarasan/kesamaan dalam berfikir.
4.
Fungsi Integratif
Untuk menyatukan arah setiap bagian maupun setiap
aktivitas yang dilakukan, sehingga organisasi sebagai sebuah system berjalan
secara utuh dan terpadu dalam mencapai tujuan.
D.
Macam-Macam Komunikasi
Menurut
Sagala (2007:118) komunikasi pokok yang terjadi di sekolah adalah komunikasi
pembelajaran, yaitu aktivitas belajar mengajar, karena tanpa komunikasi proses
belajar mengajar tidak akan dapat dilaksanakan.
Macam-macam komunikasi menurut Mohyi
(2012:93) dapat dikelompokkan berdasarkan tempatnya, lambang yang dipakai, dan
metode atau teknik yang dipakai.
1.
Berdasarkan
tempatnya, terdiri dari:
a.
Komunikasi
Internal (Internal Communication), yaitu komunikasi yang terjadi antara manajer
dengan komunikan (pendengar) atau komunikasi antara individu atau kelompok
dengan individu atau kelompok lain di dalam suatu organisasi. Komunikasi
internal terdiri dari:
1)
Komunikasi
vertikal
Komunikasi
vertikal adalah komunikasi yang terjadi antara pimpinan dengan bawahan atau
komunikasi dari atas kebawah (down ward communication) dan dari bawah ke atas
(up ward communication). Komunikasi ini juga dapat diartikan sebagai komunikasi
dua arah secara timbal balik antara pimpinan dan bawahan. Dimana dalam
komunikasi ini, pimpinan memberi perintah, arahan, penjelasan, dan lainnya,
sedangkan bawahan memberikan laporan, ide, ataupun saran kepada pemimpinnya.
Komunikasi ini cenderung bersifat formal.
2)
Komunikasi
horizontal
Komunikasi
horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara karyawan ataupun pimpinan yang
memiliki tingkat jabatan sama, misalnya antara karyawan satu dengan karyawan
yang lain. Komunikasi semacam ini dapat bersifat formal maupun non formal.
3)
Komunikasi
diagonal
Komunikasi
diagonal disebut juga komunikasi silang yaitu komunikasi antar karyawan yang
memiliki tingkat kedudukan berbeda. Komunikasi ini dapat bersifat formal maupun
non formal.
b.
Komunikasi
Eksternal yaitu komunikasi yang terjadi antara karyawan atau personal lain yang
mewakili organisasi dengan masyarakat atau lembaga yang berada diluar
lingkungan organisasi tersebut. Komunikasi eksternal terdiri atas:
1)
Komunikasi dengan
masyarakat sekitar (community relation)
Komunikasi
ini adalah komunikasi antar personal yang mewakili organisasi dengan masyarakat
sekitarnya. Komunikasi ini bersifat informatif yang berarti sekedar memberikan
informasi, untuk menjalin kerjasama, maupun bersifat persuasif yaitu membujuk,
misalnya promosi produk. Komunikasi ini dapat dilakukan dengan dua cara:
a)
Secara langsung
(face to face communication) atau tanpa media
b)
Secara tidak
langsung atau menggunakan media, baik media massa maupun media non massa.
2)
Komunikasi dengan
lembaga, instansi, atau organisasi lain.
Yaitu
komunikasi antar organisasi atau personal yang mewakili organisasi dengan instansi,
organisasi atau lembaga lain. Komunikasi ini dapat terjadi karena adanya suatu
kepentingan antara kedua instansi, Lembaga, atau organisasi lain.
3)
Komunikasi dengan
pers
Yaitu
komunikasi yang terjadi antar organisasi dengan pihak pers, misalnya ada
kepentingan tertentu seperti pemasangan iklan maupun menanggapi atau
menjelaskan mengenai permasalahan yang terjadi dengan organisasi lain.
4)
Komunikasi dengan
pelanggan
Yaitu
komunikasi antara organisasi dengan para pelanggan, terutama terkait dengan
pemasaran produk/jasa yang dihasilkan organisasi.
2.
Berdasarkan
lambang yang digunakan
a.
Komunikasi verbal
1)
Komunikasi lisan
2)
Komunikasi tulisan
b.
Komunikasi non
verbal
1)
Komunikasi dengan
Gerak Isyarat (gesture)
2)
Komunikasi dengan
Gambar
3)
Komunikasi dengan
Warna
3.
Berdasarkan metode
(Teknik) dalam berkomunikasi
a.
Komunikasi
langsung
1)
Komunikasi antar
personal
2)
Komunikasi dengan
kelompok
a)
Kelompok besar
b)
Kelompok kecil
b.
Komunikasi tidak
langsung
1)
Komunikasi dengan
media masa
2)
Komunikasi dengan
media non masa
E.
Proses atau Langkah-Langkah Dalam Komunikasi
Menurut Mohyi (2012: 95) proses aktivitas
komunikasi berawal dari si komunikator atau pengirim pesan, dimana proses
tersebut disusun sebagai berikut:
1.
Pengirim
(komunikator) mempunyai suatu ide/gagasan
2.
Pengirim mengubah
ide menjadi sebuah pesan dan memformulasikan pesan kedalam bentuk bahasa
3.
Pengirim
menentukan pemakaian saluran atau tidak
4.
Pengirim mengirim
pesan
5.
Penerima
(komunikan) menerima pesan
6.
Penerima
menafsirkan pesan
7.
Penerima
memberikan (mengirim) umpan balik kepada pengirim atau bereaksi mengikuti,
menolak atau diam.
Proses komunikasi tersebut dapat
digambarkan seperti berikut:
|
KOMUNIKATOR
|
Encoding
|
PESAN/BERITA
|
SALURAN/MEDIA
|
KOMUNIKAN
|
Decoding
|
UMPAN
BALIK
|
F.
Pola
Komunikasi Dalam Organisasi
Istilah
pola komunikasi disebut juga bentuk, struktur komunikasi. Yang dimaksud pola
komunikasi yaitu pola alur gerak komunikasi terjadi, dimana pesan/informasi
terkirim dari komunikator pada komunikan yang satu dan pada yang lainya.
Barker
dalam Sri Haryani menjelaskan bahwa pola komunikasi terdiri dari lima pola
(bentuk), yaitu:
1.
Bentuk (pola) Roda
Pola
komunikasi yang berbentuk roda ini merupakan komunikasi dengan dua saluran, dimana
setiap individu (peserta didik) mengirim dan menerima pesan (informasi) ke atau
dari pusat komunikasi serta pusat komunikasi menerima maupun mendistribusikan
informasi yang diterimanya.
2.
Bentuk Y
Pola
komunikasi yang berbentuk Y terjadi dimana pusat komunikasi tidak dapat
berkomunikasi langsung dengan seluruh individu, tetapi ada individu yang
komunikasinya harus melalui individu yang lain.
3.
Bentuk Rantai
Pola
komunikasi yang berbentuk rantai (chain) yaitu pola komunikasi yang berantai, dimana
seorang individu menerima dan mengirimkan pesan (informasi) pada individu yang
lain serta individu yang berada di akhir jaringan hanya dapat mengirim atau
menerima pesan dari satu arah (satu posisi).
4.
Bentuk Lingkaran
Pola
komunikasi yang berbentuk lingkaran adalah pola komunikasi dimana masing-masing
individu menerima dan mengirim pesan ke sebelah kiri dan sebelah kanannya,
tetapi tidak bisa menerima dan mengirim pesan secara langsung ke seluruh
individu.
5.
Bentuk Formasi Semua Arah
Pola
komunikasi yang berbentuk formasi semua arah yaitu pola komunikasi dimana semua
individu pada semua posisi dapat menerima dan mengirim pesan (informasi) semua
arah.
Pola
komunikasi yang telah diurai di atas dapat digambarkan seperti pada gambar berikut:
G.
Saluran
Komunikasi Dalam Organisasi
Di dalam
organisasi, saluran komunikasi (channel of communication) yang dapat digunakan
untuk menyampaikan pesan dari seorang komunikator kepada komunikan, baik
komunikasi yang bersifat vertikal, horizontal maupun diagonal, antara lain:
pertemuan tatap muka antara guru dan peserta didik, pertemuan kelompok antar
sesama guru maupun pertemuan kelompok antar sesama peserta didik.
Saluran
komunikasi yang cukup banyak tersebut di atas, dapat dijadikan media oleh
komunikator dan komunikan-komunikan untuk mengirim dan menerima pesan
(informasi). Efektif dan efisien-tidaknya penggunaan saluran tersebut
tergantung beberapa hal antara lain situasi, kondisi, jenis komunikasi,
kemampuan serta fasilitas yang dimiliki.
H.
Syarat-Syarat
Komunikasi Agar Efektif
Agar komunikasi
yang dilakukan dapat efektif dan efisien, maka ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
1.
Komunikasi harus dilandasi rasa saling
percaya atau adanya pengertian.
2.
Komunikasi yang dilaksanakan harus
memenuhi syarat:
a. Jelas
b. Tegas
c. Lengkap
d. Singkat
e. Tepat
waktu
3.
Dalam melaksanakan komunikasi perlu
memperhatikan situasi dan kondisi.
4.
Apabila dianggap perlu, maka pelaksanaan
komunikasi dapat menggunakan persuasi (memasukkan faktor sugesti sehingga apa
yang diinginkan dapat merubah sikap, tingkah laku, dan perbuatan dari bawahan
yang dapat mencapai sasaran).
I.
Hambatan-Hambatan
Dalam Komunikasi
Menurut Mohyi
(2012:97) komunikasi tidak terlepas dari adanya hambatan-hambatan, dimana
hambatan–hambatan tersebut sangat berpengaruh pada tercapai tidaknya tujuan
dari komunikasi itu sendiri.
Menurut Mohyi (2012:97) hambatan–hambatan
dalam mengadakan komunikasi tersebut antara lain:
1.
Hambatan kondisi psikologis.
Yaitu hambatan yang berupa kondisi
psikologis, baik terjadi pada komunikator maupun komunikasi tidak mendukung
kelancaran maupun pencapaian tujuan dalam berkomunikasi. Hambatan ini misalnya:
kondisi sedang sedih, bingung, putus asa, stres.
2.
Hambatan kondisi fisik (biologis)
Yaitu hambatan yang berupa kondisi
fisik yang tidak mendukung kelancaran dalam berkomunikasi, seperti tuli, buta,
atau panca indra yang tidak sempurna terkait kepentingan komunikasi.
3.
Hambatan pengetahuan.
Yaitu hambatan yang berupa kurangnya
pengetahuan terkait kepentingan aktivitas komunikasi maupun hambatan karena
perbedaan tingkat pengetahuan antara komunikator dan komunikan, sehingga
menyebabkan terjadinya kesalahan penafsiran.
4.
Hambatan bahasa.
Yaitu hambatan komunikasi karena
adanya perbedaan bahasa antara komunikator dengan komunikan maupun perbedaan
makna istilah bahasa yang digunakan, misalnya “atos” berarti keras (bahasa
Jawa) dan sudah (bahasa Sunda), “arek” berarti anak – anak (bahasa Jawa) dan clurit
(bahasa Madura).
5.
Kurang adanya motivasi.
Yaitu hambatan yang berupa kurangnya
motivasi maupun empati antar pihak yang berkomunikasi.
6.
Banyaknya perantara/saluran yang terlalu
panjang.
Yaitu hambatan yang diakibatkan
terlalu banyak perantara/saluran yang menyebabkan terjadinya pengurangan atau
penambahan pesan (informasi) yang pada akhirnya makna (maksud) pesan yang
diterima komunikan tidak sesuai dengan makna pesan yang dikirim komunikator.
7.
Kurang adanya partisipasi.
Yaitu hambatan karena kurang adanya
partisipasi antar pihak, terutama dari pihak komunikator dalam proses
komunikasi untuk mencapai tujuannya.
Sedangkan hambatan dalam komunikasi
menurut Ducan dikutip oleh Adam I. Indarawijaya (1986) dalam Mohyi (2012:97), yaitu ada lima macam:
1.
Kurang memperhatikan pengalaman orang lain
(experience by pass).
2.
Penggunaan istilah teknis yang tidak dapat
dimengerti oleh orang yang menerima pesan (use of technical terms).
3.
Pemilihan media yang salah (media
selection).
4.
Gangguan dari keadaan sekeliling (environmental
distortion).
5.
Penggunaan kata–kata yang mempunyai arti
ganda (abstract nature of words).
J.
Keuntungan
Adanya Komunikasi Yang Baik
Menurut Mohyi
(2012:98) komunikasi yang baik sangatlah penting untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan dengan kata lain adanya komunikasi yang baik sangat menguntungkan
terutama bagi seorang komunikator agar apa yang diinginkan dapat dilakukan oleh
komunikan.
Keuntungan dengan adanya komunikasi yang
baik menurut Mohyi (2012:98) yaitu:
a.
Kelancaran tugas dapat lebih terjamin.
b.
Pengeluaran (biaya) dapat ditekan
(efisien)
c.
Dapat meningkatkan partisipasi karyawan.
d.
Memudahkan dalam mengadakan pengawasan.
K.
Komunikasi
dan Posisi Diri Dalam Jendela Johari
Mohyi (2012:98)
menyebutkan bahwa untuk menganalisa posisi diri (pribadi) kita dalam
hubungannya (komunikasi) dengan orang lain dapat dilakukan melalui suatu
kerangka analisa “jendela johari” (Johari Window).
Jendela
Johari merupakan suatu kerangka atau model analisa untuk menganalisa dinamika
interaksi antara seseorang dengan orang lain. Model analisa ini dikembangkan
oleh Joseph Luft dan Harry Ingham, dimana dapat digunakan untuk menganalisa
dimana posisi pribadi kita sebagai individu dalam hubungannya dengan orang
lain. Dengan mengetahui posisi pribadi, diharapkan kita selalu instrospeksi
diri dan berusaha memperbaiki kelemahan serta meningkatkan kelebihan dalam
rangka menjalin komunikasi yang lebih harmonis dengan orang lain.
Menurut
Mohyi (2012:98) dalam model “Jendela Johari” dikenal ada empat macam kotak
kaca:
1.
Kotak kaca terbuka.
Kotak kaca ini dikenal juga dengan
istilah “Arena” (daerah terbuka), yang berhubungan dengan hal – hal yang kita
ketahui tentang diri kita dan orang lain juga mengetahuinya. Dilihat dari tipe
kepribadian, orang yang mengetahui (mengenal) tentang dirinya (misal: kelebihan
dan kekurangan dirinya) dan orang lain mengetahui tentang diri orang tersebut,
maka dapat dikatakan mempunyai tipe “Pribadi Terbuka” (open self).
2.
Kotak kaca yang ditirai.
Kotak kaca ini disebut juga dengan
“blind spoot” (daerah buta), yang berhubungan dengan hal – hal yang tidak kita
ketahui tentang diri kita, tetapi orang lain mengetahuinya. Orang yang tidak
mengetahui (mengenal) dirinya, tetapi orang lain mengetahui (mengenal) orang tersebut, dapat dikatakan
mempunyai tipe “pribadi buta” (blind self).
3.
Kotak kaca yang bertopeng.
Kotak kaca ini disebut juga dengan
“Facade” (daerah tersembunyi), yang berhubungan dengan hal – hal yang kita
ketahui tentang diri kita dan orang lain tidak mengetahuinya. Orang yang
mengetahui tentang dirinya dan orang lain tidak mengetahui (mengenal) tentang
orang tersebut, dapat dikatakan “Pribadi Tersembunyi” (hidden self).
4.
Kotak kaca tertutup.
Kotak kaca ini disebut juga dengan
“Unknown” (tidak diketahui), yang berhubungan dengan hal – hal yang tidak kita
ketahui tentang diri kita dan orang lain tidak mengetahui juga. Orang yang
tidak mengetahui tentang dirinya dan orang lain juga tidak mengetahuinya,
dikatakan “pribadi tak dikenal” (undiscovered self).
Model “Jendela Johari” tersebut
diatas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Pribadi terbuka Pribadi buta
Arena BLIND SPOT
Kaca terbuka kaca ditirai
Pribadi tersembunyi Pribadi tak dikenal
FACADE UNKNOWN
Kaca bertopeng Kaca tertutup
|
Diketahui
Orang Lain
Tidak Diketahui Orang
lain
Diketahui diri sendiri Tidak diketahui diri sendiri
Gambar : Model Jendela
Johari
Untuk
sekedar introspeksi diri, sekali - kali
kita dapat menganalisa posisi diri kita dengan cara mengidentifikasi kebiasaan
(kepribadiaan), kelebihan dan kekurangan yang kita miliki baik bersifat fisik
maupun non fisik. Kemudian meminta orang lain dua atau lebih untuk
mengidentifikasi kebiasaan, kelebihan, dan kekurangan yang kita miliki baik
yang bersifat fisik maupun non fisik. Selanjutnya kita cocokkan penilaian
(identifikasi) yang kita lakukan atas diri kita dengan identifikasi yang
dilakukan oleh orang lain atas diri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar