Minggu, 05 Mei 2019

MODEL-MODEL EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN

BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan pada bab I. Pada bagian ini disajikan tentang (a) pengertian model evaluasi, (b) evaluasi model PICC, (c) evaluasi model Krickpatrick, (d) rancangan evaluasi program.
A.    Pengertian Model Evaluasi
Menurut Good dalam Sukardi (2011) model secara definisi diartikan sebagai a likeness that aid on in understanding a structure process used by scientist, when the phenomena studied would otherwise be undiscribable. Di samping definisi tersebut, Sukardi (2011) memberikan batasan mengenai model, yaitu struktur tersebut berfungsi sebagai penyederhanaan konsep yang digunakan untuk memperoleh pemahaman terhadap suatu fenomena yang ingin diterangkan. Sedangkan evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif tepat dalam mengabil keputusan.
Model evaluasi ini muncul karena adanya usaha eksplanasi secara kontinu yang diturunkan dari perkembangan pengukuran dan keinginan manusia untuk berusaha menerapkan prinsip-prinsip evaluasi pada cakupan yang lebih abstrak pada bidang ilmu pendidikan, perilaku dan seni (Sukardi, 2008).
Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat. Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evauasi. Biasanya model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga, atau instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan.
B.     Evaluasi Model CIPP
Model evaluasi CIPP merupakan salah satu dari beberapa teknik evaluasi lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Owen (1993) menjelaskan bahwa CIPP merupakan sebuah model evaluasi yang menggunakan pendekatan manajemen (manajement-oriented evaluation approach) atau disebut sebagai bentuk evaluasi manajemen program (evaluation in program manajement). Evaluasi model CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam, banyak dikenal dan digunakan oleh para evaluator (Arikunto & Jabar,2010). Oleh sebab itu, model ini diuraikan dengan relatif panjang dibanding dengan model-model lainnya. Evaluasi model ini

bermaksud membandingkan kinerja dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi.
Model ini memandang bahwa tujuan terpenting dari evaluasi program bukanlah membuktikan (to prove), melainkan pada peningkatan (to improve) (Madaus, Scriven, dan Stufflebeam, 1983). Artinya, model CIPP ini diterapkan dalam mengembangkan organisasi dan dapat membantu pemimpin dan staf organisasi tersebut mendapatkan dan menggunakan masukan secara sistematis agar lebih mampu untuk memenuhi kebutuhan penting atau, minimal bekerja sebaik-baiknya dengan menggunakan sumber daya yang ada disekitarnya (Madaus, Scriven, dan Stufflebeam, 1983). Evaluasi model CIPP juga dapat digunakan dalam berbagai bidang, diantaranya yakni pendidikan, manajemen, perusahaan serta dalam berbagai jenjang baik proyek, program maupun intitusi (Gunawan, 2016). Dalam dunia pendidikan, guru dalam mengetahui sejauh mana peserta didik telah menguasai tujuan khusus pembelajaran yang ingin dicapai oleh peserta didik perlu mengadakan evaluasi model CIPP. Informasi yang digunakan dari model CIPP ini merupakan umpan balik terhadap proses hasil pembelajaran yang sudah terlaksana dan umpan balik ini akan menjadi tolok ukur dalam memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran selanjutknya (Bhakti, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah, 2017). Stufflebeam dalam Rozak (edukasi.kompasiana.com. 2013) mengatakan bahwa dalam melihat tujuan evaluasi sebagai penetapan dan penyediaan informasi yang bermanfaat untuk menilai keputusan alternatif; membantu audien untuk menilai dan mengembangkan manfaat program pendidikan atau obyek; membantu pengembangan kebijakan dan program.
Sesuai dengan nama modelnya, model ini terbagi menjadi empat jenis kegiatan evaluasi. Hal ini diperjelas oleh Sudjana & Ibrahim (2004) bahwa masing-masing dimensi tersebut dengan maknanya sebagai berikut.
1.      Context, merupakan suatu keadaan yang dapat mempengaruhi berbagai jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam sistem yang bersangkutan, yang dimaksud dalam suatu keadaan ini merupakan faktor eksternal, misalnya masalah pendidikan, keadaan ekonomi negara, dan pandangan hidup masyarakat. terdapat pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan. Pertanyaan tersebut diuraikan oleh Arikunto & Jabar (2010) yaitu sebagai berikut.
a)      Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program, misalnya jenis makanan dan siswa yang belum menerima?
b)      Apa saja tujuan yang belum tercapai oleh program, misalnya dalam peningkatan kesehatan karena adanya makanan tambahan?
c)      Apa saja tujuan yang dapat membantu masyarakat dalam pengembangan, misalnya kesadaran orang tua untuk memberikan anak-anaknya dengan makanan yang bergizi.
d)      Tujuan manakah yang paling mudah dalam pencapaian, misalnya pemerataan makanan, ketepatan penyediaan makanan?
2.      Input, merupakan sarana, modal, bahan, dan rencana strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan pendidikan, komponen input meliputi siswa, guru, desain, sarana, dan fasilitas. Dalam evaluasi masukan memiliki beberapa pertanyaan yang dapat diajukan untuk program pendidikan yang dipaparkan oleh (Arikunto & Jabar, 2010), sebagai berikut.
a)      Apakah makanan tambahan yang diberikan untuk siswa dapat berdampak jelas pada perkembangan siswa?
b)      Berapa orang yang merasa senang ketika diberikan makanan tambahan?
c)      Bagaimana tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran setelah menerima makanan tambahan?
d)      Seberapa tinggi kenaikan nilai dari masing-masing siswa yang telah menerima makanan tambahan?
3.      Process, merupakan pelaksanaan strategi dan penggunaan sarana, modal dan bahan di dalam kegiatan di lapangan, kompinen ini meliputi kegiatan pembelajaran, pembimbingan dan pelatihan. Stufflebeam dalam Arikunto & Jabar (2010) mengusulkan pertanyaan yang dapat diajukan mengenai evaluasi proses yaitu sebagai berikut.
a)      Apakah pelaksanaan program sudah selesai sesuai dengan jadwalnya?
b)      Apakah yang terlibat dalam pelaksanaan program akan sanggup menangani kegiatan selama program berlangsung?
c)      Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan dan digunakan secara maksimal?
d)      Hambatan apa saja yang dirasakan selama pelaksanaan program?
4.      Product, merupakan hasil yang dicapai dari pengembangan sistem pendidikan yang bersangkutan, komponen ini meliputi pengetahuan, kemampuan, dan sikap (siswa dan lulusan). Evaluasi ini merupakan tahap akhir dari serangkaian evaluasi program. Dalam evaluasi ini misalnya program siswa yang menerima makanan tambahan, di dalam program tersebut terdapat beberapa pertanyaan yang dpat diajukan, yaitu sebagai berikut.
a)      Apakah tujuan yang telah ditetapkan sudah tercapai?
b)      Pernyataan apa saja yang mungkin dirumuskan terkait antara rincian proses dengan pencapaian tujuan?
c)      Dalam hal-hal apakah berbagai kebutuhan siswa dapat terpenuhi selama pelaksanaan program sekolah?
d)      Apa saja dampah yang dirasa oleh siswa dalam waktu yang relatif panjang dengan adanya program sekolah?
Keempat aspek dari model evaluasi CIPP tersebut membantu pengambil keputusan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar mengenai sebagai berikut.
a)      Apa yang perlu dilakukan? Mengumpulkan dan menganalisis need assessment data untuk dapat menentukan tujuan, prioritas dan sasarannya.
b)      Bagaimana dalam pelaksanaannya? Sumber daya dan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk tercapainya sasaran dan tujuan yang ditentukan yang mungkin meliputi identifikasi program eksternal dan material dalam mengumpulkan informasi.
c)      Apakah dapat berjalan sesuai dengan rencana? Hal ini pengambil keputusan menyediakan informasi seberapa baik pelaksanaan telah sesuai petunjuk dan rencana, konflik yang timbul dukungan staff dan moral, kekuatan dan dan kelemahan material, dan permasalahan penganggaran.
d)      Apakah berhasil?; dengan mengukur outcome serta membandingkannya pada hasil yang diharapkan, pengambil keputusan menjadi lebih mampu memutuskan jika program harus dilanjutkan, dimodifikasi atau dihentikan sama sekali.
Pendapat lain mengatakan bahwa dimensi-dimensi dari evaluasi model CIPP merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model ini adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem (Arikunto&Jabar:2010).
Rozak (edukasi.kompasiana.com. 2013) secara umum evaluasi model ini memiliki empat macam keputusan yang diantaranya yaitu (1) perencanaan keputusan yang mempengaruhi pemilihan tujuan untuk dan tujuan khusus; (2) keputusan pembentukan; (3) keputusan implementasi; (4) keputusan yang sudah disusun ulang yang dapat menentukan program tersebut perlu dilanjutkan, dilanjutkan dengan modifikasi, dan atau diberhentikan secara total atas dasar kriteria yang ada.
Rozak (edukasi.kompasiana.com. 2013) adapun tujuan dan fungsi dari evaluasi model CIPP yaitu membantu penanggung jawab program (pembuat kebijakan) dalam mengambil keputusan apakah meneruskan, modifikasi, atau menghentikan program. Apabila tujuan yang telah ditentukan program sudah tercapai keberhasilannya, maka ukuran yang digunakan tergantung pada kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
Selain itu, terdapat langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam evaluasi model CIPP ini yaitu sebagai berikut.
a)      Menetapkan keputusan yang akan diambil
b)      Menetapkan jenis data yang dibutuhkan
c)      Pengumpulan data
d)      Menetapkan kriteria mengenai kualitas
e)      Menganalisis dan menginterpretassi data berdasarkan kriteria
f)       Memberikan infotmasi kepada pihak penaggungjawab program atau pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan
Untuk membedakan model evaluasi CIPP dengan model lainnya, model ini memiliki beberapa kelebihan yaitu memiliki potensi untuk bergerak pada evaluasi formatif dan sumatif; lebih komprehensif; dapat melakukan perbaikan selama program berjalan maupun dapat memberikan informasi final; memiliki pendekatan yang bersifat holistik dalam proses evaluasinya yang bertujuan memberikan gambaran yang detail dan luas terhadap suatu proyek,mulai dari konteks hingga saat proses penerapannya; dan merupakan sistem kerja yang dinamis.Akan tetapi, model CIPP ini tak lepas dari sejumlah kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah model ini terfokus pada informasi yang dibutuhkan oleh pengambil keputusan dan stafnya, evaluator boleh jadi tidak responsif terhadap masalah-masalah atau isu-isu yang signifikan; hasil evaluasi ditujukan kepada para pemimpin tingkat atas (top management), sehingga model CIPP ini menjadi tidak adil dan tidak demokratis; dan model ini begitu kompleks dan memerlukan banyak dana, waktu, dan sumber daya lainnya (Fitzpatrick, Sanders, dan Blaine, 2004).
C. Evaluasi Model Kirkpatrick
Model evaluasi ini dikenal pertama kali pada tahun 1959. Kirkpatrick adalah seorang ahli evaluasi program pelatihan dalam bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM). Evaluasi model Kirkpatrick ini sangat relevan dengan pelaksanaan program pendidikan. Model evaluasi Kirkpatrick ini dikenal dengan istilah model evaluasi empat level. Evaluasi terhadap keefektifan program pembelajaran meliputi empat level yaitu reaction, learning, behavior, dan result (Gunawan, 2016)
1.      Evaluasi Reaksi (Evaluating Reaction)
Gunawan (2016) Mengevaluasi reaksi peserta didik berarti mengukur kepuasan siswa. Program pembelajaran dianggap efektif manakala proses pembelajaran dirasa menyenangkan dan memuaskan bagi peserta didik sehingga mereka akan tertatik dan termotivasi untuk belajar dan berlatih. Dengan demikian, dapat dikatakan peserta didik akan termotivasi manakala proses pembelajaran berjalan memuaskan bagi peserta didik yang pada akhirnya akan menghasilkan reaksi dari peserta didik yang menyenangkan. Begitu pula sebaliknya jika proses pembelajaran dirasa kurang efektif maka peserta didik tidak akan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran lebih lanjut.
Kepuasan peserta didik dapat dikaji dari beberapa aspek antara lain yaitu materi yang diberikan, fasilitas, strategi penyampaian materi, media pembelajaran, jadwal kegiatan sampai menu dan penyajian konsumsi yang disediakan. Instrumen untuk mengukur reaksi antara lain dengan reaction sheet dalam bentuk angket. Dalam menentukan instrumen dapat digunakan prinsip mampu mengungkapkan informasi sebanyak mungkin, tetapi dalam pengisiannya seefisien mungkin (Kirkpatrick dalam Darodjat & Wahyudhiana, Jurnal Islamadina, 2015)
2.      Evaluasi Belajar (Evaluating Learning)
Menurut Kirkpetrick dalam (Gunawan:2016) bahwa terdapat 3 hal yang dapat diajarkan dalam program pembelajaran, yaitu pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Peserta didik dikatakan sudah belajar manakala pada dirinya sudah mengalami perubahan sikap, perbaikan pengetahuan, maupun peningkatan keterampilan mereka. Mengukur hasil belajar membutuhkan waktu yang sangat lama jika dibandingkan dengan mengukur reaksi. Penilaian terhadap hasil belajar dapat dilakukan dengan kelompok pembanding. Kelompok yang ikut kegiatan pembelajaran dengan kelompok yang tidak mengikuti kegiatan pembelajaran perkembangannya diperbandingkan dalam periode waktu tertentu. Selain itu, penilaian terhadap hasil belajar juga dapat dilakukan dengan mengukur hasil  pre test dan post test (Kirkpatrick dalam Darodjat & Wahyudhiana, Jurnal Islamadina, 2015)
3.      Evaluasi Tingkah Laku (Evaluating Behavior)
Evaluasi model ini berbeda dengan evaluasi pada sikap dalam evaluasi level 2. Yang membedakan pada keduanya ini yaitu evaluasi level 2 difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi pada saat proses pembelajaran dilakukan sehingga lebih bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku difokuskan pada perubahan tingkah laku setelah peserta didik berada di lingkungan masyarakat.
Dalam evaluasi tingkah laku ini yang dinilai adalah manakala perubahan sikap peserta didik yang sudah terjadi setelah mengikuti proses pembelajaran dan kembali ke masyarakat dan juga diterapkan kembali oleh peserta didik tersebut, sehingga penilaian tersebut bersifat eksternal.
Perubahan perilaku seperti apa yang terjadi di masyarakat setelah peserta didik mengikuti program pembelajaran. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa yang dinilai adalah apakah peserta didik merasa senang setelah mengikuti pembelajaran dan kembali ke masyarakat? bagaimana peserta didik dapat mentransfer pebgetahuaan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh selama kegiatan pembelajaranuntuk diterapkan dalam lingkungan masyarakat? sebab yang dinilai yaitu perubahan perilaku pada masing-masing peserta didik. Setelah kembali ke masyarakat maka evaluasi ini dapat disebut sebagai evaluasi terhadap outcomes dari kegiatan pembelajaran.
4.      Evaluasi Hasil (Evaluating Result)
Evaluasi ini difokuskan pada hasil akhir yang terjadi karena peserta didik setelah mengikuti suatu program. Yang termasuk kategori dalam hasil akhir dari suatu program yaitu kenaikan produktivitas, peningkatan kualitas, penurunan biaya, penurunan kuantitas terjadinya kecelakaan kerja, penurunan pergantian, dan kenaikan keuntungan (Kirkpatrick dalam Gunawan: 2016).
Beberapa program memiliki tujuan dalam meningkatkan moral kerja maupun membangun tim kerja yang lebih baik. Dengan kata lain yaitu evaluasi terhadap pengaruh program. Tidak semua pengaruh dari sebuah program dapat diukur dan juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu evaluasi ini lebih sulit dibandingkan dengan evaluasi pada level-level sebelumnya.
Dibandingkan dengan model lainnya, model ini memmiliki beberapa kelebihan yaitu lebih komprehensif, karena mencakup hardskill dan softskill; objek evaluasi tidak hanya hasil belajar semata tapi juga mencakup proses, output, dan outcome; model ini mudah diterapkan. Dari beberapa kelebihan tersebut, model ini tak lepas dari beberapa keterbatasan yaitu kurang memperhatikan input; dalam mengukur impact sulit dilakukan karena selain sulit tolok ukurnya juga sudah di luar jangkauan guru maupun sekolah.
A.  Rancangan Model Evaluasi
Evaluasi program dalam Arikunto (1991) adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Sesuatu kegiatan perlu direncanakan apabila kegiatan yang bersangkutan memang dipandang penting sehingga apabila tidak direncanakan secara masak-masak boleh jadi akan menjumpai kesulitan atau hambatan. Karena dampak pendidikan akan meliputi banyak orang dan menyangkut banyak aspek. Oleh karena itu kegiatan pendidikan harus dievalusi agar dapat dikaji apa kekurangannya, dan kekurangan tersebut akan dapat dipertimbangkan untuk pelaksanaan pendidikan pada waktu lain. Sebenarnya yang menjadi titik awal dari kegiatan evaluasi program adalah keingintahuan penyusun program untuk melihat apakah tujuan program sudah tercapai atau belum. Jika sudah tercapai, bagaimana kualitas pencapian kegiatan tersebut. Dan apabila belum tercapai, bagian manakah dari rencana kegiatan yang telah dibuat yang belum tercapai dan apa sebab bagian rencana kegiatan tersebut belum tercapai.
       Dalam Arikunto (1991) evaluasi program biasanya dilakukan untuk kepentingan pengambilan kebijaksanaan untuk menentukan kebijaksanaan selanjutnya. Dengan melalui evaluasi program, langkah evaluasi bukan hanya dilakukan serampangan saja tetapi sistematis, rinci, dan menggunakan prosedur yang sudah diuji secara cermat. Dengan metode-metode tertentu maka akan diperoleh data yang handal, dpat dipercaya. Penentuan kebijaksanaan akan tepat apabila data yang digunakan sebagai dasar pertimbangan tersebut benar, akurat, dan lengkap.
       Perencanaan evaluasi merupakan menguraikan strategi mengenai cara mendapatkan dan menganalisis data yang akan membantu meningkatkan efektivitas dan suatu evaluasi program pendidikan.
1.    Beberapa manfaat membuat perencanaan evaluasi menurut Nurdin adalah:
a)      Menjadi pedoman bagi evaluator untuk melalui setiap tahap dari proses evaluasi.
b)      Membantu evaluator untuk memutuskan jenis informasi yang diperlukan baik oleh evaluator itu sendiri maupun stakeholders.
c)      Menjaga agar tidak membuang-buang waktu dalam mengumpulkan informasi yang tidak begitu diperlukan karena adanya pedoman perencanaan yang pasti.
d)      Membantu dalam mengidentifikasi metode dan strategi yang paling tepat dalam mengumpulkan informasi yang diibutuhkan.
e)      Membantu membuat penentuan waktu yang wajar dan realistis untuk evaluasi.
f)       Yang paling penting, perencanaan evaluasi akan membantu meningkatkan efisiensi program evaluasi.
2.    Secara garis besar menurut Nurdin ada beberapa langkah umum untuk mengembangkan perencanaan evaluasi diantaranya:
a)      Menentukan tujuan evaluasi
b)      Merumuskan masalah evaluasi
c)      Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan
d)      Menentukan sampel sesuai dengan tujuan evaluasi
e)      Menentukan model evaluasi sesuai dengan tujuan evaluasi
f)       Menentukan alat evaluasi
g)      Merencanakan personal evaluasi
h)      Merencanakan anggaran
i)       Merencanakan jadwal kegiatan

3.    Format evaluasi
Perencanaan evaluasi hendaknya didokumentasikan dengan baik agar bisa memastikan evalusi bida dilaksanakan secara rutin dan efisien. Perencanaan itu hendaknya memuat cukup informasi sehingga pihak luar (non evaluator) dapat memahami apa yang akan dievalusi dan cara mengevaluasi. Berikut format yang dapat digunakan dalam laporan perencanaan evaluas:
a)        Halaman judul (nama organisasi yang akan dievaluasi, produk/layanan/program yang akan dievalusi, tanggal)
b)        Daftar isi
c)        Executive summary (satu halaman, sinopsis singkat mengenai temuan atau rekomendasi)
d)        Tujuan dari laporan perencanaan evaluasi (jenis evaluasi yang akan dilakukan, kegunaan dari temuan evalusi, dsb.)
e)        Latar belakang mengenai lembaga dan produk/layanan/program yang akan dievaluasi.
(1)   Sejarah/gambar lembaga
(2)   Deskripsi produk/layanan/program (yang akan dievaluasi)
(a)   Perumusan masalah
(b)   Keseluruhan sasaran dari produk/layanan/program
(c)   Outcomes (dampak) dan pengukuran kinerja (yang dapat diukur sebagai indikator outcomes)
(d)   Aktivitas/teknologi dari produk/layanan/program (gambaran umum mengenai cara mengembangkan dan melaksanakan produk/layanan/program)
(e)   Staffing (uraian jumlah staff yang akan melakukan evaluasi dan peran lembaga yang relevan dengan produk/layanan/program)
f)         Keseluruhan sasaran evaluasi
g)        Metodologi
(1)   Jenis data/informasi yang akan dikumpulkan
(2)   Bagaimana data/informasi dikumpulkan (instrumen yang digunakan)
(3)   Bagaimana data/informasi akan dianalisis
(4)   Ketebatasan evaluasi
h)        Interprestasi dan kesimpulan (dari analisis data/informasi)
i)         Rekomendasi (berkaitan dengan putusan yang harus dibuat mengenai produk/layanan/program)
j)         Lampiran: isi lampiran bergantung pada tujuan laporan perencanaan evaluasi.
4.    Langkah-langkah perencanaan evaluasi:
a)      Menentukan tujuan evaluasi
Memahami tujuan evaluasi adalah salah satu wawasan yang paling penting yang harus dimiliki seorang evaluator. Apapun bentuk dan pendekatan evaluasi, penentuan tujuan evaluasi akan selalu berkenaan dengan apa yang diharapkan dari pelaksanaan suatu evalusi, yaitu output (misalnya; produk pembelajaran, dokumentasi siswa/guru dsb.) dan outcome (misalnya; efektivitas/efisiensi pembelajaran siswa, perubahan sikap siswa, perubahan kinerja dan sikap guru, perubahan kelembagaan, posisi di dunia pendidikan dan dunia kerja, dsb.). Agar lebih jelas, berikut ini adalah contoh dari penentuan tujuan evaluasi yang berkaitan dengan kurikulum.
Tujuan: menguraikan kelemahan atau kekurangan dari kurikulum yang sekarang digunakan, dengan fokus pada kegagalan pembelajaran siswa.
Pertanyaan: apa kebutuhan pembelajaran dan mengapa kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh pengajaran/ pembelajaran yang ada? Dalam hal ini anilisis kurikulum hendaknya menghasilkan suatu pernyataan yang jelas dari outcome pembelajaran yang diinginkan, misalnya tujuan pembelajaran.
b)      Merumuskan masalah evaluasi
Masalah evalusi bida dilihat dari fenomena yang terjadi. Dengan mengacu pada contoh sebelumnya, yaitu masalah kurikulum, dapat dilihat bahwa masalah yang terjadi adalah rendahnya mutu pembelajaran siswa atau bahwa hasil pembelajaran tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan demikian, di sini diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran siswa dalam kaitannya dengan menganalisis kelemahan dan kekurangan kurikulum yang sekarang digunakan. Dalam hal ini, evaluator bisa merumuskan masalah tersebut dengan melakukan analisis diri, analisis rekan sejawat, dari para ahli, atau dari tinjauan literatur pendidikan, dengan fokus pada muatan kurikulum, aktivitas pengajaran/pembelajaran, dan penilaian. Setelah merumuskan masalah, evaluator bisa melanjutkan dengan menentukan jenis data yang akan dikumpulkan untuk kepentingan evaluasi tersebut.
c)      Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan
Pada tahap ini evaluator mengidentifikasi data/informasi sesuai dengan kebutuhan dan variabel yang akan dievaluasi. Jenis data secara umum adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Di sini evaluator memilih dan/atau mengembangkan metpde pengumpulan data (instrumen), mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang tepat (dari siapa, oleh siapa) dan cara mengumpulkannya, organisasi hasil informasi evaluasi, analisis dan interprestasi hasil informasi evaluasi.
d)      Menentukan sampel sesuai dengan tujuan evaluasi
Sampel yang digunakan bila kita akan mengevaluasi sebagian dari populasi yang menjadi subjek atau objek evalusi, dengan memperhatikan sifatnya yang homogenitas dan heterogenitas. Evaluator juga menentukan teknik pengambilan sampel (sampling) yang cocok diambil. Sebgai contoh, kita bisa menentukan desain sampling yang akan diambil dari sejumlah populasi dengan menggunakan teknik-teknik seperti random sampling, stratified sampling, proportional sampling, dengan mempertimbangkan pendekatan seperti  judgment sampling (ditarik berdasarkan pertimbangan para ahli) dan probability sampling (diratik berdasarkan probalitas) serta hapjhazard sampling (berdasarkan aksesibilitas sampel yang dapat diambil.
e)      Menentukan model evaluasi sesuai dengan tujuan evaluasi
Penentuan model evaluasi sangat berkaitan dengan berbagai pendekatan evalusi. Evaluator hendaknya memahami berbagai pendekatan dalam evaluasi, kekuatan dan kelemahan setiap pendekatan. Berikut ini adalah pendekatan-pendekatan utama dalam evalusi:
(1)   Pendekatan yang berorientasi pada tujuan, yang fokusnya adalah menentukan tujuan dan sasaran dan pencapaiannya.
(2)   Pendekatan yang berorientasi pada manajemen, yang fokus utamanya adalah pada identifikasi dan pemenuhan kebutuhan informasi bagi para pembuat keputusan manjerial.
(3)   Pendekatan yang berorientasi pada klien, yaitu yang masalah utamanya adalah mengembangkan informasi evaluasi dalam “produk-produk” pendidikan, untuk digunakan oleh pengguna pendidikan dalam memilih kurikulum, produk-produk pembelajaran, dan sebagainya.
(4)   Pendekatan yang berorientasi pada para ahli, yang sangat bergantung pada penerapan langsung dari pada profesional dalam menilai kualitas pendidikan.
(5)   Pendekatan yang berorientasi pada lawan atau pesaing, yaitu sebagai kontra atau penyeimbang dari pendekatan yang berorientasi pada para ahli pada umumnya (pro dan kontra)
(6)   Pendekatan naturalistik yang berorientasi pada partisipan, yaitu bahwa keterlibatan partisipan merupakan penentu utama dalam nilai-nilai, kriteria, kebutuhan, dan sifat data untuk evaluasi.
f)       Menentukan alat evaluasi
Alat evaluasi yang umumnya dipakai oleh evaluator antara lain adalah tes, pengukuran sikap, survey dan kuesioner survey, wawancara pengamatan, on-site evaluation, teknik delphi, analisis kebutuhan, analisis konten, sampling, eksperimental, quasi-exsperimental, dan sebagainya. Penentuan alat evaluasi hendaknya sesuai dengan tujuan dan pertanyaan evaluasi yang dikemukakan sebelumnya. Sebagai contoh, jika kita akan mengevaluasi kemajuan prestasi siswa dalam beberapa matapelajaran, hendaknya kita menggunakan tes tertulis sebagai alat evaluasi. Contonya jika akan mengevalusi bakat dan minat siswa, kita bisa menggunakan tes lisan, wawancara, atau pengukuran sikap.
g)      Merencanakan personal evaluasi
Yang dimaksud dengan personal evaluasi di sini adalah seluruh sumberdaya manusia yang tersedia dan terlibat untuk pelaksanaan evaluasi. Termasuk di sini anatra lain adalah (1) evaluator atau team evaluator, (2) klien yang meminta evaluasi, dan (3) evaluand (objek evaluasi).
h)      Merencanakan anggaran
Anggaran dan pembiayaan kadang bisa menjadi kendala untuk keberhasilan pelaksanaan evaluasi. Dana yang tidak sesuai dengan perencanaan anggaran bisa menghambat jalannya program. Di lain pihak, perencanaan anggaran yang tidak realistis juga akan berdampak buruk dalam pelaksanaan evaluasi. Sebagai contoh, dalam hal ini kita harus menyesuaikan perencanaaan anggaran dengan dana yang tersedia, mislanya dana yang disediakan oleh sponsor atau dana yang tersedia dalam anggaran rutin. Dengan kata lain, agar rencana sesuai dengan realisasi, perencanaan anggaran dan biaya yang kita buat harus realistis dan tetap berpatokkan pada konsep efisiensi. Bila kita merasa anggaran kita kurang sempurna, kita bis ameminta bantuan orang-orang perencanaan anggaran, konsultan keuangan dan/atau akuntan.
i)       Merencanakan jadwal kegiatan
Suatu perencanaan akan lebih mudah dipahami dan lebih mudah dilaksanakan bila kita memiliki suatu jadwal kegiatan, yang terdiri dari jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan dan waktu yang tersedia. Dengan jadwal, kita dpat menentukan apa yang harus kita lakukan hari ini, mislanya; kita harus tetap menjaga agar aktivitas dan waktu kita tidka keluar dari jadwal yang telah ditetapkan, sebab jika hal tersebut terjadi, maka kegiatan lainnya akan terpengaruh juga. Namun demikian, kita tidak boleh melepaskan diri dari fleksibilitas jadwal, artinya suatu kegiatan dalam suatu rangkaian kegiatan hendaknya dibuat fleksibel agar jika terjadi hal-hal yang diluar dugaan, hal tersebut bisa diantisipasi sesegera mungkin. Perencanaan jadwal kegiatan dapat didasarkan pada permintaan klien, kebutuhan program atau berpatokkan pada kriteria dan peraturan tertentu.

Tidak ada komentar: